Pemeriksaan Elektromedis
A. Pemeriksaan Elektromedis Pada Jantung
1. Electrocardiografy
Electrocardiografy yang sering disingkat dengan ECG adalah suatu pemeriksaan pada jantung yang merupakan suatu gambaran grafis dari beda potensial antara dua titik pada permukaan tubuh atau perubahan voltase yang terdapat dalam jantung.EKG biasanya direkam pada kertas grafik dengan dua macam kotak yaitu kotak besar dan kecil. Kotak kecil mempunyai ukuran 1mm x 1mm, dan kotak besar mempunyai ukuran 5mm x 5mm. Dalam EKG ada dua variabel yang digunakan yaitu waktu dan tegangan. Variabel waktu dinyatakan dalam arah mendatar, dan variabel tegangan dalam arah tegak. skala untuk variabel waktu adalah 0,04s/mm atau 25mm/s. skala untuk tegangan adalah 0,1mv/mm atau 10mm/mV.
Tiap-tiap siklus jantung dalam EKG terdidri atas beberapa komponen, yang diberi nama berdasarkan definisi sebagai berikut :
a. Gelombang P adalah defleksi positif pertama sebelum kompleks QRS
Interval PR diukur dari permulaan gelombang P sampai permulaan defleksi garis isoelektrik berikutnya. Interval ini adalah waktu yang diperlukan impuls listrik dikonduksikan melalui atrium dan Simpul AV sampai mulai timbul depolarisasi ventrikel.
b. Kompleks QRS
Kompleks QRS terdiri atas tiga gelombang yaitu Q, R, dan S. Gelombang Q adalah defleksi negatif pertama sesudah interval PR. Gelombang R adalah defleksi positif pertama sesudah gelombang P. Gelombang S adalah defleksi negatif yang menyertai gelombang R. Pengukuran kompleks QRS dimulai dari permulaan gelombang Q (atau gelombang R jika Q tidak ada) sampai gelombang S mencapai garis isoelektrik (atau tempat gelombang S akan mencapai garis isoelektrik jika garis ini tidak melengkung ke dalam segmen ST). Segment ST adalah bagian garis yang berlanjut dari ujung gelombang S sampai permulaan gelombang T.
c. Gelombang T
Gelombang T adalah defleksi (dapat positif atau negatif) yang mengiringi segment ST.
Cara menempatkan electrode dan merekam EKG :
a. Elektrode ekstremitas atas dipasang pada pergelangan tangan kanan dan searah dengan telapak tangan
b. Elektrode ekstremitas bawah pada pergelangan kaki kanan dan kiri sebelah dalam
Pemasangan pada pergelangan tidak mutlak, bisa diperlukan untuk dapat dipasang sampai paha kiri atau kanan. Kabel yang dihubungkan disesuaikan dengan warna dan tempat ditempelkannya kabel tersebut di bagian tubuh yaitu : Merah è Lengan kanan (RA), Kuning è Lengan kiri (LA), Hijau è Tungkai kiri (LL), dan Hitam è Tungkai kanan (RL) : ground
a. Elektrode dada (prekordial) terpasang
V1 : Spatium Interkostal (SIC) ke IV pinggir kanan sternum
V2 : SIC ke IV sebelah pinggir kiri sternum
V3 : ditengah diantara V2 dan V4
V4 : SIC ke V garis mid klavikula kiri
V5 : Sejajar V4 garis aksilaris kiri
V6 : Sejajar V6 garis mid aksilaris
V7 : Sejajar V6 pada garis post aksilaris (jarang dipakai)
V8 : Sejajar V7 garis ventrikel ujung scapula (jarang dipakai)
V9 : Sejajar V8 pada kiri ventrikel (jarang dipakai)
Kalibrasi 1 milivolt è akan memberikan gelombang setinggi 10 mm dengan kecepatan 25 mm per detik. Lakukan kalibrasi dengan menekan tombol start/run. Setelah kertas EKG bergerak, tekan tombol kalibrasi untuk memeriksa apakah gelombang EKG sesuai 10 mm/1MV, dengan memindahkan lead selektor buat perekaman EKG berturut-turut :
Lead ekstremitas :I, II, III, aVR, aVL, aVF,
Lead prekordial : V1-V6.
Standar lead ekstremitas berasal dari gelombang I, II, III, dan aVR, aVL dan aVF yang dijelaskan sebagai berikut :
a. Lead I : Perbedaan potensial antara LA dan RA
b. Lead II : Perbedaan potensial antara RA dan LL
c. Lead III : Perbedaan potensial antara LA dan LL
d. aVR : Potensial dari lengan kanan terhadap
e. aVL : Potensial dari lengan kiri terhadap
f. aVF : Potensial dari tungkai kiri terhadap
tujuan dari prosedur pemeriksaan EKG adalah sebagai berikut :
a. Mengetahui kelainan-kelainan irama jantung (aritmia)
b. Mengetahui kelainan-kelainan miokardium (infark, hipertrophy atrial dan ventrikel)
c. Mengetahui adanya pengaruh atau efek obat-obat jantung
d. Mengetahui adanya gangguan elektrolit
e. Mengetahui adanya gangguan perikarditis
Sebenarnya fungsi utama dari prosedur pemeriksaan EKG adalah untuk menghitung Heart Rate.Heart Rate adalah ukuran untuk menyatakan kecepatan denyut jantung, yang dinyatakan dalam jumlah denyut per menit (beat per menit – bpm). Heart rate dapat diperoleh dari EKG dengan menghitung jumlah gelombang R selama 3 detik kemudian hasilnya dikalikan 20.
Nilai heart rate (HR) sesaat merupakan kebalikan perioda jantung dikalikan 60, yaitu:
HR = 60/(R-R) bpm (beat per minute)
dengan R-R adalah periode jantung yaitu interval waktu dari gelombang R ke gelombang R di sebelahnya, dengan satuan s (second). Satuan untuk heart rate adalah bpm (beat per minute).
2. Treadmill Test
Treadmill test atau uji latih beban jantung adalah suatu cara memberikan stress fisiologi yang dapat menyebabkan abnormalitas kardiovaskuler yang tidak ditemukan pada saat istirahat. Dasar fisiologi ULJB adalah latihan dinamik dimana telah diketahui latihan dinamik memberikan serial kompleks penyesuaian kardiovaskuler yang terjadi akibat peningkatan suplai darah ke otot gerak sesuai dengan kebutuhan metabolisme yang terjadi, disamping upaya untuk mempertahankan suplai darah ke organ vital seperti otak dan jantung.
Secara umum akibat latihan dinamik dapat terjadi :
a. Peningkatan curah jantung ( cardiac autput )
b. Tekanan darah arterial meningkat
c. Tahanan / resistensi perifer meningkat
Apabila terjadi pengurangan suplai darah ke organ vital seperti jantung akan mengakibatkan perubahan pada rekaman listrik jantung (EKG) ataupun rekaman listrik ke otak ( EEG ). Kkusus pada EKG akan terlihat perubahan segmen ST berupa ST depresi atau ST elevasi.
Dan ini mengakibatkan suatu respon terhadap denyut jantung dan respons tekanan darah pada saat test berlangsung yang terjadi sebagai berikut :
a. Respons denyut jantung
Peningkatan denyut jantung merupakan respon dari sistem kardiovaskuler terhadap latihan yang dapat diukur untuk pertama kalinya dan merupakan mekanisme utama dari peningkatan curah jantung ( CO ) dimana :
CO = HR X SV
Denyut jantung meningkat secara linier sesuai dengan beban peningkatan beban kerja ( work loads ) dan peningkatan ambilan oksigen ( oksigen uptake )
b. Respons tekanan darah
Tekanan darah meningkat dengan meningkatnya kerja dinamik yang mengakibatkan peningkatan curah jantung ( CO ). Tekanan sistolik meningkat segera dalam beberapa menit pertama dan kemudian terjadi tingkat penyesuaian yang disebut “ stedy state “ ( saat penyesuaian ). Sedang tekanan diastolik tidak mengalami perubahan yang nyata, bila terjadi peningkatan tekanan diastolik (DBP) menandakan adanya hipertensi yang labil
Hal- hal yang perlu dilakukannya atau Indikasi dijalankannya test tersebut antara lain :
a. Untuk menegakkan diagnosa PJK.
b. Untuk mengevaluasi keluhan : nyeri dada , sesak nafas dll.
c. Untuk mengevaluasi kapasitas kemampuan fungsional
d. Untuk mengevaluasi adanya disritmia.
e. Untuk mengevaluasi hasil pengobatan.
f. Untuk menentukan prognosa dari kelainan kardiovaskuler
ada beberapa tanda-tanda atau Kontra indikasi suatu pasien melakukan test tersebut yang antara lain :
Infark miokard akut < 5 hari, Unstable angina pectoris, Hipertensi berat, Aritmia yang berarti, Sesak, dan Vertigo.
Komplikasi yang terjadi saat pasien melakukan test tersebut antara lain :
Hipotensi, Disritmia yang berat, Infark myocard acute, Syncope dan stroke, Trauma fisik ( jatuh saat test ), Henti jantung ( cardiac arrest ), dan Kematian.
Indikasi penghentian test abik secara si pasien maupun alat yang digunakan berupa hasil yang didapat antara lain :
a. Keluhan subjektif atau yang dirasakan pasien
– Timbul nyeri dada yang hebat
– Sesak nafas
– Vertigo / pusing
– Nyeri pada persendian kaki
– Kelelahan / cape sekali
– Pasien minta agar test dihentikan
b. Objektif atau hasil dari yang dibaca oleh alat saat dilakukannya test :
– Respon hipertensi / hipotensi
– Timbul aritmia yang berarti
– ST depresi / ST elevasi > 3 mm
– Timbul tanda- tanda perfusi yang buruk ( pucat,sianotik,ekstremitas dingin ).
– Target HR maximal tercapai
Persiapan Tindakan Treadmill test pada pasien yang harus dilakukan sebelum menjalankan test :
a. Malamnya tidur cukup
b. Sebaiknya dua jam sebelum dilakukan tindakan tidak boleh makan
c. Pada pagi harinya sebaiknya jangan olahraga dulu.
d. Untuk diagnostic sebaiknya obat-obatan kardiovaskuler (beta blocker ) dihentikan sesuai dengan perintah dokter.
e. Harus bawa surat consult dari dokter.
3. Echocardiography
Echocardiography, juga disebut suatu test gema, adalah suatu alat yang mengambil gambar dari hati atau jantung dengan menggunakan gelombang suara. Echocardiography ( ultrasound pengujian untuk hati atau jantung) mengijinkan suatu ahli jantung untuk menguji struktur , fungsi, dan aliran darah dari hati atau jantung tanpa penggunaan dari sinar-x. Echocardiography dilakukan dengan penggunaan suatu tongkat plastik yang lembut (suatu echo-transducer) untuk memancarkan gelombang suara ke dada atau abdomen. Gelombang suara lewat dengan aman sampai badan dan gema yang dihasilkan akan ditafsirkan oleh suatu sistem yang terkomputerisasi.
Echocardiography dapat digunakan untuk mendeteksi cacat hati atau jantung dan untuk melihat seberapa baik fungsi hati atau jantung. Seseorang tak harus tinggal di rumah sakit, karena ini bukanlah suatu perawatan dan tak akan mengakibatkan luka. Test ini akan membantu dokter dalam menemukan masalahmu jika anda mempunyai permasalahan dengan hati atau jantung. Test ini diperlukan jika anda merasakan serangan denyut jantung yang berlebihan, anda mendapatkan serangan jantung secara tiba-tiba, anda merasakan nyeri pada dada atau hati, anda merasakan demam tinggi yang disertai dengan rasa pegal (rematik) pada jantung, anda memiliki suatu cacat pada hati atau jantung sejak lahir.
Tata-cara pelaksanaan echocardiography yang dilakukan pada pasien :
a. Anda akan terbaring pada satu sisi bagian tubuh atau punggung.
b. Seorang operator akan menaruh cairan (jelly) khusus pada bagian atas probe dan akan meletakkan diatas wilayah dada.
c. Dengan menggunakan gelombang suara Ultra-High-Frequency akan menggambil gambar dari hati anda serta klep (valve) jantung anda, pada penggunaan alat ini tak akan menggunakan sinar-X.
d. Pergerakan (denyut) dari jantung atau hati anda dapat dilihat pada suatu layar video. Sebuah video atau foto dapat membuat gambar dari pergerakan (denyut) tadi. Anda dapat pula mengamatinya pada saat test ini berlangsung, dan biasanya mengambil waktu kurang lebih 15-20 menit.
e. Dalam test ini anda tak akan merasa sakit dan tidak mempunyai efek samping.
f. Selanjutnya dokter akan memberitahukan hasil pemeriksaan tersebut.
g. Gelombang suara tadi akan mengambil gambar hati atau jantung anda secara jelas dan ketika pemeriksaan telah selesai maka operator tadi akan mencabut probe yang sebelumnya digunakan untuk melihat pergerakan hati atau jantung anda.
h. Setelah itu anda akan menunjukkan tanda-tanda ingin batuk, sebagai tanda bahwa pemeriksaan telah selesai.
Probe yang digunakan perlu untuk dilepas dari wilayah dada anda untuk membersihkan kembali layar video tersebut. Anda mungkin membutuhkan suatu test khusus yang disebut dengan transesophageal echocardiography (TEE).
Hasil yang akan diperlihatkan dari proses echocardiography akan tergambarkan pada monitor pemeriksaan dan hasil yang akan terlihat adalah berupa :
a. Ukuran dan bentuk dari hati atau jantung.
b. Seberapa baik hati atau jantung bekerja secara keseluruhan.
c. Jika suatu bagian dari otot hati atau jantung lemah dan tidak bekerja secara tepat.
d. Jika anda mempunyai permasalahan dengan klep (valves) jantung.
e. Jika anda mempunyai suatu gumpalan darah.
B. Pemeriksaan Elektromedis USG
USG atau UltraSonoGraphy adalah suatu pemeriksaan dengan memanfaatkan gelombang bunyi dengan frekuensi yang tinggi atau USG dapat diartikan sebagai sebuah teknik diagnostik pencitraan menggunakan suara ultra yang digunakan untuk mencitrakan organ internal dan otot, struktur, dan luka patologi.
Prisip USG adalah penggunaan gelombang ultrasonik, yaitu gelombang suara dengan frekuensi lebih tinggi daripada kemampuan pendengaran telinga manusia, sehingga kita tidak bisa mendengarnya sama sekali. Suara yang dapat didengar manusia mempunyai frekuensi antara 20 – 20.000 cpd (Cycles per detik- Hertz). Sedangkan dalam pemeriksaan USG ini mengunakan frekuensi 1- 10 MHz ( 1- 10 juta Hz).
Sebuah mesin ultrasound terdiri dari dua bagian: transduser dan analyzer tersebut. transduser Kedua menghasilkan gelombang suara yang menembus tubuh dan menerima tercermin gema. Transduser dibangun sekitar piezoelektrik keramik chip. (Piezoelectric mengacu pada listrik yang dihasilkan ketika Anda menekan kristal tertentu seperti kuarsa). Keramik chip ini bereaksi terhadap pulsa listrik dengan memproduksi gelombang suara (mereka transmisi gelombang) dan bereaksi terhadap gelombang suara dengan menghasilkan listrik pulsa (menerima). Semburan listrik frekuensi tinggi pulsa dipasok ke transduser penyebab itu untuk memproduksi pemindaian gelombang suara. transduser kemudian menerima kembali gema, berarti mereka kembali ke pulsa listrik dan mengirimkannya ke komputer-analyzer yang menyelenggarakan data ke dalam sebuah gambar pada layar televisi.
Karena gelombang suara perjalanan seluruh tubuh jaringan di hampir sama kecepatan-sekitar 3.400 mil per jam-the mikrodetik diperlukan untuk setiap echo untuk dapat diterima diplot pada layar sebagai jarak ke dalam tubuh. Kekuatan relatif dari masing-masing echo, fungsi dari jaringan khusus atau organ yang menghasilkan batas itu, dapat diplot sebagai titik kecerahan yang bervariasi. Dengan cara ini, gema dijabarkan ke dalam gambar. Dikelilingi jaringan oleh tulang atau diisi dengan gas (perut, usus dan usus) tidak dapat dicitrakan dengan menggunakan ultrasound, karena gelombang diblokir atau menjadi secara acak.
Empat modus yang berbeda dari USG digunakan dalam prosedur medis imaging:
a. A-Mode. Ini adalah jenis yang paling sederhana USG di mana suatu transduser tunggal line scan melalui tubuh dengan gema diplot di layar sebagai fungsimendalam. Metode ini digunakan untuk mengukur jarak dalam tubuh dan ukuran organ internal. Terapeutik USG ditujukan pada tumor tertentu atau kalkulus jugaSebuah mode untuk memungkinkan untuk menentukan fokus yang akurat darimerusak energi gelombang.
b. B-mode. Dalam B-mode ultrasound, sebuah array linier dari transduser scan secara bersamaan pesawat melalui tubuh yang dapat dilihat sebagai gambar dua dimensi pada layar. Ultrasound probe yang mengandung lebih dari 100 Transduser dalam bentuk urutan dasar ini paling umum digunakan scanner.
c. M-Mode. M singkatan dari gerak. Urutan cepat scan B-mode yang gambar saling mengikuti urutan pada layar memungkinkan dokter untuk melihat dan mengukurberbagai gerakan, sebagai batas organ yang refleksi memproduksi bergerak relatif terhadap probe
d. Doppler mode. ultrasonografi Doppler termasuk kemampuan secara akurat mengukur kecepatan bergerak materi, seperti darah dalam arteri dan vena. Prinsipadalah sama dengan yang digunakan dalam senjata radar yang mengukurkecepatan mobil di jalan raya. kemampuan Doppler adalah paling sering dikombinasikan dengan B-mode pemindaian untuk menghasilkan gambar pembuluh darah dari aliran darah yang dapat diukur secara langsung. Teknik ini digunakan secara luas untuk menyelidiki cacat katup, arteriosclerosis dan hipertensi, terutama dalam hati, tetapi juga di perut aorta dan vena portal hati.
Beberapa contoh aplikasi penggunaan prosedur USG dalam pemeriksaan di rumah sakit antara lain :
1. USG Abdomen
Sebagai alat pencitraan ultrasound, perut umumnya digunakan untuk pasien yang menderita: sakit perut akut atau kronis, trauma perut, Massa abdomen; gejala penyakit hati, penyakit pankreas , batu empedu, penyakit limpa, penyakit ginjal dan penyumbatan kemih, atau gejala dari perut aneurisma aorta. Secara spesifik:
a. Sakit perut
b. Trauma abdomen
c. Massa abdomen
d. Penyakit hati
e. Penyakit pankreas.
f. Batu empedu
g. Penyakit limpa
h. Penyakit ginjal
i. Aneurisma aorta perut
Pada umumnya USG abdomen tidak dianjurkan terhadap wanita ibu hamil pada trisemester pertama karena takutnya akan mengganggu perkembangan janin pasien.
2. USG Kandungan
Pada awalnya penemuan USG diperuntukan terhadap ibu hamil yang mengalami gangguan janin pada saat kehamilannya. Tapi seiring perkembangannya dapat memperlihatkan jenis kelamin, keberadaan air ketuban dan lain sebagainya.
Dalam pemeriksaan kandungan dengan USG, ada dua metode yang lazim ditempuh. Pertama, metode transabdominal. Metode ini paling dikenal karena ditemukan lebih dahulu. Dokter akan mengoleskan semacam jelly dioleskan di perut lalu menggerakkan transducer untuk memperoleh gambaran yang dikehendaki. Secara sederhana, jelly berfungsi mempertinggi kemampuan mesin USG untuk mengantarkan gelombang suara. Metode kedua adalah metode transvaginal. Pada metode ini, transducer dimasukkan ke vagina. Dengan cara ini, gambar yang dihasilkan lebih jelas karena resolusi yang lebih tinggi. Maklum, obyek yang diperiksa berada lebih dekat dengan transducer ketimbang pada metode transabdominal. Sebagai catatan, metode transvaginal dijamin tidak berefek negatif apa pun untuk wanita hamil dan janin yang dikandungnya. Prosedur pemeriksaan dengan metode ini memakan waktu sekitar 15 menit. Selama pemeriksaan, pasien dapat menyaksikan gambar-gambar bayinya melalui monitor.
Tujuan dari prosedur dari pemeriksaan USG pada kandungan adalah sebagai berikut, yaitu :
a. Konfirmasi kehamilan. Embrio dalam kantung kehamilan dapat dilihat pada awal kehamilan 5 ½ minggu, kemudian detak jantung janin biasanya diketahui dalam usia tujuh minggu.
b. Mengetahui usia kehamilan
c. Menilai pertumbuhan dan perkembangan bayi dalam kandungan.
d. Masalah dengan plasenta. USG bisa menilai dan mengetahui kondisi plasenta, apakah ada masalah misalnya seperti plasenta previa.
e. Kehamilan kembar. Dengan pemeriksaan USG bisa mengetahui apakah ada satu atau lebih fetus di rahim.
f. Mengukur cairan ketuban. Jumlah cairan ketuban dapat dinilai dengan USG, sehingga jika terjadi masalah ketika kandungan kelebihan cairan ketuban atau terlalu sedikit.
g. Kelainan letak janin. Tidak saja kelainan janin dalam rahim, tetapi bisa juga mengetahui kelainan yang bisa diketahui dengan USG, seperti ; hydrocefalus, kelainan jantung, down syndrome.
h. Mengetahui jenis kelamin bayi.
3. USG Mammae ( payudara)
Mammografi adalah proses pemeriksaan payudara manusia menggunakan sinar-X dosis rendah (umumnya berkisar 0,7 mSv). Mammografi digunakan untuk melihat beberapa tipe tumor dan kista, dan telah terbukti dapat mengurangi mortalitas akibat kanker payudara. Selain mammografi, pemeriksaan payudara sendiri dan pemeriksaan oleh dokter secara teratur merupakan cara yang efektif untuk menjaga kesehatan payudara. Beberapa negara telah menyarankan mammografi rutin (1-5 tahun sekali) bagi perempuan yang telah melewati paruh baya sebagai metode screening untuk mendiagnosa kanker payudara sedini mungkin.
Ada beberapa jenis teknik mammogram yang berbeda-beda, yang antara lainnya :
a. Skrining mammografi dilakukan untuk perempuan yang tidak mempunyai gejala-gejala kanker payudara. Ketika usia Anda mencapai 40, Anda sebaiknya menjalani mammografi setiap satu atau dua tahun.
b. Mammogram diagnostik dilakukan ketika seorang perempuan memiliki gejala-gejala kanker payudara atau terdapat benjolan di payudara. Mammogram ini memakan waktu lebih lama karena gambar payudara yang diambil lebih banyak.
c. Mammogram digital mengambil gambaran elektronik payudara dan menyimpannya langsung di komputer. Penelitian terbaru tidak menunjukkan bahwa gambaran digital lebih baik dalam menemukan kanker daripada film sinar X.
Seperti tes medis lainnya, mammogram memiliki beberapa keterbatasan, keterbatasan itu antara lain adalah :
a. Mammografi merupakan bagian dari pemeriksaan payudara lengkap. Dokter Anda harus melakukan pemeriksaan payudara. Jika mammogram menunjukkan sesuatu yang abnormal, dokter Anda akan melakukan pemeriksaan lainnya.
b. “Negatif palsu” dapat terjadi. Artinya, semuanya terlihat normal tetapi sebenarnya terdapat kanker. Negatif palsu jarang terjadi. Perempuan yang lebih muda lebih cenderung mendapatkan hasil mammogram negatif palsu daripada perempuan yang lebih tua. Hal ini disebabkan jaringan payudara lebih padat sehingga kanker lebih sulit terlihat.
c. “Positif palsu” dapat terjadi. Hal ini terjadi ketika hasil mammogram menunjukkan adanya kanker, walaupun sebenarnya tidak ada. Positif palsu lebih sering terjadi pada perempuan yang lebih muda daripada perempuan yang lebih tua.
Fungsi dari mammografi itu sendiri adalah untuk mendeteksi kanker payudara pada wanita sehingga mengurangi angka kematian akibat kanker payudara sampai 30%. Dalam metode Mammografi, Sinar X yang dipancarkan sangat kecil, sehingga metode ini relatif aman, dan pelaksanaannya relatif mudah.
4. USG Testis
Ada beberapa hal yang menyebabkan pasien melakukan USG testis yang antara lain nyeri testis, pembengkakan testis/massa, dan trauma pada testis.
Testis seluruh dipindai dari satu ekstrem ke yang lain, mencatat echotexture dan kelainan. Epididimis adalah divisualisasikan juga.Transduser dipindahkan lancar dan perlahan, memeriksa semua aspek anatomi. Scan kemudian diulang dengan probe berbalik 90 ° ke kanan pasien untuk mendapatkan gambar melintang testis. Scan koronal menunjukkan kedua sisi testis berdampingan harus dilakukan untuk mengidentifikasi perbedaan dalam ukuran dan echogenicity, dan vaskularisasi.
Lapisan visceral dan parietal tunika dari yang divisualisasikan sebagai salah satu stripe echogenic. Testis normal memiliki gema midgray atau tingkat menengah dan homogen dalam penampilan. The echogenicity testis mirip dengan yang ada pada hati atau kelenjar tiroid.Epididimis memiliki echogenicity sama atau sedikit meningkat dibandingkan dengan testis normal. Testis mediastinum dipandang sebagai band echogenic linear berjalan craniocaudally atau sejajar dengan epididimis. Testis dan epididimis Lampiran Lampiran kecil tonjolan hyperechoic ovoid ditemukan di kutub superior dari testis, biasanya tersembunyi oleh kepala epididimis.Kecuali digariskan oleh cairan dari hidrokel, mereka sulit untuk menemukan pada USG. Korda spermatika muncul sebagai beberapa struktur linear hypoechoic pada bidang longitudinal dan struktur hypoechoic melingkar melintang di pesawat.
Daya Doppler Pemeriksaan dilakukan setelah gray-scale pencitraan selesai. Sisi terpengaruh dipindai awalnya untuk memperoleh pengaturan yang akurat Doppler. Untuk memadai mengevaluasi aliran darah, parameter Doppler harus disesuaikan dengan pengaturan yang paling sensitif tanpa memperkenalkan artefak yang signifikan. Daya Doppler dan berdenyut Doppler harus dioptimalkan untuk menampilkan aliran rendah kecepatan untuk menunjukkan aliran darah di testis dan struktur yang berdekatan. Filter dinding, skala dan keuntungan mungkin perlu disesuaikan untuk mengambil aliran darah maksimal tanpa artefak yang signifikan. Filter dinding harus ditetapkan pada pemilihan serendah mungkin dan PRF (Pulse Frekuensi Pengulangan) diminimalkan juga. Keuntungan warna harus disesuaikan dengan hati-hati, karena penampilan artifactual aliran dapat dibuat dalam testis torsed. Aliran Intratesticular dan epididimis harus dikonfirmasi dengan menggunakan kedua daya Doppler dan Doppler analisis spektral gelombang.
Tujuan dari USG testis adalah untuk mendiagnosa penyakit-penyakit pada testis seperti hydrocele, verikokel, torsi testis, epididymitis, orchitis, dan trauma testis.
C. Pemeriksaan Elektromedis Foto Polos
Radiologi adalah cabang ilmu kesehatan mengenai zat radioaktif dan energi pancarannya yang berhubungan dengan diagnosis dan pengobatan penyakit, baik dengan cara radiasi ionisasi (seperti sinar-X) maupun nonionisasi (seperti ultrasonografi). Menurut Kamus Kedokteran Gigi Harty, Radiologi merupakan ilmu mengenai diagnosis dan perawatan suatu penyakit dengan menggunakan sinar-X termasuk di dalamnya ilmu mengenai film radiografi dan pemeriksaan visual atas struktur tubuh pada layar fluorosensi, atau mempertunjukan struktur tubuh tertentu melalui pemasukan bahan kimia yang radio-opaque sebelum pemeriksaan radiologis dilakukan.
Sedangkan radiografi adalah penggunaan sinar pengion (sinar-X, sinar gamma) untuk membentuk bayangan benda yang dikaji pada film. Radiografi umumnya digunakan untuk melihat benda tak tembus pandang, misalnya dalam tubuh manusia. Gambaran benda yang diambil dengan radiografi disebut radiogaf. Radiografi lazim digunakan pada berbagai bidang terutama pengobatan dan industri.
1. Foto Polos Pada Thorax
Foto thorax atau sering disebut chest x-ray (CXR) adalah suatu proyeksi radiografi dari thorax untuk mendiagnosis kondisi-kondisi yang mempengaruhi thorax, isi dan struktur-struktur di dekatnya. Foto thorax menggunakan radiasi terionisasi dalam bentuk x-ray. Dosis radiasi yang digunakan pada orang dewasa untuk membentuk radiografi adalah sekitar 0.06 mSv.
Foto thorax digunakan untuk mendiagnosis banyak kondisi yang melibatkan dinding thorax, tulang thorax dan struktur yang berada di dalam kavitas thorax termasuk paru-paru, jantung dan saluran-saluran yang besar. Pneumonia dan gagal jantung kongestif sering terdiagnosis oleh foto thorax. CXR sering digunakan untuk skrining penyakit paru yang terkait dengan pekerjaan di industri-industri seperti pertambangan dimana para pekerja terpapar oleh debu.
Secara umum kegunaan Foto thorax/CXR adalah :
a. untuk melihat abnormalitas congenital (jantung, vaskuler)
b. untuk melihat adanya trauma (pneumothorax, haemothorax)
c. untuk melihat adanya infeksi (umumnya tuberculosis/TB)
d. untuk memeriksa keadaan jantung
e. untuk memeriksa keadaan paru-paru
Pada beberapa kondisi, CXR baik untuk skrining tetapi buruk untuk diagnosis. Pada saat adanya dugaan kelainan berdasarkan CXR, pemeriksaan imaging thorax tambahan dapat dilakukan untuk mendiagnosis kondisi secara pasti atau mendapatkan bukti-bukti yang mengarah pada diagnosis yang diperoleh dari CXR.
Gambaran yang berbeda dari thorax dapat diperoleh dengan merubah orientasi relatif tubuh dan arah pancaran X-ray. Gambaran yang paling umum adalah posteroanterior (PA), anteroposterior (AP) dan lateral.
a. Posteroanterior (PA)
Pada PA, sumber X-ray diposisikan sehingga X-ray masuk melalui posterior (back) dari thorax dan keluar dari anterior (front) dimana X-ray tersebut terdeteksi. Untuk mendapatkan gambaran ini, individu berdiri menghadap permukaan datar yang merupakan detektor X-ray. Sumber radiasi diposisikan di belakang pasien pada jarak yang standard, dan pancaran X-ray ditransmisikan ke pasien.
b. Anteroposterior (AP)
Pada AP posisi sumber X-ray dan detector berkebalikan dengan PA. AP chest X-ray lebih sulit diinterpretasi dibandingkan dengan PA dan oleh karena itu digunakan pada situasi dimana sulit untuk pasien mendapatkan normal chest x-ray seperti pada pasien yang tidak bisa bangun dari tempat tidur. Pada situasi seperti ini, mobile X-ray digunakan untuk mendapatkan CXR berbaring (“supine film”). Sebagai hasilnya kebanyakan supine film adalah juga AP.
c. Lateral
Gambaran lateral didapatkan dengan cara yang sama dengan PA namun pada lateral pasien berdiri dengan kedua lengan naik dan sisi kiri dari thorax ditekan ke permukaan datar (flat).
Abnormalitas atau kelainan gambaran yang biasa terlihat dari CXR adalah sebagai berikut :
a. Nodule (daerah buram yang khas pada paru)
Biasanya disebabkan oleh neoplasma benign/malignan, granuloma (tuberculosis), infeksi (pneumoniae), vascular infarct, varix, wegener’s granulomatosis, rheumatoid arthritis. Kecepatan pertumbuhan, kalsifikasi, bentuk dan tempat nodul bisa membantu dalam diagnosis. Nodul juga dapat multiple.
b. Kavitas
Yaitu struktur lubang berdinding di dalam paru. Biasanya disebabkan oleh kanker, emboli paru, infeksi Staphyllococcus. aureus, tuberculosis, Klebsiella pneumoniae, bakteri anaerob dan jamur, dan wegener’s granulomatosis.
c. Abnormalitas pleura
Pleural adalah cairan yang berada diantara paru dan dinding thorax. Efusi pleura dapat terjadi pada kanker, sarcoid, connective tissue diseases dan lymphangioleiomyomatosis.
Walaupun CXR ini merupakan metode yang murah dan relatif aman namun ada beberapa kondisi thorax yang serius yang mungkin memberikan hasil CXR normal misalnya pada pasien infark miokard akut yang dapat memberikan gambaran CXR yang normal.
2. Foto Polos Waters
Sinus paranasal adalah rongga berisi udara yang dikelilingi oleh tulang yang tidak dapat diakses secara langsung oleh pemeriksaan klinik semata, kecuali dengan meningkatkan penemuan teleskop. Secara tradisional, film konvensional merupakan pilihan pencitraan terbaik pada pemeriksaan paranasal sinus. Akan tetapi, secara perlahan CT mulai menggantikan pencitraan konvensional ini sebagai peralatan utamanya.
Foto kepala posisi waters adalah posisi yang paling sering digunakan dalam pemeriksaan sinusitis. Pada foto waters secara ideal piramida tulang petrosum diperoyeksikan pada dasar sinus maksilaris. Maksud dari posisi ini adalah untuk memproyeksikan tulang petrosus supaya terletak antrum maksila sehingga kedua sinus maksilaris dapat dievaluasi seluruhnya. Hal ini didapatkan dengan menengadahkan kepala pasien sedemikian rupa sehingga dagu dapat menyentuh permukaan meja. Bidang yang melalui kantus medial mata dengan tragus dengan membentuk sudut lebih kurang 37 derajat dengan film. foto waters umumnya dilakukan dengan keadaan mulut tertutup. Pada posisi mulut terbuka akan dapat menilai daerah dinding posterior sinus sphenoid dengan baik.
3. Foto Polos Panoramic
Panoramik merupakan salah satu foto rontgen ekstraoral yang telah digunakan secara umum di kedokteran gigi untuk mendapatkan gambaran utuh dari keseluruhan maksilofasial.Foto panoramik pertama dikembangkan oleh tentara Amerika Serikat sebagai cara untuk mempercepat mendapatkan gambaran seluruh gigi untuk mengetahui kesehatan mulut tentaranya.Foto panoramik juga disarankan kepadapasien pediatrik, pasien cacat jasmani atau pasien dengan gag refleks.Salah satu kelebihan panoramik adalah dosis radiasi yang relatif kecil dimana dosis radiasi yang diterima pasien untuk satu kali foto panoramik hampir sama dengan dosis empat kali foto intra oral.
Adapun seleksi kasus yang memerlukaan gambaran panoramik dalam penegakan diagnosa diantaranya seperti:
a. Adanya lesi tulang atau ukuran dari posisi gigi terpendam yang menghalangi gambaran pada intra-oral.
b. Melihat tulang alveolar dimana terjadi poket lebih dari 6 mm.
c. Untuk melihat kondisi gigi sebelum dilakukan rencana pembedahan.
d. Foto rutin untuk melihat perkembangan erupsi gigi molar tiga tidak disarankan.
e. Rencana perawatan orthodonti yang diperlukan untuk mengetahui keadaan gigi atau benih gigi.
f. Mengetahui ada atau tidaknya fraktur pada seluruh bagian mandibula.
g. Rencana perawatan implan gigi untuk mencari vertical height.
h. mck
4. Pemeriksaan Foto Polos Cervical
Sebuah tulang belakang leher X-ray adalah suatu tes yang aman dan tanpa rasa sakit yang menggunakan sejumlah kecil radiasi untuk mengambil gambar tulang di bagian belakang leher (cervical vertebrae). Biasanya, tiga gambar yang berbeda biasanya diambil dari tulang belakang leher: salah satu dari bagian depan (anterior atau AP-posterior tampilan), salah satu dari sisi (tampilan lateral), dan satu lagi dari depan melalui mulut terbuka (pandangan odontoid). Kadang-kadang, gambar tambahan seperti pandangan fleksi dan ekstensi dari cervical spine mungkin diperlukan.
Test dilakukan dalam dua posisi yang antara lain pada posisi flexi yaitu saat pasien ditidurkan dengan posisi leher dalam keadaan relaksasi dan posisi ekstensi yaitu saat pasien pasien seperti mengenadahkan kepala agar pasien mengalami kontriksi yang baik dan biasanya akan diganjala dengan bantal pada bagian lehernya.
5. Pemeriksaan Foto Polos Lumbosacral
Sebuah tulang belakang lumbosakral x-ray adalah gambaran tulang kecil (vertebrae) di bagian bawah tulang belakang, yang mencakup wilayah lumbar dan sakrum, daerah yang menghubungkan tulang belakang ke panggul. Mesin x-ray akan ditempatkan di atas bagian bawah tulang belakang dan tes ini dilakukan untuk orang dengan nyeri punggung bawah selama 4 sampai 8 minggu atau Alasan paling umum untuk tulang belakang lumbosakral x-ray adalah untuk mencari penyebab nyeri pinggang misalnya Terjadi setelah cedera parah.
Hasil yang didapat dari foto polos lumbosacral bisa menunjukan berbagai hal kerusakan tulang yang antara lainnya Abnormal kurva tulang belakang, Abnormal keausan pada tulang rawan dan tulang dari tulang punggung bagian bawah, seperti taji tulang dan penyempitan sendi antara tulang, kanker (meskipun kanker sering tidak dapat dilihat pada jenis x-ray), fraktur atau patah tulang, tanda-tanda penipisan tulang ( osteoporosis ), dan spondylolisthesis , di mana tulang (vertebra) di bagian bawah tulang belakang slip keluar dari posisi yang tepat ke tulang di bawahnya.
6. Pemeriksaan Foto Polos Manus
Foto polos pada manus atau tangan adalah bagian dari pemeriksaan medis yang memberikan diagnose pada arthritis atau pembengkakan tangan yang abnormal disertai dengan sakit yang sangat linu. Biasanya tangan diletakan langsung pada penampang sinar X-ray dengan posisi tegak lurus.
7. Pemeriksaan Foto Polos Tarsal
Foto polos pada tarsal atau bagian kaki bertujuan untuk melihat patah tulang atau diskolasi pada bagian kaki yang sering terjadi pada olahragawan maupun kelainan patologis lainnya. Biasanya pasien akan disuruh menempelkan kaki pada kaset radiasi dan harus tegak lurus dengan berbagai posisi untuk meperlihatkan lebih jelas kerusakan apa yang terlihat di kaki pasien tersebut.
8. Pemeriksaan Foto Polos Genu
Pemeriksaan foto polos pada genu atau lutut bertujuan untuk membantu menemukan penyebab dari gejala umum dan gejala seperti nyeri, nyeri, bengkak, atau cacat dari lutut. Hal ini dapat mendeteksi patah tulang, dislokasi sendi, kerusakan atau retaknya tempurung pada sendi, peradangan pada synovial, dan penyaki-penyakit lainnya yang berhubungan dengan lutut.
Setelah patah tulang telah ditetapkan, gambar dapat membantu menentukan apakah tulang dalam keselarasan dan apakah telah sembuh benar. Selama pemeriksaan, mesin X-ray mengirimkan seberkas radiasi melalui lutut, dan sebuah gambar direkam pada komputer atau film khusus. Gambar ini menunjukkan bagian dari tulang lutut, termasuk tulang paha (tulang di atas lutut), tibia dan fibula (tulang kaki bagian bawah), patela (tempurung lutut), dan jaringan lunak.
9. Pemeriksaan Foto Polos Pada Vetebra
Spinal X-ray atau rontgen tulang belakang adalah gambar dari tulang belakang. Mereka dapat diambil untuk menemukan luka atau penyakit yang mempengaruhi cakram atau sendi di tulang belakang. Masalah-masalah ini mungkin termasuk tulang belakang patah tulang , infeksi, dislokasi, tumor, taji tulang, atau penyakit disc. Spinal X-ray juga dilakukan untuk memeriksa kurva tulang belakang ( scoliosis ) atau cacat tulang belakang.
tujuan dari dilakukannya pemeriksaan tulang belakang adalah untuk Menemukan penyebab rasa sakit terus menerus, mati rasa, atau kelemahan,periksa arthritis dari sendi antara tulang dan kerusakan (degenerasi) dari cakram antara tulang tulang belakang, pemeeriksaan cedera pada tulang belakang seperti patah tulang atau dislokasi, periksa tulang belakang untuk efek dari masalah lain seperti infeksi, tumor, atau taji tulang, periksa kurva abnormal dari tulang belakang, seperti scoliosis, pada anak-anak atau orang dewasa muda, periksa tulang belakang untuk masalah hadir saat lahir (kondisi bawaan) sepertispina bifida , pada bayi, anak-anak, atau orang dewasa muda dan pemeriksaan perubahan dalam tulang belakang setelah operasi tulang belakang.
D. Pemeriksaan Elektromedis Foto Kontras
Kekurangan atau kelemahan dari foto polos adalah susahnya menampakan bagin atau organ-organ yang lunak karena tidak seperti tulang yang merupakan bagian organ yang keras sehingga banyak menyerap banyak X-ray dan akan terlihat putih pada hasilnya sedangkan jaringan yang kurang padat seperti irgan dan otot akan memblokir sinar X-ray tersevut dan hanya akan menampilkan warna abu-abu saja.
Dengan perkembangan teknologi maka para ahli akan memasukan zat-zat tertentu yang aman kedalam tubuh kita sehingga bagian-bagian yang kurang padat akan masih dapat juga terlihat melalui hasil sina X-ray dan kegiatan tersebut disebut dengan foto kontras. Beberapa prosedur foto kontras yang umum antara lain :
1. BNO IVP
BNO intra venous pyelography adalah prosedur /tata cara pemeriksaan ginjal, ureter, dan blass (vesica urinary) menggunakan sinar-x dengan melakukan injeksi media kontras melalui vena. Pada saat media kontras diinjeksikan melalui pembuluh vena pada tangan pasien, media kontras akan mengikuti peredaran darah dan dikumpulkan dalam ginjal dan tractus urinary, sehingga ginjal dan tractus urinary menjadi berwarna putih.Dengan IVP, radiologist dapat melihat dan mengetahui anatomy serta fungsi ginjal, ureter dan blass.
Tujuan Pemeriksaan IVP adalah membantu dokter mengetahui adanya kelainan pada sistem urinary, dengan melihat kerja ginjal dan sistem urinary pasien.Pemeriksaan ini dipergunakan untuk mengetahui gejala seperti kencing darah (hematuri) dan sakit pada daerah punggung dan dengan IVP dokter dapat mengetahui adanya kelainan pada sistem tractus urinary dari :
a. batu ginjal
b. pembesaran prostat
c. tumor pada ginjal, ureter dan blass.
Biasanya media kontras yang digunakan adalah yang berbahan iodium, dimana jumlahnya disesuaikan dengan berat badan pasien, yakni 1-2 cc/kg berat badan.
Ada beberapa persiapan yang harus dilakukan oleh pasien sebelum melakukan pemeriksaan ini antara lain :
a. Pasien makan bubur kecap saja sejak 2 hari (48 jam) sebelum pemeriksaan BNO-IVP dilakukan.
b. Pasien tidak boleh minum susu, makan telur serta sayur-sayuran yang berserat.
c. Jam 20.00 pasien minum garam inggris (magnesium sulfat), dicampur 1 gelas air matang untuk urus-urus, disertai minum air putih 1-2 gelas, terus puasa.
d. Selama puasa pasien dianjurkan untuk tidak merokok dan banyak bicara guna meminimalisir udara dalam usus.
e. Jam 08.00 pasien datang ke unit radiologi untuk dilakukan pemeriksaan, dan sebelum pemeriksaan dimulai pasien diminta buang air kecil untuk mengosongkan blass.
f. Yang terakhir adalah penjelasan kepada keluarga pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan dan penandatanganan informed consent.
Biasanya foto kontras akan dilakukan setelah disuntikannya larutan iodium kedalam vena lakukan secara berlhan untuk menhindari alergi pada pasien setelah lima menit pertama foto kontras dilakukan dan akan terlihat kontras mengisi ginjal kanan dan kiri, setelah 15 menit dilakukan foto kedua dan akan terlihat ginjal dan uretra, setelah 30 menit dilakukan foto ketiga dan akan terlihat kandung kemih akan terisi penuh oleh kontras dan post mixi akan terjadi pengosongan kantung kemih.
2. Pemeriksaan Foto Kontras HSG
HSG atau Hysterosalpingography adalah suatu prosedur yang dilakukan untuk mengetahui apakah ada sumbatan pada tuba falopii. HSG dilakukan dengan menyemprotkan cairan yang mengandung zat kontras ke dalam rongga rahim melalui vagina. Kemudian dilakukan foto rontgen hingga akan terlihat apakah zat kontras tersebut masuk ke dalam saluran telur atau tidak. Bila masuk, berarti bebas dari perlekatan atau penyumbatan yang dalam istilah medis disebut paten. Sebaliknya bila zat kontras tidak dapat memasuki saluran telur, berarti ada penyumbatan yang lebih dikenal dengan istilah saluran telur nonpaten.
Hanya saja pemeriksaan khusus ini tidak dapat dilakukan sembarang waktu. Waktu pemeriksaan yang tepat adalah hari ke-9, ke-10 atau ke-11 dalam siklus haid (dihitung sejak hari pertama mendapat haid). Umumnya saat memasuki hari ke-9, haid telah selesai dan belum terjadi ovulasi (dilepaskannya sel telur dari indung telur).
Ini dimaksudkan agar cairan kontras tadi tidak ikut masuk ke pembuluh darah yang saat menstruasi dalam keadaan terbuka. Kalau samptai ikut masuk dikhawatirkan akan menyebabkan penyumbatan di pembuluh darah. Pemilihan hari-hari yang diasumsikan belum terjadi ovulasi sebagai hari pemeriksaan pun bertujuan agar tidak mengganggu sel telur yang akan dilepaskan oleh indung telur. Memasukkan cairan yang mengandung zat kontras ke dalam saluran telur dikhawatirkan dapat memengaruhi kualitas sel telur.
3. Pemeriksaan Foto Kontras Esophagus
Barium swallow adalah pemeriksaan esophagus menggunakan bahan kontras. Indikasi yang paling sering dilakukan pemeriksaan ini adalah dysfagia dan odynofagia. Indikasi lainnya adalah : adanya tracheoesophagus fistel, evaluasi adanya pembesaran atrium kiri, kecurigaan corpus alienum yang non opaque dan kecurigaan adanya perforasi. Kontra indikasi pemeriksaan relatif tidak ada.
Bahan-bahan yang diperlukan dalam pemeriksaan ini antara lain : Suspensi kontras barium 30% - 50% w/v 100 v/v, Kristal carbondioksida, dan Water soluble contrast.
Biasanya cara yang dilakukan adalah posisi pasien tegak dengan pemeriksa dan untuk mendapatkan hasil yang akurat dalam proses menelan yang simetris, posisi pasien harus di tengah/simetris, muka menghadap lurus kedepan, kepala tidak miring atau menoleh. Selanjutnya Pasien diminta mengulum kontrasbarium 30% - 50% w/vdalam rongga mulut 1-2 sendok dan dengan aba-aba pemeriksa, pasien diminta menelannya, Selanjutnya perjalanan kontras melewati pharing dan esophagus dilihat melalui monitor untuk menilai fungsi menelan dengan perhatikan adanya aspirasi, kelemahan, obstruksi, striktur atau kelambatan pengosongan.Jika didapatkan aspirasi yang signifikan, maka pemeriksaan harus dihentikan.
4. Pemeriksaan Foto Kontras Usus Besar
Pemeriksaan ini disebut dengan colon in loop adalah pemeriksaan radiografi dari usus besar ( colon ) dengan menggunakan bahan kontras ( biasanya menggunakan barium sulfat ) yang dimasukan melaui anus atau anal dan tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk menggambarkan usus besar yang berisi kontras media sehingga dapat memperhatikan anatomi dan kelainan-kelainan yang terjadi baik pada mucosanya maupun yang terdapat pada lumen khusus. Ada beberapa indikasi yang menyebabkan dilakukannya pemeriksaan ini yang antara lainnya colitis atau peradangan pada usu besar, polip, lesi, tumor, dan carcinoma, diverticulitis, dan megacolon.
Persiapan pada pasien itu sendiri antara lain : dua hari sebelum pemeriksaan pasien makan makanan lunak, makan terakhir jam tujuh malam sebelum pemeriksaan dan minum obat pencahar.
Prosedurnya mirip seperti foto kontras pada umunya yaitu dengan memasukan terlebih dahulu bahan kontrasnya sesuai dengan indikasi pada bagian yang bermaalah lalu di rontgen untuk menunjukan hasilnya. Sisa bahan kontras akan dikeluarkan setelah pemeriksaan selesai.
5. Pemeriksaan Foto Kontras Cystouretherography
RNC atau radionuklida sistografi adalah cara dengan memasukkan radiofarmaka 99mTc-pertechnetate ke dalam VU dan pencitraan dengan suatu kamera gamma adalah suatu prosedur pemeriksaan yang sangat sensitif untuk RVU. Keuntungan dari pemeriksaan ini adalah penggunaan dosis radiasi yang lebih rendah dan dapat menambah sensitivitas karena dapat dilakukan dalam jangka waktu yang lebih panjang untuk pengawasan. Paparan radiasi dari RNC adalah sekitar 10 % dari paparan VCUG dengan peralatan digital modern dan hanya sekitar 1 % dari VCUG dengan peralatan fluroskopi konvensional. Kelemahan utama adalah informasi anatomi yang kurang baik. Refluks grade I kurang terdeteksi dengan baik oleh pemeriksaan RNC karena ureter distal biasanya tertutup oleh VU. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kemungkinan dalam mendeteksi RVU akan meningkat bila menggunakan fase pengisian VU yang multiple. Beberapa klinisi melakukan pemeriksaan RNC sebagai pemeriksaan deteksi awal pada perempuan kemudian dilakukan pemeriksaan standar VCUG apabila ditemukan RVU. Klinisi yang lain menggunakan VCUG untuk pemeriksaan diagnostik awal dan kemudian menggunakan RNC sebagai pemeriksaan pemantauan.
Biasanya pemeriksaan ini dilakukan untuk mengdiagnosa penyakit refluks vesikourete ( RVU ) yaitu suatu penyakit dimana terjadi aliran balik vesika urinaria ke dalam ureter.
E. Pemeriksaan Elektromedis Penunjang Lainnya
1. EEG
EEG atau electroencephalografi adalah suatu tindakan pemerikasaan pada otak layaknya pemeriksaan EKG pada jantung yaitu dengan pemasangan beberapa elektroda pada kepala dan sekitar wajah untuk memeriksa kerja otak dengan beda potensial, biasanya test ini dibarengi dengan treadmill test untuk mendeteksi seberapa banyak aliran oksigen dalam darah ke otak.
Biasanya test ini dilakukan untuk mengetahui kelainan-kelainan pada otak seperti epilepsy, dan juga karena otak merupakan pusat pergerakan pada tubuh kita maka setiap perubahan pada tubuh kita harus direkam dan juga pasien bisa diberikan beberapa pertanyaan ringan untuk melihat kinerja dari otaknya tersebut.
2. Audiogram
Audiogram adalah grafik ambang dengar klien pada berbagai frekuensi pada masing-masing telinga. Tingkat kekerasan bunyi/suara yang diberikan kepada klien diukur dalam satuan desibel Hearing Level disingkat dB HL, dapat terlihat pada sumbu vertikal lembar audiogram mulai dari -10 dB HL (bunyi/suara yang sangat pelan) sampai dengan 120 dB HL (bunyi/suara yang sangat keras).
Frekuensi suara atau nada bunyi yang diberikan pada klien diukur dalam satuan Hertz dan disingkat Hz, dapat terlihat pada sumbu horizontal tempat audiogram mulai dari frekuensi 125 Hz (Frekuensi nada/bunyi yang sangat rendah) sampai dengan 8000 Hz (Frekuensi nada/bunyi yang sangat tinggi).
Pada saat pasien melakukan prosedur pemeriksaan audiometri menggunakan earphone (untuk tes audiometri hantaran udara), ambang dengar hantaran udara telinga kanan di tulis dengan lambang O. sedangkan untuk Ambang dengar hantaran udara telinga kiri di tulis dengan lambang X.
Hasil tes ambang dengar hantaran udara (air conduction test) berfungsi untuk menentukan kategori derajat penurunan pendengaran.Pada contoh audiogram diatas, ambang dengar telinga kanan dan kiri masih termasuk dalam kategori range pendengaran normal (-10 dB HL s/d 25 dB HL).
Sedangkan tes audiometri hantaran tulang (bone conduction test) berfungsi untuk menentukan apakah jenis gangguan pendengaran yang terjadi konduktif, sensorineural atau campur.Tes audiometri hantaran tulang dilakukan dengan menggunakan headband yang diletakkan pada kepala dan bagian yang bergetar atau dapat mengeluarkan getaran suara/bunyi (oscillator) diletakan di tulang mastoid di belakang telinga.
Audiogram adalah hasil dari pemeriksaan audiometri, Pemeriksaan Audiometri yaitu untuk mengetes Kondisi pendengaran klien diperiksa dengan menggunakan alat yang disebut audiometer pada ruangan atau pun chamber yang memenuhi standar kekedapan suara untuk melakukan pemeriksaan audiometri. Pada pemeriksaan ini telinga klien akan diberikan stimulus bunyi (nada murni) / suara percakapan dengan tingkat intensitas (kekerasan) suara dan frekuensi (nada) yang berbeda melalui earphone. Stimulus bunyi nada yang diberikan pada pemeriksaan audiometri adalah nada-nada (frekuensi) yang paling penting untuk dapat memahami percakapan.
Kemudian klien diminta untuk memberikan respon (apakah klien mendengar stimulus bunyi nada murni) dengan cara mengangkat tangan ataupun menekan tombol yang disediakan, ataupun jika stimulus yang diberikan adalah sinyal suara percakapan maka klien diminta untuk mengulangi sinyal suara percakapan apa yang telah dia dengarkan.
Kemudian klien diminta untuk memberikan respon (apakah klien mendengar stimulus bunyi nada murni) dengan cara mengangkat tangan ataupun menekan tombol yang disediakan, ataupun jika stimulus yang diberikan adalah sinyal suara percakapan maka klien diminta untuk mengulangi sinyal suara percakapan apa yang telah dia dengarkan.
Tingkat intensitas (kekerasan) suara yang terendah (setidaknya dari 4 stimulus bunyi/suara yang diberikan, klien merespon sebanyak 2 kali) disebut sebagai ambang dengar klien tersebut. Kemudian setiap ambang dengar pada setiap frekuensi yang diperiksa harus dicatat pada lembar khusus yang disebut sebagai audiogram. Pemeriksaan Pendengaran Lainnya Tergantung pada kebutuhan, pemeriksaan lebih lanjut/lainnya bisa jadi diperlukan seperti :
a. Tes weber
b. Tes Rinne
c. Tes Bing
d. Tes WDS (word discrimination score) untuk mengetahui kemampuan klien memahami kata-kata ataupun kalimat pada intensitas suara yang berbeda Tympanometri (untuk menilai kondisi telinga tengah)
e. Tes Refleks Akustik (untuk menilai kondisi telinga tengah)
f. Tes Fungsi Tuba (untuk menilai kondisi telinga tengah)
g. Tes OAE (untuk menilai kondisi telinga bagian dalam/rumah siput)
h. Tes ABR (untuk menilai kondisi jalur pendengaran sampai ke otak)
i. Tes ASSR (untuk menilai kondisi jalur pendengaran sampai ke otak sekaligus memberikan informasi perkiraan ambang dengar pada frekuensi spesifik)
BAB III
DAFTAR PUSTAKA
Diambil Dari Web :
http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://www.webmd.com/brain/spinal-x-ray
Tidak ada komentar:
Posting Komentar