Selasa, 20 Januari 2015

Sistem muskuloskeletal

BAB I
PENDAHULUAN

1.1         Latar Belakang
Sistem muskuloskeletal adalah penunjang bentuk tubuh dan berperan dalam pergerakan. Sistem ini terdiri dari tulang, sendi, otot rangka, tendon, ligament, bursa, dan jaringan – jaringan khusus yang menghubungkan struktur tersebut.
Perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan makin meningkatnya usia.
Perubahan ini terjadi sejak awal kehidupan hingga usia lanjut pada semua organ dan jaringan tubuh. Keadaan demikian itu tampak pula pada semua sistem muskuloskeletal dan jaringan lain yang ada kaitannya dengan kemungkinan timbulnya gangguan muskuloskeletal. Adanya gangguan pada sistem muskuloskeletal dapat mengakibatkan perubahan otot, hingga fungsinya dapat menurun bila otot pada bagian yang menderita tidak dilatih guna mengaktifkan fungsi otot. Pada umumnya keluhan nyeri otot sendi-tulang (gangguan sistem musculoskeletal) merupakan keluhan terbanyak pada usia lanjut.

1.2         Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah yang ingin disampaikan penulis yaitu:
1.      Kelainan apa sajakah yang termasuk pada system musculoskeletal?
2.      Penyakit apa sajakah yang termasuk kelainan pada otot bila ditinjau dari etiologinya?
3.       Penyakit apa sajakah yang termasuk kelainan pada sendi serta bagaimana etiologinya?
4.      Penyakit apa sajakah yang termasuk kelainan pada tulang bila ditinjau dari etiologinya?

1.3         Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu:
1.   Untuk mengetahui kelainan apa sajakah yang termasuk pada system musculoskeletal.
2.  Untuk mengetahui penyakit apa sajakah yang termasuk kelainan pada otot bila ditinjau dari etiologinya.
3.     Untuk mengetahui penyakit apa sajakah yang termasuk kelainan pada sendi serta bagaimana etiologinya.
4.    Untuk mengetahui penyakit apa sajakah yang termasuk kelainan pada tulang bila ditinjau dari etiologinya.


1.4         Manfaaat Penulisan
Manfaat penulisan makalah ini adalah :
1.    Membantu mahasiswa memahami dan mendalami mengenai patologi sistem muskuloskeletal.
2      Memberikan informasi secara mendalam mengenai patologi sistem muskuloskeletal.

1.5         Metode Penyusunan
Metode yang kami gunakan dalam penyusunan makalah ini adalah melalui studi pustaka. Langkah-langkahnya yaitu sebagai berikut :
a.    Mengumpulkan berbagai sumber.
b.    Membaca sumber.
c.    Menganalisis sumber.
d.   Menyusun sumber.




BAB II
PEMBAHASAN


2.1    KELAINAN PADA OTOT
Kelainan otot rangka/seran lintang terjadi pada bermacam-macam penyakit sistemik, diantaranya pada infeksi oleh stafilokokus, maka abses subkutan dapat mengenai serabut otot secara sekunder; scleroderma; dermatomyositis; typhus abdominalis; disuse atrophy, dll.
Yang akan diuraikan ialah reaksi dasar otot terhadap berbagai jejas. Bentuk reaksi, distribusi otot yang terkena dan adanya alat tubuh lain yang terkena merupakan trias bagi diagnosis penyakit otot.
Ciri-ciri patologik untuk membeda-bedakan penyakit otot ialah:
a)         Umur dan sifat perubahan pada otot tertentu
b)        Distribusi perubahan pada satu atau lebih otot
c)         Adanya sel radang pada parasit
d)        Adanya perubahan patologik pada alat tubuh lain-lain.

1.        Atrofi Otot
Terdiri atas pelisutan sel otot karena resorpsi sarcoplasma dan pada stadium akhir daerah kolaps akan diganti oleh jaringan ikat. Garis tengah sel otot mengecil. Seran lintang tetap tampak selama beberapa waktu, tetapi menjadi kurang jelas. Inti sel seolah-olah bertambah karena serat kehilangan substansi.
Sel dapat mati dan diganti oleh jaringan ikat. Pada waktu itu tampak sebukan ringan limfosit pada interstisium. Pada stadium akhir, sering terdapat pigmen lipochrome berwarna kuning yang terletak perinukleus; perubahan ini disebut Brown Atrophy (atrophia fusca). Distribusi sel atropik sering berguna bagi diferensiasi berbagai bentuk atrofi, misalnya disuse atrophy, atrofi karena gangguan peredaran darah atau persarafan, dll.
Pada atrofi karena gangguan persarafan, maka serabut di dekatnya yang tidak terkena mengalami hipertrofi. Pada proses atrofi yang murni, hanya terdapat reaksi radang ringan dan sedikit nekrosis akut sel otot.
Pada umumnya, perubahan atrofi condong untuk mengenai beberapa kelompok sel atau seluruh otot, berbeda dengan distrofi yang menunjukkan perubahan setempat yang tidak teratur.
Secara makroskopik, perubahan otot bergantung kepada meratanya atrofi. Pada umumnya, bila perubahan cukup banyak, menyebabkan pelisutan dan pelunakan seluruh otot. Otot warnanya menjadi kuning sampai coklat bergantung kepada jumlah endapan pigmen lipochrome. Pada kasus lanjut terjadi fibrosis berwarna pucat kelabu.
Etiologi
Ø  Usia lanjut ] terjadi pengecilan otot tanpa destruksi otot, mengenai semua serst otot.
Ø  Gizi buruk menahun ] sama dengan pada usia lanjut.
Ø  Panhipopituitarisme ] mengenai seluruh tubuh.
Ø  Iskhemi ] juga merupakan dasar pada usia lanjut. Terjadi pada tiap penyempitan pembuluh darah, arteriosklerosis, tromboembolisme, penyakit Bueger. Contoh:
1.    Sindrom Tibialis Arterior] bengkak, nyeri dan kelumpuhan otot-otot pretibial.
2.    Volkmann’s Contracture] kerusakan pada otot menyebabkan kontraksi jari-jari.




Ø  Gangguan persarafan, misalnya:
Kerusakan pada saraf tepi atau pada medulla spinalis ]poliomyelitis, peripheral neuritis ]serabut otot yang terkena tidak menyeluruh. Juga ditemukan pada berbagai penyakit neuromuskuler:
·      Infantile Muscular Atrophy
·      Amyotonia Congenita
·      Progressive Muscular Atrophy (Aranduchenne)
·      Amyotrophic Lateral Sclerosis (Charcot)
2.        Distrofi Otot
Meliputi segolongan myopathy yang dipengaruhi oleh faktor-faktor genetic, ditandai oleh perubahan regresif pada sel otot, yang menyebabkan kelemahan pada otot yang terkena.
Klasifikasi:
a)        Distrofi otot jenis/bentuk Duchenne (pseudohipertrofik)
Bentuk agresif ] Paling sering dan paling berat, terjadi segera sesudah lahir mengenai otot-otot pelvis dan menyebabkan sikap yang teruyung-huyung. Kemudian otot-otot bahu dan lengan pun terkena.
Bentuk khas ] Pembesaran/pseudohipertrofi otot betis dan kadang-kadang kelompok otot lain. Diturunkan secara sex-linked dan terutama mengenai pria. Kemudian terjadi kelumpuhan total dan meninggal pada usia 10-20 tahun. Selama proses berlangsung, terjadi atrofi otot, kontraktur dan deformitas tulang.
Bentuk jinak ] Mulai pada usia 30-40 tahun, menyebabkan kelemahan simetrik. Tampak atrofi kelompok otot pelvis,bahu dan lengan. Pseudohipertrofi pada betis dan juga sering deltoid.
b)        Distrofi otot pergelangan ekstremitas (“limb girdle”)
Mulai pada masa anak-anak, tetapi kadang-kadang pada usia 30-50 tahun. Mengenai otot-otot pelvis, ekstremitas atas dan bawah. Diturunkan secara resesif autosomal. Frekuensi pada pria sama dengan wanita, pseudohipertrofi jarang ditemukan. Penderita penyakit ini masih dapat bertahan selama 20-30 tahun.
c)        Distrofi otot facioscapulohumeral
Mulai pada usia dewasa, tetapi kadang-kadang pada anak-anak. Diturunkan secara dominan autosomal. Frekuensi pada wanita sama dengan pria. Mengenal otot-otot muka dan gelang scapulohumeral, kadang-kadang terdapat pseudohipertrofi pada betis. Penyakit timbul perlahan.
d)       Myopathy distal dan okuler
e)        Distrofi otot bawaan
f)         Distrofi myotomik
Morfologi:
Semua bentuk distrofi secara anatomic saling menyerupai. Otot yang terkena menjadi atrofik, pucat dan lunak. Secara histologik, serabut otot terkena tidak teratur, sehingga beberapa atrofik seluruhnya, beberapa mengeriput, sedangkan yang lain besar abnormal (pseudohipertrofik).
Kehilangan massa otot sebagian dikompensasi oleh sebukan jaringan ikat dan lemak. Serabut otot menunjukkan berbagai perubahan regresif diantaranya hialinisasi, vakuolisasi fokal, fragmentasi sitoplasma dan sarung sarcolemma yang berkerut. Pada saat timbulnya bukti klinik adanya gangguan fungsi, diperhitungkan bahwa lebih dari 50% dari serabut otot telah terkena.
Perubahan Biokimiawi:
Pada semua kelainan tersebut diatas diduga terdapat defek metabolic bawaan, termasuk kekurangan glikogen, kekurangan asam laktat, kekurangan enzim glikogenik, bertambahnya enzim proteolitik.
Keratin dibuat lebih dari 95% di hati, kemudian disimpan di otot seran lintang, disini diubah menjadi kreatinin, karena itu pada penyakit ini dalam urin keratin di ekskresikan dan ekskresi keratin menurun, SGOT (Serum Glutamic-Oxalo-acetic Transaminase) meninggi. Dua percobaan penting ialah:
·         Aldolase: Dapat naik dari 10 hingga 100 unit/ml terutama pada stadium dini.
·         Ceratine Phospokinase juga meninggi pada stadium dini dan akut. Wanita carrier penyakit ini dapat diketahui dengan percobaan ini.
Lysosome bertambah pada penyakit distrofi otot.    
3.        Radang Otot/Myositis
Myositis adalah istilah umum untuk peradangan pada otot. Banyak kondisi tersebut dianggap kemungkinan disebabkan oleh kondisi autoimun, bukan langsung karena infeksi, meskipun kondisi autoimun dapat diaktifkan atau diperburuk oleh infeksi.
4.        Strain
Strain adalah trauma pada suatu otot atau tendon. Biasanya terjadi ketika otot atau tendon teregang melebihi batas normalnya. Strain dapat mencakup robekan atau rupture jaringan. Inflamasi terjadi pada cedera otot atau tendon yang menyebabkan nyeri dan pembengkakan jaringan. Penyembuhan dapat memerlukan waktu beberapa minggu.
5.        Rabdomiolisis
Rabdomiolisis, yang juga disebut mioglobinuria adalah adanya sejumlah besar protein otot (mioglobin) di urine. Rabdomiolisis biasanya terjadi setelah trauma otot besar, terutama cedera remuk otot.
Lari jarak jauh, infeksi tertentu yang berat dan paparan terhadap syok listrik dapat menyebabkan kerusakan otot luas dan pelepasan mioglobin yang berlebihan. Rabdomiolis dapat menyebabkan gagal ginjal apabila mioglobin terperangkap di kapiler atau tubulus ginjal yang halus sehingga mengganggu aliran darah ginjal. 
6.        Myoblastoma
Tumor jinak yang biasanya kecil (2-3 cm) terdiri atas sel-sel besar dan bulat dengan inti bulat lonjong dan sitoplasma asidofil, bergranula. Sering ditemukan pada lidah kadang-kadang pada otot seran lintang, tetapi sedikitnya separuh timbul pada kulit, subcutis dan payudara, kadang-kadang pada sub mukosa. 
2.2    KELAINAN PADA SENDI
Sendi adalah pertemuan dua atau lebih tulang. Tulang-tulang ini dipadukan dengan berbagai cara, misalnya dengan kapsul sendi, pita fibrosa, ligamen, tendon, fasia, atau otot.
Ada tiga tipe sendi, yaitu :
1.      Sendi fibrosa (sinarthroidal), merupakan sendi yang tidak dapat bergerak.
2.      Sendi kartilaginosa (amphiarthroidal), merupakan sendi yang sedikit bergerak.
3.      Sendi sinovial (diarthroidal), merupakan sendi yang dapat bergerak dengan bebas.
1.      Arthritis Acuta
a.    Arthritis acuta suppurativa
Etiologi:
1)      Osteomyelitis yang menjalar
2)      Trauma, luka tembus pada sendi
3)      Hematogen, misalnya pneumonia, meningitis. Kuman penyebab ialah staphylococcus, streptococcus dan pneumococcus.
Frekuensi terbanyak yakni pada usia 10-40 tahun. Terutama  menyerang sendi besar, biasanya monoartikuler.
Mikroskopik:
Membrane synovialis merah, sembab, bersebukan sel polimorfonukleus. Cairan synovial bertambah, purulen, keruh, penuh dengan leukosit dan bakteri. Tulang rawan sendi erosive dan tulang dibawahnya akan langsung berhubungan dengan sendi, yang akan mengakibatkan nyeri pada pergerakan. Ligament akan rusak, sehingga terjadi dislokasi. Simpai sendi kemudian robek dan nanah masuk jaringan sekitarnya. Bila radang berlangsung lama, maka akan terjadi ankylosis.



b.    Arthritis acuta non-suppurativa
Arthritis acuta umumnya termasuk golongan ini. Radang hanya terjadi pada membrane synovial, tidak akan terjadi perusakan jaringan sehingga tidak akan terjadi kekakuan sendi.
·           Arthritis Rheumatica
Ditemukan pada penyakit demam rematik. Yang terkena ialah sendi besar-besar, dan berpindah-pindah (polyarthritis migrans). Nyeri yang amat sangat merupakan tanda khas bagi sendi yang bengkak dan meradang.
Jaringan yang terkena menunjukkan synovitis acuta, yang mengakibatkan cairan synovial bertambah. Jaringan subsynovial, jaringan periartikuler dan ligament juga terkena sedikit.
Ditemukan tonjolan rematik pada jaringan subcutis; gambarannya sama dengan yang dijumpai pada jantung. Umumnya penyakit akan sembuh tanpa kelainan, tetapi bila keras dapat juga mengakibatkan kekakuan sendi.  
·           Arthritis Tuberkulosa
Merupakan penyakit pada anak-anak, umumnya berasal dari tuberculosis tulang yang berdekatan. Lesi tulang terjadi pada metafisis, kemudian sampai di sendi yang berdekatan melalui pembuluh darah dan tiba di membrane synovial. Atau dapat merusak tulang rawan epifisis, menyebuk epifisis dan kemudian menembus tulang rawan sendi dalam perjalanan menuju sendi.
Lokalisasi paling sering ialah pada tulang belakang, disebut spondylitis tuberkulosa dan sendi pangkal paha. Lesi yang tampak menunjukkan gambaran synovitis tuberkulosa. Membrane synovial menyerupai rheumatoid arthritis tetapi lebih tebal dan dapat mengisi seluruh ruangan. Warnanya abu-abu dan akan tampak tuberkel-tuberkel pada permukaannya.


2.        Arthritis Chronica
Merupakan radang yang berlangsung lama dan progresif.
a.    Arthritis Rheumatoid
Menurut definisi, Arthritis Rheumatoid adalah penyakit inflamasi yang mengenai jaringan ikat sendi, bersifat progresif, simetrik, dan sistemik serta cenderung menjadi kronik. Pada sisi lain Arthritis Rheumatoid adalah kelainan sistemik dengan manifestasi utama pada persendian yang berkembang secara perlahan-lahan dalam beberapa minggu.
Artritis reumatoid merupakan inflamasi kronik yang paling sering ditemukan pada sendi, insidensnya sekitar 3% dari penduduk menderita kelainan ini dan terutama ditemukan pada umur 20-30 tahun, lebih sering pada wanita daripada pria dengan perbandingan 3:1. Penyakit ini menyerang sendi-sendi kecil pada tangan, pergelangan kaki dan sendi-sendi besar pada lutut, panggul serta pergelangan tangan.
Etiologi
Penyebab utama kelainan ini tidak diketahui. Ada beberapa teori yang dikemukakan mengenai penyebab artritis reumatoid, yaitu :
Ø  Infeksi streptokokus hemolitikus dan streptokokus non-hemolitikus
Ø  Endokrin
Ø  Autoimun
Ø   Metabolik
Ø  Faktor genetik serta faktor pemicu lainnya.
Pada saat ini, artritis reumatoid diduga disebabkan oleh faktor autoimun dan infeksi. Autoimun ini bereaksi terhadap kolagen tipe II; faktor infeksi mungkin disebabkan oleh karena virus dan organisme mikroplasma atau grup difterioid yang menghasilkan antigen tipe II kolagen dari tulang rawan sendi penderita.
b.    Ankylosing Spondylitis
Terutama mengenai laki-laki pada usia sebelum 30 tahun, dengan keluhan nyeri pada punggung yang menahun. Etiologinya tidak diketahui, bisa karena suatu radang yang menahun.
Lesi yang terjadi ialah synovitis pada sendi-sendi tulang belakang. Kemudian terjadi kerusakan tulang rawan sendi yang mengakibatkan ankylosis.
3.        Arthritis Gout
Artritis gout adalah suatu proses inflamasi yang terjadi karena deposisi kristal asam urat pada jaringan sekitar sendi (tofi). Gout juga merupakan istilah yang dipakai untuk sekelompok gangguan metabolik yang ditandai oleh meningkatnya konsentrasi asam urat (hiperurisemia). Serta Artritis gout suatu penyakit autoimun dimana persendian secara simetris mengalami peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi.
Insidens dan Patogenesis
Gout dapat bersifat primer maupun sekunder. Gout primer merupakan akibat langsung pembentukan asam urat tubuh yang berlebihan atau ekskresi asam urat yang berkurang akibat proses penyakit lain atau pemakaian obat tertentu.
Pada keadaan normal kadar urat serum pada pria mulai meningkat setelah pubertas. Pada wanita kadar urat tidak meningkat sampai setelah menopause karena estrogen meningkatkan ekskresi asam urat melalui ginjal. Setelah menopause kadar urat serum meningkat seperti pada pria.
Gout jarang terjadi pada wanita. Sekitar 95% penderita gout adalah pria. Gout dapat ditemukan di seluruh dunia, pada semua ras manusia. Ada prevalensi familial dalam penyakit gout yang mengesankan suatu dasar genetik dari penyakit ini. Namun ada sejumlah faktor yang agaknya mempengaruhi timbulnya penyakit ini, termasuk diet, berat badan, dan gaya hidup. Gejala gout berkembang dalam 4 tahap :
v  Tahap Asimptomatik : Pada tahap ini kadar asam urat dalam darah meningkat, tidak menimbulkan gejala.
v  Tahap Akut : Serangan akut pertama datang tiba-tiba dan cepat memuncak, umumnya terjadi pada tengah malam atau menjelang pagi. Serangan ini berupa rasa nyeri yang hebat pada sendi yang terkena, mencapai puncaknya dalam waktu 24 jam dan perlahan-lahan akan sembuh spontan dan menghilang dengan sendirinya dalam waktu 14 hari.
v  Tahap Interkritikal : Pada tahap ini penderita dapat kembali bergerak normal serta melakukan berbagai aktivitas olahraga tanpa merasa sakit sama sekali. Kalau rasa nyeri pada serangan pertama itu hilang bukan berarti penyakit sembuh total, biasanya beberapa tahun kemudian akan ada serangan kedua. Namun ada juga serangan yang terjadi hanya sekali sepanjang hidup, semua ini tergantung bagaimana sipenderita mengatasinya.
v  Tahap Kronik : Tahap ini akan terjadi bila penyakit diabaikan sehingga menjadi akut. Frekuensi serangan akan meningkat 4-5 kali setahun tanpa disertai masa bebas serangan. Masa sakit menjadi lebih panjang bahkan kadang rasa nyerinya berlangsung terus-menerus disertai bengkak dan kaku pada sendi yang sakit.
4.        Osteoarthritis
Osteoarthritis adalah suatu penyakit sendi degeneratif yang terutama terjadi pada orang yang berusia lanjut dan ditandai oleh degenerasi kartilago artikularis, perubahan pada membran sinovia serta hipertrofi tulang pada tepinya. Rasa nyeri dan kaku, khususnya setelah melakukan aktivitas yang lama akan menyertai perubahan degeneratif tersebut.
Insidensi, Etiologi dan Patologi
Osteoarthritis merupakan bentuk penyakit sendi yang paling sering ditemukan. Diperkirakan dari orang berusia >35 tahun, menunjukkan bukti radiografik yang memperlihatkan penyakit osteoarthritis dengan prevalensi yang terus meningkat sampai 80 tahun. Meskipun mayoritas pasien, khususnya yang berusia muda, menderita penyakit ringan dan relatif asimptomatik, osteoarthritis merupakan salah satu dari beberapa penyebab utama yang menimbulkan disabilitas orang yang berusia > 65 tahun.
Osteoarthritis mungkin bukan satu penyakit melainkan beberapa penyakit yang semuanya memperlihatkan gambaran klinis dan patologis yang serupa. Akan tetapi terdapat dua perubahan morfologis utama, yaitu kerusakan fokal tulang rawan sendi yang progresif dan pembentukan tulang baru pada dasar lesi tulang rawan dan tepi sendi yang dikenal sebagai osteofit.
Penelitian menunjukkan bahwa perubahan metabolisme tulang rawan sendi sudah timbul sejak awal proses patologis osteoarthritis. Perubahan metabolisme tulang tersebut berupa peningkatan aktivitas enzim-enzim yang merusak makromolekul matriks tulang rawan sendi yaitu kolagen dan proteoglikan.
Perusakan ini membuat kadar proteoglikan dan kolagen berkurang sehingga kadar air tulang rawan sendi juga berkurang Beberapa faktor turut terlibat dalam timbulnya osteoarthritis ini. Penambahan usia semata tidak menyebabkan osteoarthritis, sekalipun perubahan selular atau matriks pada kartilago yang terjadi bersamaan dengan penuaan kemungkinan menjadi predisposisi bagi lanjut usia untuk mengalami osteoarthritis.
Faktor-faktor lain yang diperkirakan menjadi predisposisi adalah obesitas, trauma, kelainan endokrin (misalnya diabetes mellitus) dan kelainan primer persendian (misalnya arthritis inflamatorik).
Keluhan dan Gejala
Gejala klinis osteoartritis bervariasi, bergantung pada sendi yang terkena, lama dan intensitas penyakitnya, serta respons penderita terhadap penyakit yang dideritanya.  Pada umumnya gejala osteoarthritis  berupa:
Ø  Nyeri sendi yang khas yaitu nyeri yang bertambah berat pada waktu menopang berat badan atau waktu aktivitas (melakukan gerakan), dan membaik bila diistirahatka.
Ø  Gerakan sendi menjadi terhambat karena nyeri
Ø  Pada beberapa penderita, nyeri sendi atau kaku sendi dapat timbul setelah istirahat lama, misalnya duduk di kursi atau mobil (perjalanan jauh), atau setelah bangun tidur di pagi hari.
Ø  Kadang disertai suara gemeretak/kemretek pada sendi yang sakit.
Ø  Penderita mungkin menunjukkan salah satu sendinya (sering lutut atau tangan) secara perlahan membesar.
Secara klinis, osteoartritis dapat dibagi menjadi 3 tingkatan, yaitu :
1)   Subklinis.
Pada tingkatan ini belum ada keluhan atau tanda klinis lainnya. Kelainan baru terbatas pada tingkat seluler dan biokimiawi sendi.
2)   Manifest.
Pada tingkat ini biasanya penderita datang ke dokter. Kerusakan rawan sendi bertambah luas disertai reaksi peradangan.
3)      Dekompensasi
Rawan sendi telah rusak sama sekali, mungkin terjadi deformitas dan kontraktur. Pada tahap ini biasanya diperlukan tindakan bedah.
5.        Sprain
Sprain adalah trauma pada sendi, biasanya berkaitan dengan cedera ligament. Pada sprain yang berat ligament dapat putus. Sprain menyebabkan inflamasi, pembengkakan dan nyeri. Penyembuhan dapat memerlukan waktu beberapa minggu.
6.        Dislokasi dan Sublukasi
Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi. Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi).
Sublukasi adalah istilah yang dipakai untuk menunjukkan adanya deviasi hubungan normal antara rawan yang satu dengan rawan lainnya yang masih menyentuh berbagai bagian pasangannya

2.3    KELAINAN PADA TULANG
1.        Osteoporosis
Osteoporosis yaitu kelainan pada tulang yang mengakibatkan penurunan massa tulang total. Terdapat perubahan pergantian tulang homeostasis normal. Kecepatan resorpsi tulang dari kecepatan pembentukan tulang yang mengakibatkan penurunan massa tulang total. Tulang secara progresif menjadi porus, rapuh, dan mudah patah.
Patofisiologi
Dalam keadaan:
v  Normal terjadi proses yang terus menerus dan terjadi secara seimbang yaitu proses resorbsi dan proses pembentukan tulang. Setiap ada ada perubahan dalam kesimbangan ini, misalnya proses resorbsi lebih besar dari proses penbenutkan maka kan terjadi penurunan massa tulang.
v  Proses konsolidasi secara maksimal akan dicapai pada usia 30-35 tahun untuk tulang bagian korteks dan lebih dini pada bagianh trabekula.
v  Pada usia 40-45 tahun, baik wanita maupun pria akan mengalami penipisan tulang bagian korteks sebesar 0,3-0,5 %/ tahun dan bagian trabekula pada usia lebih muda.
v  Pada pria seusia wanita menopause mengalami penipisan tulang berkisar 20-30 % dan pada wanita 40-50 %.
v  Penurunan massa tulang lebih cepat pada bagian-bagian tubuh seperti metakarfal, kolum femoris, dan korpus vertebra.
v  Bagian-bagian tubuh yang sering fraktur adalah vertebra, paha bagian proksimal dan radius bagian distal.
2.        Osteomalacia
Osteomalasia adalah penyakit metabolisme tulang yang di tandai dengan tidak memadainya mineralisasi tulang. Pada orang dewasa osteomalasia bersifat kronik dan deformitas skeletalnya tidak seberat pada anak karena pertumbuhan skletal telah selesai.
Pada pasien ini,sejumlah besar osteoroid atau remodelling tulang baru tidak mengalami kalsifikasi, diperiksakan bahwa defek primernya adalah kekurangan vitamin D aktif ( kalsitrol), yang memacu absorpsi kalsium dari traktus GI, dan menfasilitasi tulang. @
Pasokan kalsium dan fosfat dalam cairan ekstra sel rendah. Tanpa vitamin D yang mencukupi, kalsium dan fosfat tidak dapat di masukkan ke tempak kalsifikasi tulang.
Patofisilogi:
v Ada berbagai kasus osteomalasia yang terjadi akibat gangguan umum metabolisme mineral. Faktor risiko terjadinya osteomalasia meliputi kekurangan dalam diet, malabsorpsi, gasterktomi, gagal ginjal kronik, terapi antikonvulsan berkepentingan dan kekurangan vitamin D.
v Malnutrisi ( kekurangan vitamin D) sering berhubungan dengan kalsium yang jelek terutama akibat kemiskinan, tetapi memakan makanan dan kurangnya pengetahuan mengenai nutrisi juga merupakan salah satu faktor. Paling sering terjadi dibagian dimana vitamin D tidak ditambahkan dalam makanan dan dimana terjadi kekurangan dalam diet dan jauh dari sinar matahari.
Osteomalasia dapat terjadi sebagai akibat kegagalan absorpsi kalsium atau kehilangan kalsium yang berlebihan dari tubuh. Kelainan GI dimana absorpsi lemak tidak memadai sering menimbulkan osteomalasia melalui kehilangan vitamin D dan kalsium, kalsium diekskresikan melalui feces dalam kombinasi dengan asam lemak.

3.        Osteosklerosis
Osteosklerosis (Osteosklerosis fragilis atau penyakit Albers-Schonberg)adalah pengerasan atau penambahan rapatan tulang yang abnormal. Gangguan ini dapat terjadi akibat pasokan darah yang kurang, infeksi menahun, atau tumor. Gangguan ini juga dapat berhubungan dengan hepatitis C

4.        Rakitis
Rakitis adalah pelunakan tulang pada anak-anak karena kekurangan atau gangguan metabolisme vitamin D, magnesium, fosfor atau kalsium, berpotensi menyebabkan patah tulang dan kelainan bentuk. Rakitis adalah salah satu penyakit anak yang paling sering di banyak negara berkembang.
Penyebab utama adalah kekurangan vitamin D, namun kekurangan kalsium yang memadai dalam diet juga dapat menyebabkan rakitis (kasus diare berat dan muntah dapat menjadi penyebab kekurangan). Meskipun dapat terjadi pada orang dewasa, sebagian besar kasus terjadi pada anak-anak menderita gizi buruk, biasanya akibat kelaparan atau kelaparan selama tahap awal masa kanak-kanak.
Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala Rakitis meliputi:
Ø Nyeri tulang
Ø Masalah gigi
Ø Kelemahan otot
Ø Meningkatkan kecenderungan untuk patah tulang (tulang mudah patah), terutama patah tulang greenstick.
Ø Deformitas rangka
o   Balita: kaki bengkok (genu varum)
o   Anak lebih tua: Knock-lutut (genu valgum) atau "lutut keanginan"
o   Kranial, tulang belakang, dan panggul cacat
Ø Gangguan pertumbuhan
Ø Hipokalsemia (tingkat rendah kalsium dalam darah)
Ø Tetani (kejang otot tidak terkendali di seluruh tubuh).
Ø Craniotabes (tengkorak lunak)
Ø Malleoli ganda tanda akibat hiperplasia metaphyseal
Ø Pelebaran pergelangan tangan menimbulkan kecurigaan awal, itu adalah karena hiperplasia tulang rawan metaphysial.

Jenis:
a)         Gizi Rakitis
b)        Vitamin D Tahan Rakitis
c)         Vitamin D Tergantung Rakitis
o   Tipe I
o   Tipe II
d)        Kongenital Rakitis
Penyebab:
Penyebab utama dari rakitis adalah kekurangan vitamin D. Vitamin D diperlukan untuk penyerapan kalsium dari usus. Sinar Matahari, sinar ultraviolet terutama, memungkinkan sel-sel kulit manusia mengkonversi vitamin D dari aktif ke keadaan aktif. Dengan tidak adanya vitamin D, kalsium tidak benar diserap, mengakibatkan hipokalsemia, menyebabkan cacat tulang dan gigi dan neuromuskuler gejala, misalnya hyperexcitability.
Makanan yang mengandung vitamin D termasuk mentega, telur, minyak hati ikan, margarin, susu dan jus, dan ikan berminyak seperti tuna, ikan herring, dan salmon. Suatu bentuk yang jarang dominan terkait-X ada yang disebut rakitis Vitamin D tahan. Kasus telah dilaporkan di Inggris dalam beberapa tahun terakhir dari rakitis pada anak-anak dari latar belakang sosial yang disebabkan oleh ketidakmampuan untuk membuat vitamin D karena sinar ultraviolet Matahari tidak mencapai kulit karena penggunaan terus-menerus dari tabir surya yang kuat, atau terlalu banyak di bawah sinar Matahari, atau menghabiskan waktu di dalam ruangan terlalu banyak.




Diagnosis:
Rakitis dapat didiagnosis dengan bantuan:
  • Tes darah:
    • Kalsium serum dapat menunjukkan tingkat yang rendah kalsium, fosfor serum mungkin rendah, dan fosfatase alkali serum dapat menjadi tinggi.
  • Gas darah arteri dapat mengungkapkan asidosis metabolik
  • X-ray tulang yang terkena bisa menunjukkan hilangnya kalsium dari tulang atau perubahan bentuk atau struktur tulang.
  • Biopsi tulang jarang dilakukan tetapi akan mengkonfirmasi rakitis.
Pengobatan dan Pencegahan:
Ø  Diet dan Sinar Matahari
Pengobatan melibatkan asupan makanan meningkatkan kalsium, fosfat dan vitamin D. Paparan terhadap sinar ultraviolet B (sinar Matahari ketika Matahari tertinggi di langit), minyak ikan cod, halibut minyak hati, dan viosterol semua sumber vitamin D. Sebuah jumlah yang cukup cahaya ultraviolet B di bawah sinar Matahari setiap hari dan persediaan yang memadai kalsium dan fosfor dalam makanan dapat mencegah rakitis.
Anak-anak yang tidak mendapatkan jumlah yang cukup vitamin D meningkatkan risiko rakitis. Vitamin D sangat penting untuk memungkinkan tubuh untuk penyerapan kalsium untuk digunakan dalam kalsifikasi tulang yang tepat dan pemeliharaan.
Ø  Cukup kadar vitamin D juga dapat dicapai melalui suplemen makanan dan paparan sinar Matahari. Vitamin D3 (cholecalciferol) adalah bentuk yang lebih disukai karena lebih mudah diserap tubuh dibandingkan vitamin D2. Kebanyakan dermatologists merekomendasikan suplemen vitamin D sebagai alternatif untuk paparan ultraviolet terlindungi karena peningkatan risiko kanker kulit yang terkait dengan paparan sinar Matahari.
Produksi endogen dengan paparan sinar Matahari tubuh penuh adalah sekitar 250 mg (10.000 IU) per hari. Menurut American Academy of Pediatrics (AAP), bayi yang disusui mungkin tidak mendapatkan 2 bulan sampai mereka mulai minum setidaknya 17 ons cairan AS (500 ml) yang diperkaya vitamin D atau susu formula setiap hari.
5.        Osteomyelitis
Osteomyelitis dapat terjadi sebagai akibat kegagalan absorpsi kalsium atau kehilangan kalsium yang berlebihan dari tubuh.
Etiologi
Osteomyilitis ini biasanya disebabkan oleh bakteri maupun virus, jamu dan mikroorganisme lain.
E Infeksi bisa disebabkan oleh penyebaran henatopgen (melalui darah) dari fokus infeksi dari tempat lain.
E Osteomylitis dapat berhubungan dengan penyebaran infeksi jaringan lunak seperti ulkus dekubitus yang terinfeksi atau ulkus vaskuler. Atau kontaminasi lansung tulang misalnya fraktur terbuka, cedera traumatik seperti luka tembak dan pembedahan tulang.
Patofisiologi
Staphylococcus aurens merupakan penyebab 70% - 80% menginfeksi tulang.
Respon inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari inflamasi, peningkatan vaskularisasi dan edema. Setelah 2-3 hari trombus pada pembulu darah terjadi pada tempat tersebut. Sehingga mengakibatkan iskemia dengan nekrotis tulang. Seiringan dengan peningkatan dan dapat menyebar ke jaringan lunak atau sendi di sekitarnya.
6.        Fraktur
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya atau setiap retak atau patah pada tulang yang utuh. Fraktur lebih sering terjadi pada orang laki-laki daripada perempuan dengan umur dibawah 45 tahun dan sering berhubungan dengan olahraga, pekerjaan atau kecelakaan.
Sedangkan pada Usia prevalensi cenderung lebih banyak terjadi pada wanita berhubungan dengan adanya osteoporosis yang terkait dengan perubahan hormon.
Jenis Fraktur:
  1. Complete fraktur (fraktur komplet), patah pada seluruh garis tengah tulang,luas dan melintang. Biasanya disertai dengan perpindahan posisi tulang.
  2. Closed frakture (simple fracture), tidak menyebabkan robeknya kulit, integritas kulit masih utuh.
  3. Open fracture (compound frakture / komplikata/ kompleks), merupakan fraktur dengan luka pada kulit (integritas kulit rusak dan ujung tulang menonjol sampai menembus kulit) atau membran mukosa sampai ke patahan tulang. Fraktur terbuka digradasi menjadi:
E  Grade I: luka bersih dengan panjang kurang dari 1 cm.
E  Grade II: luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang ekstensif.
E  Grade III: sangat terkontaminasi, dan mengalami kerusakan jaringan lunak ekstensif.
  1. Greenstick, fraktur dimana salah satu sisi tulang patah sedang sisi lainnya membengkok.
  2. Transversal, fraktur sepanjang garis tengah tulang.
  3. Oblik, fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang.
  4. Spiral, fraktur memuntir seputar batang tulang.
  5. Komunitif, fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa fragmen.
  6. Depresi, fraktur dengan frakmen patahan terdorong ke dalam (sering terjadi pada tulang tengkorak dan wajah).
  7. Kompresi, fraktur dimana tulang mengalami kompresi (terjadi pada tulang belakang).
  8. Patologik, fraktur yang terjadi pada daerah tulang berpenyakit (kista tulang, paget, metastasis tulang, tumor).
  9. Avulsi, tertariknya fragmen tulang oleh ligamen atau tendo pada prlekatannya.
  10. Epifisial, fraktur melalui epifisis.
  11. Impaksi, fraktur dimana fragmen tulang terdorong ke fragmen tulang lainnya.
Manifestasi klinis:
Nyeri terus menerus, hilangnya fungsi, deformitas, pemendekan ekstremitas, krepitus, pembengkakan lokal dan perubahan warna.
Pemeriksaan:
Tanda dan gejala kemudian setelah bagian yang retak di imobilisasi, perawat perlu mnilai pain (rasa sakit), paloor (kepucatan/perubahan warna), paralisis (kelumpuhan/ketidakmampuan untuk bergerak), parasthesia (kesemutan), dan pulselessnes (tidak ada denyut). Rontgen sinar X Pemeriksaan CBC jika terdapat perdarahan untuk menilai banyaknya darah yang hilang.
7.        Skoliosis
Skoliosis adalah suatu gangguan pada tulang belakang di mana tulang belakang melengkung ke samping baik kiri atau kanan yang membuat penderita bungkuk kesamping.
8.        Lordosis
Lordosis adalah suatu gangguan pada tulang belakang di mana tulang belakang melengkung ke belakang yang mengakibatkan penderita menjadi terlihat bongkok ke belakang.
9.        Kyphosis
Kiposis adalah suatu gangguan pada tulang belakang di mana tulang belakang melengkung ke depan yang mengakibatkan penderita menjadi terlihat bongkok.




BAB III
PENUTUP


3.1         Kesimpulan
Sistem muskuloskeletal adalah penunjang bentuk tubuh dan berperan dalam pergerakan. Sistem ini terdiri dari tulang, sendi, otot rangka, tendon, ligament, bursa, dan jaringan – jaringan khusus yang menghubungkan struktur tersebut.
Perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan makin meningkatnya usia.
Contoh kelainan pada system musculoskeletal yakni Atrofi, yang terdiri atas pelisutan sel otot karena re
sorpsi sarcoplasma dan pada stadium akhir daerah kolaps akan diganti oleh jaringan ikat. Contoh lainnya yaitu Osteoporosis, yakni  kelainan pada tulang yang mengakibatkan penurunan massa tulang total. Terdapat perubahan pergantian tulang homeostasis normal. Kecepatan resorpsi tulang dari kecepatan pembentukan tulang yang mengakibatkan penurunan massa tulang total. Tulang secara progresif menjadi porus, rapuh, dan mudah patah
Adanya gangguan pada sistem muskuloskeletal dapat mengakibatkan perubahan hingga fungsinya dapat menurun, sehingga mempengaruhi kerja tubuh.

3.2         Saran
Pada umumnya keluhan nyeri otot sendi-tulang (gangguan sistem musculoskeletal) merupakan keluhan terbanyak pada usia lanjut. Oleh karena itu selagi muda dan sehat, kita harus menjaga kesehatan tubuh kita agara terhindar serta meminimalisir berbagai gangguan tubuh., yakni dengan banyak mengkonsumsi makanan-makanan bergizi dan olahraga yang cukup.

DAFTAR PUSTAKA


Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi, Jakarta: EGC

 Staf Pengajar Bagian Patologi Anatomik. 1973. Patologi. Fakultas Kedokteran UI. Jakarta





Tidak ada komentar:

Posting Komentar