BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Sistem muskuloskeletal adalah penunjang
bentuk tubuh dan berperan dalam pergerakan. Sistem ini terdiri dari tulang,
sendi, otot rangka, tendon, ligament, bursa, dan jaringan – jaringan khusus
yang menghubungkan struktur tersebut.
Perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan makin meningkatnya usia.
Perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan makin meningkatnya usia.
Perubahan ini terjadi sejak awal kehidupan
hingga usia lanjut pada semua organ dan jaringan tubuh. Keadaan demikian itu
tampak pula pada semua sistem muskuloskeletal dan jaringan lain yang ada kaitannya
dengan kemungkinan timbulnya gangguan muskuloskeletal. Adanya gangguan pada
sistem muskuloskeletal dapat mengakibatkan perubahan otot, hingga fungsinya
dapat menurun bila otot pada bagian yang menderita tidak dilatih guna
mengaktifkan fungsi otot. Pada umumnya keluhan nyeri otot sendi-tulang
(gangguan sistem musculoskeletal) merupakan keluhan terbanyak pada usia lanjut.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang
telah dikemukakan, maka rumusan masalah yang ingin disampaikan penulis yaitu:
1. Kelainan apa sajakah yang termasuk pada system
musculoskeletal?
2. Penyakit apa sajakah yang termasuk kelainan pada otot bila
ditinjau dari etiologinya?
3. Penyakit apa sajakah
yang termasuk kelainan pada sendi serta bagaimana etiologinya?
4. Penyakit apa sajakah yang termasuk kelainan pada tulang bila
ditinjau dari etiologinya?
1.3
Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini
yaitu:
1. Untuk mengetahui kelainan apa sajakah yang termasuk pada system musculoskeletal.
2. Untuk mengetahui penyakit apa sajakah yang termasuk kelainan pada otot bila ditinjau dari etiologinya.
3. Untuk mengetahui penyakit apa sajakah yang termasuk kelainan pada sendi serta bagaimana etiologinya.
4. Untuk mengetahui penyakit apa sajakah yang termasuk kelainan pada tulang bila ditinjau dari etiologinya.
1.4
Manfaaat Penulisan
Manfaat penulisan makalah ini
adalah :
1.
Membantu
mahasiswa memahami dan mendalami mengenai patologi sistem muskuloskeletal.
2
Memberikan
informasi secara mendalam mengenai patologi sistem muskuloskeletal.
1.5
Metode Penyusunan
Metode yang kami
gunakan dalam penyusunan makalah ini adalah melalui studi pustaka.
Langkah-langkahnya yaitu sebagai berikut :
a.
Mengumpulkan berbagai sumber.
b.
Membaca sumber.
c.
Menganalisis sumber.
d.
Menyusun sumber.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
KELAINAN PADA OTOT
Kelainan otot rangka/seran lintang terjadi pada
bermacam-macam penyakit sistemik, diantaranya pada infeksi oleh stafilokokus,
maka abses subkutan dapat mengenai serabut otot secara sekunder; scleroderma;
dermatomyositis; typhus abdominalis; disuse atrophy, dll.
Yang akan diuraikan ialah reaksi dasar otot terhadap berbagai
jejas. Bentuk reaksi, distribusi otot yang terkena dan adanya alat tubuh lain
yang terkena merupakan trias bagi diagnosis penyakit otot.
Ciri-ciri
patologik untuk membeda-bedakan penyakit otot ialah:
a)
Umur dan sifat perubahan
pada otot tertentu
b)
Distribusi perubahan
pada satu atau lebih otot
c)
Adanya sel radang pada
parasit
d)
Adanya perubahan
patologik pada alat tubuh lain-lain.
1.
Atrofi Otot
Terdiri atas pelisutan sel otot karena resorpsi sarcoplasma
dan pada stadium akhir daerah kolaps akan diganti oleh jaringan ikat. Garis
tengah sel otot mengecil. Seran lintang tetap tampak selama beberapa waktu,
tetapi menjadi kurang jelas. Inti sel seolah-olah bertambah karena serat
kehilangan substansi.
Sel dapat mati dan diganti oleh jaringan ikat. Pada waktu itu
tampak sebukan ringan limfosit pada interstisium. Pada stadium akhir, sering
terdapat pigmen lipochrome berwarna kuning yang terletak perinukleus; perubahan
ini disebut Brown Atrophy (atrophia
fusca). Distribusi sel atropik sering berguna bagi diferensiasi berbagai bentuk
atrofi, misalnya disuse atrophy,
atrofi karena gangguan peredaran darah atau persarafan, dll.
Pada
atrofi karena gangguan persarafan, maka serabut di dekatnya yang tidak terkena
mengalami hipertrofi. Pada proses atrofi yang murni, hanya terdapat reaksi
radang ringan dan sedikit nekrosis akut sel otot.
Pada umumnya, perubahan atrofi condong untuk mengenai
beberapa kelompok sel atau seluruh otot, berbeda dengan distrofi yang
menunjukkan perubahan setempat yang tidak teratur.
Secara makroskopik, perubahan otot bergantung kepada
meratanya atrofi. Pada umumnya, bila perubahan cukup banyak, menyebabkan
pelisutan dan pelunakan seluruh otot. Otot warnanya menjadi kuning sampai
coklat bergantung kepada jumlah endapan pigmen lipochrome. Pada kasus lanjut
terjadi fibrosis berwarna pucat kelabu.
Etiologi
Ø Usia lanjut ] terjadi pengecilan otot tanpa destruksi otot, mengenai semua
serst otot.
Ø Gizi buruk menahun ] sama dengan pada usia lanjut.
Ø Panhipopituitarisme ] mengenai seluruh tubuh.
Ø Iskhemi ] juga merupakan dasar pada usia lanjut. Terjadi pada tiap
penyempitan pembuluh darah, arteriosklerosis, tromboembolisme, penyakit Bueger.
Contoh:
1. Sindrom Tibialis Arterior] bengkak, nyeri dan kelumpuhan otot-otot pretibial.
2. Volkmann’s Contracture] kerusakan pada otot menyebabkan kontraksi jari-jari.
Ø Gangguan persarafan, misalnya:
Kerusakan pada saraf tepi atau pada medulla spinalis ]poliomyelitis, peripheral neuritis ]serabut otot yang terkena tidak menyeluruh. Juga ditemukan
pada berbagai penyakit neuromuskuler:
·
Infantile Muscular
Atrophy
·
Amyotonia Congenita
·
Progressive Muscular
Atrophy (Aranduchenne)
·
Amyotrophic Lateral
Sclerosis (Charcot)
2.
Distrofi Otot
Meliputi segolongan myopathy yang dipengaruhi oleh
faktor-faktor genetic, ditandai oleh perubahan regresif pada sel otot, yang
menyebabkan kelemahan pada otot yang terkena.
Klasifikasi:
a)
Distrofi otot
jenis/bentuk Duchenne (pseudohipertrofik)
Bentuk agresif ] Paling sering dan paling berat, terjadi segera sesudah lahir
mengenai otot-otot pelvis dan menyebabkan sikap yang teruyung-huyung. Kemudian
otot-otot bahu dan lengan pun terkena.
Bentuk khas ] Pembesaran/pseudohipertrofi otot betis dan kadang-kadang
kelompok otot lain. Diturunkan secara sex-linked dan terutama mengenai pria.
Kemudian terjadi kelumpuhan total dan meninggal pada usia 10-20 tahun. Selama
proses berlangsung, terjadi atrofi otot, kontraktur dan deformitas tulang.
Bentuk jinak ] Mulai pada usia 30-40 tahun, menyebabkan kelemahan simetrik.
Tampak atrofi kelompok otot pelvis,bahu dan lengan. Pseudohipertrofi pada betis
dan juga sering deltoid.
b)
Distrofi otot
pergelangan ekstremitas (“limb girdle”)
Mulai pada masa anak-anak, tetapi kadang-kadang pada usia
30-50 tahun. Mengenai otot-otot pelvis, ekstremitas atas dan bawah. Diturunkan
secara resesif autosomal. Frekuensi pada pria sama dengan wanita,
pseudohipertrofi jarang ditemukan. Penderita penyakit ini masih dapat bertahan
selama 20-30 tahun.
c)
Distrofi otot
facioscapulohumeral
Mulai
pada usia dewasa, tetapi kadang-kadang pada anak-anak. Diturunkan secara
dominan autosomal. Frekuensi pada wanita sama dengan pria. Mengenal otot-otot
muka dan gelang scapulohumeral, kadang-kadang terdapat pseudohipertrofi pada
betis. Penyakit timbul perlahan.
d)
Myopathy distal dan
okuler
e)
Distrofi otot bawaan
f)
Distrofi myotomik
Morfologi:
Semua bentuk distrofi secara anatomic saling menyerupai. Otot
yang terkena menjadi atrofik, pucat dan lunak. Secara histologik, serabut otot
terkena tidak teratur, sehingga beberapa atrofik seluruhnya, beberapa
mengeriput, sedangkan yang lain besar abnormal (pseudohipertrofik).
Kehilangan massa otot sebagian dikompensasi oleh sebukan
jaringan ikat dan lemak. Serabut otot menunjukkan berbagai perubahan regresif
diantaranya hialinisasi, vakuolisasi fokal, fragmentasi sitoplasma dan sarung
sarcolemma yang berkerut. Pada saat timbulnya bukti klinik adanya gangguan
fungsi, diperhitungkan bahwa lebih dari 50% dari serabut otot telah terkena.
Perubahan
Biokimiawi:
Pada semua kelainan tersebut diatas diduga terdapat defek
metabolic bawaan, termasuk kekurangan glikogen, kekurangan asam laktat,
kekurangan enzim glikogenik, bertambahnya enzim proteolitik.
Keratin
dibuat lebih dari 95% di hati, kemudian disimpan di otot seran lintang, disini
diubah menjadi kreatinin, karena itu pada penyakit ini dalam urin keratin di
ekskresikan dan ekskresi keratin menurun, SGOT (Serum Glutamic-Oxalo-acetic Transaminase)
meninggi. Dua percobaan penting ialah:
·
Aldolase: Dapat naik
dari 10 hingga 100 unit/ml terutama pada stadium dini.
·
Ceratine Phospokinase
juga meninggi pada stadium dini dan akut. Wanita carrier penyakit ini dapat
diketahui dengan percobaan ini.
Lysosome bertambah pada penyakit distrofi otot.
3.
Radang Otot/Myositis
Myositis adalah istilah umum
untuk peradangan pada otot. Banyak kondisi tersebut dianggap kemungkinan disebabkan oleh kondisi autoimun, bukan langsung karena infeksi, meskipun kondisi autoimun dapat
diaktifkan atau diperburuk oleh infeksi.
4.
Strain
Strain adalah trauma pada suatu otot atau tendon. Biasanya
terjadi ketika otot atau tendon teregang melebihi batas normalnya. Strain dapat
mencakup robekan atau rupture jaringan. Inflamasi terjadi pada cedera otot atau
tendon yang menyebabkan nyeri dan pembengkakan jaringan. Penyembuhan dapat
memerlukan waktu beberapa minggu.
5.
Rabdomiolisis
Rabdomiolisis, yang juga disebut mioglobinuria adalah adanya
sejumlah besar protein otot (mioglobin) di urine. Rabdomiolisis biasanya
terjadi setelah trauma otot besar, terutama cedera remuk otot.
Lari jarak jauh, infeksi tertentu yang berat dan paparan
terhadap syok listrik dapat menyebabkan kerusakan otot luas dan pelepasan
mioglobin yang berlebihan. Rabdomiolis dapat menyebabkan gagal ginjal apabila
mioglobin terperangkap di kapiler atau tubulus ginjal yang halus sehingga
mengganggu aliran darah ginjal.
6.
Myoblastoma
Tumor
jinak yang biasanya kecil (2-3 cm) terdiri atas sel-sel besar dan bulat dengan
inti bulat lonjong dan sitoplasma asidofil, bergranula. Sering ditemukan pada
lidah kadang-kadang pada otot seran lintang, tetapi sedikitnya separuh timbul
pada kulit, subcutis dan payudara, kadang-kadang pada sub mukosa.
2.2
KELAINAN PADA SENDI
Sendi
adalah pertemuan dua atau lebih tulang. Tulang-tulang ini dipadukan dengan
berbagai cara, misalnya dengan kapsul sendi, pita fibrosa, ligamen, tendon,
fasia, atau otot.
Ada
tiga tipe sendi, yaitu :
1. Sendi fibrosa
(sinarthroidal), merupakan sendi yang tidak dapat bergerak.
2. Sendi kartilaginosa
(amphiarthroidal), merupakan sendi yang sedikit bergerak.
3. Sendi sinovial
(diarthroidal), merupakan sendi yang dapat bergerak dengan bebas.
1.
Arthritis Acuta
a.
Arthritis acuta suppurativa
Etiologi:
1) Osteomyelitis yang menjalar
2) Trauma, luka tembus pada sendi
3) Hematogen, misalnya pneumonia, meningitis. Kuman penyebab
ialah staphylococcus, streptococcus dan pneumococcus.
Frekuensi terbanyak yakni pada usia 10-40 tahun.
Terutama menyerang sendi besar, biasanya
monoartikuler.
Mikroskopik:
Membrane synovialis merah, sembab, bersebukan sel
polimorfonukleus. Cairan synovial bertambah, purulen, keruh, penuh dengan
leukosit dan bakteri. Tulang rawan sendi erosive dan tulang dibawahnya akan
langsung berhubungan dengan sendi, yang akan mengakibatkan nyeri pada
pergerakan. Ligament akan rusak, sehingga terjadi dislokasi. Simpai sendi
kemudian robek dan nanah masuk jaringan sekitarnya. Bila radang berlangsung
lama, maka akan terjadi ankylosis.
b.
Arthritis acuta non-suppurativa
Arthritis acuta umumnya termasuk
golongan ini. Radang hanya terjadi pada membrane synovial, tidak akan terjadi
perusakan jaringan sehingga tidak akan terjadi kekakuan sendi.
·
Arthritis Rheumatica
Ditemukan
pada penyakit demam rematik. Yang terkena ialah sendi besar-besar, dan
berpindah-pindah (polyarthritis migrans). Nyeri yang amat sangat merupakan
tanda khas bagi sendi yang bengkak dan meradang.
Jaringan
yang terkena menunjukkan synovitis acuta, yang mengakibatkan cairan synovial
bertambah. Jaringan subsynovial, jaringan periartikuler dan ligament juga
terkena sedikit.
Ditemukan
tonjolan rematik pada jaringan subcutis; gambarannya sama dengan yang dijumpai pada
jantung. Umumnya penyakit akan sembuh tanpa kelainan, tetapi bila keras dapat
juga mengakibatkan kekakuan sendi.
·
Arthritis Tuberkulosa
Merupakan
penyakit pada anak-anak, umumnya berasal dari tuberculosis tulang yang
berdekatan. Lesi tulang terjadi pada metafisis, kemudian sampai di sendi yang
berdekatan melalui pembuluh darah dan tiba di membrane synovial. Atau dapat
merusak tulang rawan epifisis, menyebuk epifisis dan kemudian menembus tulang
rawan sendi dalam perjalanan menuju sendi.
Lokalisasi
paling sering ialah pada tulang belakang, disebut spondylitis tuberkulosa dan
sendi pangkal paha. Lesi yang tampak menunjukkan gambaran synovitis
tuberkulosa. Membrane synovial menyerupai rheumatoid arthritis tetapi lebih
tebal dan dapat mengisi seluruh ruangan. Warnanya abu-abu dan akan tampak tuberkel-tuberkel
pada permukaannya.
2.
Arthritis Chronica
Merupakan radang yang berlangsung lama dan progresif.
a.
Arthritis Rheumatoid
Menurut
definisi, Arthritis Rheumatoid adalah penyakit inflamasi yang mengenai jaringan
ikat sendi, bersifat progresif, simetrik, dan sistemik serta cenderung menjadi
kronik. Pada sisi lain Arthritis Rheumatoid adalah kelainan sistemik dengan
manifestasi utama pada persendian yang berkembang secara perlahan-lahan dalam
beberapa minggu.
Artritis reumatoid merupakan inflamasi
kronik yang paling sering ditemukan pada sendi, insidensnya sekitar 3% dari
penduduk menderita kelainan ini dan terutama ditemukan pada umur 20-30 tahun,
lebih sering pada wanita daripada pria dengan perbandingan 3:1. Penyakit ini
menyerang sendi-sendi kecil pada tangan, pergelangan kaki dan sendi-sendi besar
pada lutut, panggul serta pergelangan tangan.
Etiologi
Penyebab utama kelainan ini tidak diketahui. Ada beberapa teori yang dikemukakan mengenai penyebab artritis reumatoid, yaitu :
Penyebab utama kelainan ini tidak diketahui. Ada beberapa teori yang dikemukakan mengenai penyebab artritis reumatoid, yaitu :
Ø Infeksi
streptokokus hemolitikus dan streptokokus non-hemolitikus
Ø Endokrin
Ø Autoimun
Ø Metabolik
Ø Faktor genetik
serta faktor pemicu lainnya.
Pada saat ini,
artritis reumatoid diduga disebabkan oleh faktor autoimun dan infeksi. Autoimun
ini bereaksi terhadap kolagen tipe II; faktor infeksi mungkin disebabkan oleh
karena virus dan organisme mikroplasma atau grup difterioid yang menghasilkan
antigen tipe II kolagen dari tulang rawan sendi penderita.
b.
Ankylosing Spondylitis
Terutama mengenai laki-laki pada usia sebelum 30 tahun,
dengan keluhan nyeri pada punggung yang menahun. Etiologinya tidak diketahui,
bisa karena suatu radang yang menahun.
Lesi yang terjadi ialah synovitis pada sendi-sendi tulang
belakang. Kemudian terjadi kerusakan tulang rawan sendi yang mengakibatkan
ankylosis.
3.
Arthritis Gout
Artritis gout adalah suatu proses inflamasi
yang terjadi karena deposisi kristal asam urat pada jaringan sekitar sendi
(tofi). Gout juga merupakan istilah yang dipakai untuk sekelompok gangguan
metabolik yang ditandai oleh meningkatnya konsentrasi asam urat
(hiperurisemia). Serta Artritis gout suatu penyakit autoimun dimana persendian
secara simetris mengalami peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan
seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi.
Insidens dan
Patogenesis
Gout dapat bersifat primer maupun sekunder.
Gout primer merupakan akibat langsung pembentukan asam urat tubuh yang
berlebihan atau ekskresi asam urat yang berkurang akibat proses penyakit lain
atau pemakaian obat tertentu.
Pada keadaan normal kadar urat serum pada
pria mulai meningkat setelah pubertas. Pada wanita kadar urat tidak meningkat
sampai setelah menopause karena estrogen meningkatkan ekskresi asam urat
melalui ginjal. Setelah menopause kadar urat serum meningkat seperti pada pria.
Gout jarang terjadi
pada wanita. Sekitar 95% penderita gout adalah pria. Gout dapat ditemukan di
seluruh dunia, pada semua ras manusia. Ada prevalensi familial dalam penyakit
gout yang mengesankan suatu dasar genetik dari penyakit ini. Namun ada sejumlah
faktor yang agaknya mempengaruhi timbulnya penyakit ini, termasuk diet, berat
badan, dan gaya hidup. Gejala gout berkembang dalam 4 tahap :
v Tahap Asimptomatik
: Pada tahap ini kadar asam urat dalam darah meningkat, tidak menimbulkan
gejala.
v Tahap Akut :
Serangan akut pertama datang tiba-tiba dan cepat memuncak, umumnya terjadi pada
tengah malam atau menjelang pagi. Serangan ini berupa rasa nyeri yang hebat
pada sendi yang terkena, mencapai puncaknya dalam waktu 24 jam dan
perlahan-lahan akan sembuh spontan dan menghilang dengan sendirinya dalam waktu
14 hari.
v Tahap Interkritikal
: Pada tahap ini penderita dapat kembali bergerak normal serta melakukan
berbagai aktivitas olahraga tanpa merasa sakit sama sekali. Kalau rasa nyeri
pada serangan pertama itu hilang bukan berarti penyakit sembuh total, biasanya
beberapa tahun kemudian akan ada serangan kedua. Namun ada juga serangan yang
terjadi hanya sekali sepanjang hidup, semua ini tergantung bagaimana
sipenderita mengatasinya.
v Tahap Kronik :
Tahap ini akan terjadi bila penyakit diabaikan sehingga menjadi akut. Frekuensi
serangan akan meningkat 4-5 kali setahun tanpa disertai masa bebas serangan.
Masa sakit menjadi lebih panjang bahkan kadang rasa nyerinya berlangsung
terus-menerus disertai bengkak dan kaku pada sendi yang sakit.
4.
Osteoarthritis
Osteoarthritis adalah suatu penyakit sendi
degeneratif yang terutama terjadi pada orang yang berusia lanjut dan ditandai
oleh degenerasi kartilago artikularis, perubahan pada membran sinovia serta
hipertrofi tulang pada tepinya. Rasa nyeri dan kaku, khususnya setelah
melakukan aktivitas yang lama akan menyertai perubahan degeneratif tersebut.
Insidensi, Etiologi
dan Patologi
Osteoarthritis merupakan bentuk penyakit
sendi yang paling sering ditemukan. Diperkirakan ⅓ dari orang berusia
>35 tahun, menunjukkan bukti radiografik yang memperlihatkan penyakit
osteoarthritis dengan prevalensi yang terus meningkat sampai 80 tahun. Meskipun
mayoritas pasien, khususnya yang berusia muda, menderita penyakit ringan dan
relatif asimptomatik, osteoarthritis merupakan salah satu dari beberapa
penyebab utama yang menimbulkan disabilitas orang yang berusia > 65 tahun.
Osteoarthritis mungkin bukan satu penyakit
melainkan beberapa penyakit yang semuanya memperlihatkan gambaran klinis dan
patologis yang serupa. Akan tetapi terdapat dua perubahan morfologis utama,
yaitu kerusakan fokal tulang rawan sendi yang progresif dan pembentukan tulang
baru pada dasar lesi tulang rawan dan tepi sendi yang dikenal sebagai osteofit.
Penelitian menunjukkan bahwa perubahan metabolisme
tulang rawan sendi sudah timbul sejak awal proses patologis osteoarthritis.
Perubahan metabolisme tulang tersebut berupa peningkatan aktivitas enzim-enzim
yang merusak makromolekul matriks tulang rawan sendi yaitu kolagen dan
proteoglikan.
Perusakan ini membuat kadar proteoglikan
dan kolagen berkurang sehingga kadar air tulang rawan sendi juga berkurang
Beberapa faktor turut terlibat dalam timbulnya osteoarthritis ini. Penambahan
usia semata tidak menyebabkan osteoarthritis, sekalipun perubahan selular atau
matriks pada kartilago yang terjadi bersamaan dengan penuaan kemungkinan
menjadi predisposisi bagi lanjut usia untuk mengalami osteoarthritis.
Faktor-faktor lain yang diperkirakan
menjadi predisposisi adalah obesitas, trauma, kelainan endokrin (misalnya
diabetes mellitus) dan kelainan primer persendian (misalnya arthritis
inflamatorik).
Keluhan dan Gejala
Gejala klinis
osteoartritis bervariasi, bergantung pada sendi yang terkena, lama dan
intensitas penyakitnya, serta respons penderita terhadap penyakit yang
dideritanya. Pada umumnya gejala
osteoarthritis berupa:
Ø Nyeri sendi yang
khas yaitu nyeri yang bertambah berat pada waktu menopang berat badan atau
waktu aktivitas (melakukan gerakan), dan membaik bila diistirahatka.
Ø Gerakan sendi
menjadi terhambat karena nyeri
Ø Pada beberapa
penderita, nyeri sendi atau kaku sendi dapat timbul setelah istirahat lama,
misalnya duduk di kursi atau mobil (perjalanan jauh), atau setelah bangun tidur
di pagi hari.
Ø Kadang disertai
suara gemeretak/kemretek pada sendi yang sakit.
Ø Penderita mungkin
menunjukkan salah satu sendinya (sering lutut atau tangan) secara perlahan
membesar.
Secara klinis, osteoartritis dapat dibagi
menjadi 3 tingkatan, yaitu :
1)
Subklinis.
Pada tingkatan ini belum ada keluhan atau tanda klinis lainnya. Kelainan baru terbatas pada tingkat seluler dan biokimiawi sendi.
Pada tingkatan ini belum ada keluhan atau tanda klinis lainnya. Kelainan baru terbatas pada tingkat seluler dan biokimiawi sendi.
2)
Manifest.
Pada tingkat ini biasanya penderita datang ke dokter. Kerusakan rawan sendi bertambah luas disertai reaksi peradangan.
Pada tingkat ini biasanya penderita datang ke dokter. Kerusakan rawan sendi bertambah luas disertai reaksi peradangan.
3)
Dekompensasi
Rawan sendi telah rusak sama sekali, mungkin terjadi deformitas dan kontraktur. Pada tahap ini biasanya diperlukan tindakan bedah.
Rawan sendi telah rusak sama sekali, mungkin terjadi deformitas dan kontraktur. Pada tahap ini biasanya diperlukan tindakan bedah.
5.
Sprain
Sprain adalah
trauma pada sendi, biasanya berkaitan dengan cedera ligament. Pada sprain yang
berat ligament dapat putus. Sprain menyebabkan inflamasi, pembengkakan dan
nyeri. Penyembuhan dapat memerlukan waktu beberapa minggu.
6.
Dislokasi dan
Sublukasi
Dislokasi adalah
terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi. Dislokasi ini dapat hanya
komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh komponen tulang dari
tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi).
Sublukasi adalah
istilah yang dipakai untuk menunjukkan adanya deviasi hubungan normal antara
rawan yang satu dengan rawan lainnya yang masih menyentuh berbagai
bagian pasangannya
2.3
KELAINAN PADA TULANG
1.
Osteoporosis
Osteoporosis yaitu
kelainan pada tulang yang mengakibatkan penurunan massa tulang total. Terdapat
perubahan pergantian tulang homeostasis normal. Kecepatan resorpsi tulang dari
kecepatan pembentukan tulang yang mengakibatkan penurunan massa tulang total.
Tulang secara progresif menjadi porus, rapuh, dan mudah patah.
Patofisiologi
Dalam keadaan:
Dalam keadaan:
v Normal terjadi
proses yang terus menerus dan terjadi secara seimbang yaitu proses resorbsi dan
proses pembentukan tulang. Setiap ada ada perubahan dalam kesimbangan ini,
misalnya proses resorbsi lebih besar dari proses penbenutkan maka kan terjadi
penurunan massa tulang.
v Proses konsolidasi
secara maksimal akan dicapai pada usia 30-35 tahun untuk tulang bagian korteks
dan lebih dini pada bagianh trabekula.
v Pada usia 40-45
tahun, baik wanita maupun pria akan mengalami penipisan tulang bagian korteks
sebesar 0,3-0,5 %/ tahun dan bagian trabekula pada usia lebih muda.
v Pada pria seusia
wanita menopause mengalami penipisan tulang berkisar 20-30 % dan pada wanita
40-50 %.
v Penurunan massa
tulang lebih cepat pada bagian-bagian tubuh seperti metakarfal, kolum femoris,
dan korpus vertebra.
v Bagian-bagian tubuh
yang sering fraktur adalah vertebra, paha bagian proksimal dan radius bagian
distal.
2.
Osteomalacia
Osteomalasia adalah penyakit metabolisme
tulang yang di tandai dengan tidak memadainya mineralisasi tulang. Pada orang
dewasa osteomalasia bersifat kronik dan deformitas skeletalnya tidak seberat
pada anak karena pertumbuhan skletal telah selesai.
Pada pasien ini,sejumlah besar osteoroid
atau remodelling tulang baru tidak mengalami kalsifikasi, diperiksakan bahwa
defek primernya adalah kekurangan vitamin D aktif ( kalsitrol), yang memacu
absorpsi kalsium dari traktus GI, dan menfasilitasi tulang. @
Pasokan kalsium dan fosfat dalam cairan
ekstra sel rendah. Tanpa vitamin D yang mencukupi, kalsium dan fosfat tidak
dapat di masukkan ke tempak kalsifikasi tulang.
Patofisilogi:
v Ada berbagai kasus
osteomalasia yang terjadi akibat gangguan umum metabolisme mineral. Faktor
risiko terjadinya osteomalasia meliputi kekurangan dalam diet, malabsorpsi,
gasterktomi, gagal ginjal kronik, terapi antikonvulsan berkepentingan dan
kekurangan vitamin D.
v Malnutrisi (
kekurangan vitamin D) sering berhubungan dengan kalsium yang jelek terutama
akibat kemiskinan, tetapi memakan makanan dan kurangnya pengetahuan mengenai
nutrisi juga merupakan salah satu faktor. Paling sering terjadi dibagian dimana
vitamin D tidak ditambahkan dalam makanan dan dimana terjadi kekurangan dalam
diet dan jauh dari sinar matahari.
Osteomalasia dapat terjadi sebagai akibat
kegagalan absorpsi kalsium atau kehilangan kalsium
yang berlebihan dari tubuh. Kelainan GI dimana absorpsi lemak tidak memadai
sering menimbulkan osteomalasia melalui kehilangan vitamin D dan kalsium,
kalsium diekskresikan melalui feces dalam kombinasi dengan asam lemak.
3.
Osteosklerosis
Osteosklerosis (Osteosklerosis fragilis atau penyakit Albers-Schonberg)adalah
pengerasan atau penambahan rapatan tulang yang abnormal. Gangguan ini dapat terjadi akibat pasokan
darah yang kurang, infeksi menahun, atau tumor. Gangguan ini juga dapat berhubungan dengan hepatitis C.
4.
Rakitis
Rakitis adalah
pelunakan tulang pada anak-anak karena kekurangan atau gangguan metabolisme
vitamin D, magnesium, fosfor atau kalsium, berpotensi menyebabkan patah tulang
dan kelainan bentuk. Rakitis adalah salah satu penyakit anak yang paling sering
di banyak negara berkembang.
Penyebab utama
adalah kekurangan vitamin D, namun kekurangan kalsium yang memadai dalam diet
juga dapat menyebabkan rakitis (kasus diare berat dan muntah dapat menjadi
penyebab kekurangan). Meskipun dapat terjadi pada orang dewasa, sebagian besar
kasus terjadi pada anak-anak menderita gizi buruk, biasanya akibat kelaparan
atau kelaparan selama tahap awal masa kanak-kanak.
Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala Rakitis meliputi:
Ø Nyeri tulang
Ø Masalah gigi
Ø Kelemahan otot
Ø Meningkatkan kecenderungan
untuk patah tulang (tulang mudah patah), terutama patah tulang greenstick.
Ø Deformitas rangka
o
Balita: kaki bengkok (genu varum)
o
Anak lebih tua: Knock-lutut (genu valgum) atau "lutut
keanginan"
o
Kranial, tulang belakang, dan panggul cacat
Ø Gangguan
pertumbuhan
Ø Hipokalsemia
(tingkat rendah kalsium dalam darah)
Ø Tetani (kejang otot
tidak terkendali di seluruh tubuh).
Ø Craniotabes
(tengkorak lunak)
Ø Malleoli ganda
tanda akibat hiperplasia metaphyseal
Ø Pelebaran
pergelangan tangan menimbulkan kecurigaan awal, itu adalah karena hiperplasia
tulang rawan metaphysial.
Jenis:
a)
Gizi Rakitis
b)
Vitamin D Tahan Rakitis
c)
Vitamin D Tergantung Rakitis
o
Tipe I
o
Tipe II
d)
Kongenital Rakitis
Penyebab:
Penyebab utama dari rakitis adalah kekurangan vitamin D.
Vitamin D diperlukan untuk penyerapan kalsium dari usus. Sinar Matahari, sinar
ultraviolet terutama, memungkinkan sel-sel kulit manusia mengkonversi vitamin D
dari aktif ke keadaan aktif. Dengan tidak adanya vitamin D, kalsium tidak benar
diserap, mengakibatkan hipokalsemia, menyebabkan cacat tulang dan gigi dan
neuromuskuler gejala, misalnya hyperexcitability.
Makanan yang mengandung vitamin D termasuk mentega, telur,
minyak hati ikan, margarin, susu dan jus, dan ikan berminyak seperti tuna, ikan
herring, dan salmon. Suatu bentuk yang jarang dominan terkait-X ada yang
disebut rakitis Vitamin D tahan. Kasus telah dilaporkan di Inggris dalam
beberapa tahun terakhir dari rakitis pada anak-anak dari latar belakang sosial
yang disebabkan oleh ketidakmampuan untuk membuat vitamin D karena sinar
ultraviolet Matahari tidak mencapai kulit karena penggunaan terus-menerus dari
tabir surya yang kuat, atau terlalu banyak di bawah sinar Matahari, atau
menghabiskan waktu di dalam ruangan terlalu banyak.
Diagnosis:
Rakitis dapat didiagnosis dengan bantuan:
- Tes darah:
- Kalsium
serum dapat menunjukkan tingkat yang rendah kalsium, fosfor serum mungkin
rendah, dan fosfatase alkali serum dapat menjadi tinggi.
- Gas
darah arteri dapat mengungkapkan asidosis metabolik
- X-ray
tulang yang terkena bisa menunjukkan hilangnya kalsium dari tulang atau
perubahan bentuk atau struktur tulang.
- Biopsi
tulang jarang dilakukan tetapi akan mengkonfirmasi rakitis.
Pengobatan dan Pencegahan:
Ø Diet dan Sinar Matahari
Pengobatan melibatkan asupan makanan meningkatkan kalsium,
fosfat dan vitamin D. Paparan terhadap sinar ultraviolet B (sinar Matahari
ketika Matahari tertinggi di langit), minyak ikan cod, halibut minyak hati, dan
viosterol semua sumber vitamin D. Sebuah jumlah yang cukup cahaya ultraviolet B
di bawah sinar Matahari setiap hari dan persediaan yang memadai kalsium dan
fosfor dalam makanan dapat mencegah rakitis.
Anak-anak yang tidak mendapatkan jumlah yang cukup vitamin D
meningkatkan risiko rakitis. Vitamin D sangat penting untuk memungkinkan tubuh
untuk penyerapan kalsium untuk digunakan dalam kalsifikasi tulang yang tepat
dan pemeliharaan.
Ø Cukup kadar vitamin D juga dapat dicapai melalui suplemen
makanan dan paparan sinar Matahari. Vitamin D3 (cholecalciferol) adalah bentuk
yang lebih disukai karena lebih mudah diserap tubuh dibandingkan vitamin D2.
Kebanyakan dermatologists merekomendasikan suplemen vitamin D sebagai
alternatif untuk paparan ultraviolet terlindungi karena peningkatan risiko
kanker kulit yang terkait dengan paparan sinar Matahari.
Produksi endogen dengan paparan sinar Matahari tubuh penuh
adalah sekitar 250 mg (10.000 IU) per hari. Menurut American Academy of
Pediatrics (AAP), bayi yang disusui mungkin tidak mendapatkan 2 bulan sampai
mereka mulai minum setidaknya 17 ons cairan AS (500 ml) yang diperkaya vitamin
D atau susu formula setiap hari.
5.
Osteomyelitis
Osteomyelitis dapat
terjadi sebagai akibat kegagalan absorpsi kalsium atau kehilangan kalsium yang
berlebihan dari tubuh.
Etiologi
Osteomyilitis ini biasanya disebabkan oleh bakteri maupun virus, jamu dan mikroorganisme lain.
Osteomyilitis ini biasanya disebabkan oleh bakteri maupun virus, jamu dan mikroorganisme lain.
E Infeksi bisa
disebabkan oleh penyebaran henatopgen (melalui darah) dari fokus infeksi dari
tempat lain.
E Osteomylitis dapat
berhubungan dengan penyebaran infeksi jaringan lunak seperti ulkus dekubitus
yang terinfeksi atau ulkus vaskuler. Atau kontaminasi lansung tulang misalnya
fraktur terbuka, cedera traumatik seperti luka tembak dan pembedahan tulang.
Patofisiologi
Staphylococcus aurens merupakan penyebab 70% - 80% menginfeksi tulang.
Staphylococcus aurens merupakan penyebab 70% - 80% menginfeksi tulang.
Respon inisial terhadap
infeksi adalah salah satu dari inflamasi,
peningkatan vaskularisasi dan edema. Setelah 2-3 hari trombus pada pembulu
darah terjadi pada tempat tersebut. Sehingga mengakibatkan iskemia dengan
nekrotis tulang. Seiringan dengan peningkatan dan dapat menyebar ke jaringan
lunak atau sendi di sekitarnya.
6.
Fraktur
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya
kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya atau setiap retak
atau patah pada tulang yang utuh. Fraktur lebih sering terjadi pada orang
laki-laki daripada perempuan dengan umur dibawah 45 tahun dan sering
berhubungan dengan olahraga, pekerjaan atau kecelakaan.
Sedangkan pada Usia prevalensi cenderung lebih banyak terjadi
pada wanita berhubungan dengan adanya osteoporosis yang terkait dengan
perubahan hormon.
Jenis
Fraktur:
- Complete
fraktur (fraktur komplet), patah pada seluruh garis tengah tulang,luas dan
melintang. Biasanya disertai dengan perpindahan posisi tulang.
- Closed
frakture (simple fracture), tidak menyebabkan robeknya kulit, integritas
kulit masih utuh.
- Open fracture (compound
frakture / komplikata/ kompleks), merupakan fraktur dengan luka pada kulit
(integritas kulit rusak dan ujung tulang menonjol sampai menembus kulit)
atau membran mukosa sampai ke patahan tulang. Fraktur terbuka digradasi
menjadi:
E
Grade I: luka bersih dengan panjang kurang dari 1 cm.
E
Grade II: luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang
ekstensif.
E
Grade III: sangat terkontaminasi, dan mengalami kerusakan
jaringan lunak ekstensif.
- Greenstick,
fraktur dimana salah satu sisi tulang patah sedang sisi lainnya
membengkok.
- Transversal,
fraktur sepanjang garis tengah tulang.
- Oblik,
fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang.
- Spiral,
fraktur memuntir seputar batang tulang.
- Komunitif,
fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa fragmen.
- Depresi,
fraktur dengan frakmen patahan terdorong ke dalam (sering terjadi pada
tulang tengkorak dan wajah).
- Kompresi,
fraktur dimana tulang mengalami kompresi (terjadi pada tulang belakang).
- Patologik,
fraktur yang terjadi pada daerah tulang berpenyakit (kista tulang, paget,
metastasis tulang, tumor).
- Avulsi,
tertariknya fragmen tulang oleh ligamen atau tendo pada prlekatannya.
- Epifisial,
fraktur melalui epifisis.
- Impaksi,
fraktur dimana fragmen tulang terdorong ke fragmen tulang lainnya.
Manifestasi klinis:
Nyeri terus menerus, hilangnya fungsi, deformitas, pemendekan
ekstremitas, krepitus, pembengkakan lokal dan perubahan warna.
Pemeriksaan:
Tanda dan gejala
kemudian setelah bagian yang retak di imobilisasi, perawat perlu mnilai pain
(rasa sakit), paloor (kepucatan/perubahan warna), paralisis (kelumpuhan/ketidakmampuan
untuk bergerak), parasthesia (kesemutan), dan pulselessnes (tidak ada denyut). Rontgen
sinar X Pemeriksaan CBC jika terdapat perdarahan untuk menilai banyaknya darah
yang hilang.
7.
Skoliosis
Skoliosis adalah suatu gangguan pada
tulang belakang di mana tulang belakang melengkung ke samping baik kiri atau
kanan yang membuat penderita bungkuk kesamping.
8.
Lordosis
Lordosis adalah suatu gangguan pada
tulang belakang di mana tulang belakang melengkung ke belakang yang
mengakibatkan penderita menjadi terlihat bongkok ke belakang.
9.
Kyphosis
Kiposis
adalah suatu gangguan pada tulang belakang di mana tulang belakang melengkung
ke depan yang mengakibatkan penderita menjadi terlihat bongkok.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Sistem muskuloskeletal
adalah penunjang bentuk tubuh dan berperan dalam pergerakan. Sistem ini terdiri
dari tulang, sendi, otot rangka, tendon, ligament, bursa, dan jaringan – jaringan
khusus yang menghubungkan struktur tersebut.
Perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan makin meningkatnya usia.
Perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan makin meningkatnya usia.
Contoh kelainan pada
system musculoskeletal yakni Atrofi, yang terdiri atas pelisutan sel otot
karena re
sorpsi sarcoplasma dan
pada stadium akhir daerah kolaps akan diganti oleh jaringan ikat. Contoh
lainnya yaitu Osteoporosis, yakni kelainan pada tulang yang mengakibatkan
penurunan massa tulang total. Terdapat perubahan pergantian tulang homeostasis
normal. Kecepatan resorpsi tulang dari kecepatan pembentukan tulang yang
mengakibatkan penurunan massa tulang total. Tulang secara progresif menjadi
porus, rapuh, dan mudah patah
Adanya gangguan pada
sistem muskuloskeletal dapat mengakibatkan perubahan hingga fungsinya dapat
menurun, sehingga mempengaruhi kerja tubuh.
3.2
Saran
Pada umumnya keluhan
nyeri otot sendi-tulang (gangguan sistem musculoskeletal) merupakan keluhan
terbanyak pada usia lanjut. Oleh karena itu selagi muda dan sehat, kita harus
menjaga kesehatan tubuh kita agara terhindar serta meminimalisir berbagai
gangguan tubuh., yakni dengan banyak mengkonsumsi makanan-makanan bergizi dan
olahraga yang cukup.
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi, Jakarta: EGC
Staf Pengajar Bagian Patologi Anatomik. 1973. Patologi. Fakultas Kedokteran UI.
Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar