Selasa, 20 Januari 2015

Darah

BAB I
PENDAHULUAN

Darah merupakan suatu jaringan yang kompleks dan disusun atas plasma darah atau cairan darah dan sel-sel darah. Darah juga merupakan suatu medis transpor tubuh, volume darah manusia sekitar 7%-10% berat badan normal dan berjumlah sekitar 5 liter. Keadaan jumlah darah pada manusia berbeda-beda, tergantung dari usia, pekerjaan, serta keadaan jantung dan pembuluh darah.
Karakteristik darah diantaranya adalah berwarna merah (tergantung kadar O2  dan  CO2), memiliki pH 7,37-7,45 dan temperature 38ºC, tingkat viskositas 3-5 x viskositas air, BJ darah 1,054 – 1,060 dan BJ plasma 1,024 – 1,028. Darah mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut :
1.   Transportasi
a.    yang berhubungan dengan respirasi,
b.   yang berhubungan dengan nutrisi (makanan)
c.    yang berhubungan dengan ekskresi,
d.   yang berhubungan dengan regulasi.
2.   Regulasi keseimbangan pH darah
Mengentalkan darah karena mempunyai plasma protein (albumin, fibrinogen, globulin)
3.   Regulasi keseimbangan darah dengan jaringan
4.   Mencegah pendarahan (trombosit)
5.   Pertahanan tubuh (leukosit)
Darah memiliki dua komponen utama, yaitu plasma darah 55% dan sel darah 45%. Masing-masing komponen tersebut memiliki subkomponen yang mempunyai  fungsi masing-masing.



A. PLASMA DARAH
Plasma darah mempunyai fungsi untuk mengatur tekanan osmosis darah sehingga dengan sendirinya akan diatur jumlahnya dalam darah, membawa sari-sari makanan, sisa metabolisme, hasil ekskresi dan beberapa gas.

B.  SEL DARAH MERAH (ERITROSIT)
Eritrosit merupakan cairan bikonkaf dengan diameter 7 mikron. Bikonkavitas eritorsit akan memungkinkan oksigen bergerak kelur dan masuk sel secara cepat dengan jarak yang pendek antara membran dan inti sel. Warnanya kuning kemerah-merahan karena mengandung hemoglobin.
Eritrosit tidak memiliki inti sel, mitokondria, dan ribosom serta tidak dapat bergerak. Sel ini tidak dapat melakukan mitosis, fosforilasi oksidatif sel, atau  pembentukan protein.
1.      Hemoglobin (Hb)
Hemoglobin merupakan pigmen darah yang terdiri dari heme dan oksigen sehingga membentuk rantai globin merah. Heme tersusun atas zat besi yang berfungsi mengikat O2 secara longgar dan reversible membentuk oksihemoglobin. Hb pada manusia ± 14,6 g/dL (pria 15,4 g/dL dan wanita 13,8 g/dL)
2.      Produksi Sel Darah Merah
Produksi sel darah dari lahir sampai tua dilakukan oleh sumsum tulang (1,5 – 3,5 kg) dan  dibantu oleh hepar dan limpa. Pada usia kurang dari 21 tahun, akan diproduksi oleh sumsung tulang dari tulang besar dan pada usia 21 tahun ke atas akan diproduksi oleh sumsum tulang dari tulang kecil. Sumsum tulang terdiri atas sumsum tulang merah dan kuning, dimana sumsum tulang merah memproduksi sel darah sedangkan sumsum tulang kuning, memproduksi lemak dan pembuluh darah.
3.      Hematokrit (Ht)
Hematokrit adalah persentase sel darah  merah dari seluruh jumlah   seldarah  (sel darah putih dan keping darah diabaikan karena jumlah sangat sedikit). Pada pria persentase hematokrit berkisar antara 40 – 54 % sedangkan pada wanita berkisar antara 37 – 47 %.

C. SEL DARAH PUTIH (LEUKOSIT)
Pada umumnya, manusia memiliki leukosit 5000 – 10.000 sel/dL. Pada dasarnya  leukosit dibedakan menjadi dua yaitu granulosit dan agranulosit.
1.      Granulosit
Leukosit jenis ini berukuran 10-12 mikron dan  bergranul. Granula tersebut merupakan  lisosom yang berisi enzim-enzim pencernaan untuk merusak partikel-partikel yang ditelan secara fagositosis. Granulosit ini memiliki masa hidup sekitar 12 jam.
a.    neutrofil à memiliki inti  lebih dari 2 (biasanya 3, 4, atau 5), granul kecil, halus, dan berwarna ungu pucat, serta jumlahnya 62%.
b.   eusinofil à memiliki inti  2, granul besar, kasar, dan berwarna merah terang untuk menyerap eosin, serta jumlahnya 8%.
c.    basofil à jumlah inti yang dimiliki tidak jelas apakah 2 atau lebih dari 2 dengan jumlah 0,5 – 1 %, tetapi granulnya dapat dibuktikan yaitu kombinasi antara granul  kecil dan halus serta besar dan kasar serta berwarna biru untuk menyerap metilen blue, serta memiliki zat antibeku yang disebut heparin untuk mencegah terjadinya pembekuan dalam pembuluh darah.
2.      Agranulosit
Leukosit jenis ini tidak  mempunyai granul dan besarnya berkisar antara 12-15 mikron.
a.    limfosit à memiliki satu inti yang besarnya hampir sama dengan selnya sendiri dengan jumlah 18% dan  bertahan selama  100-300 hari. Dibedakan menjadi  Limfosit T (untuk menghancurkan sel-sel yang terkena virus) dan  Limfosit B (untuk pembentukan antibody).
b.   Monosit à memiliki dua macam inti yang berbentuk seperti kacang merah dan tapal  kuda dengan jumlah 13% serta bersifat aktif yang dapat bergerak berputar dalam aliran darah pada kecepatan tinggi. Masa hidup monosit sulit dinilai  karena selalu mengembara, tetapi diduga selama beberapa minggu atau bulan. Selain itu, monosit mempunyai ukuran paling besar dibanding sel-sel leukosit lainnya.

D. TROMBOSIT
Trombosit adalah bagian dari sel-sel dalam sumsum tulang yang berbentuk cakram bulat, oval, bikonveks, tidak berinti, dan hidup sekitar 10 hari. Jumlah trombosit antara 150 dan 400 x 109 / liter (150.000 – 400.000 ml), sekitar 30-40% terkonsentrasi di dalam limpa dan sisanya bersirkulasi. Trombosit berperan penting dalam pembekuan darah.
Gambar 1. Skema Proses Pembekuan darah




BAB II
PATOLOGI DARAH

A. HIV /AIDS
AIDS (Acqiured Immuno Deficiency Syndrome) adalah suatu kumpulan gejala yang diakibatkan oleh kerusakan sistem kekebalan tubuh manusia karena virus HIV. Virus HIV ini biasanya tertular melalui kontak langsung aliran  darah seperti transfuse darah, air mani, cairan vagina, dan ASI.
1.   Etiologi
AIDS terjadi karena infeksi HIV yang menyerang organ kekebalan tubuh. Virus HIV ini akan menyerang dan merusak Sel T yang dibutuhkan tubuh untuk sistem kekebalan. Bila HIV telah membunuh sel T maka jumlah sel T dalam darah akan  menyusut drastis dan tingkat kekebalan tubuh pun akan hilang.
2.   Gejala
Satu atau dua bulan setelah HIV memasuki tubuh, penderita HIV akan mengalami gejala-gejala yang dikenal sebagai sindrom retroviral akut. Tetapi, gejala HIV terkadang tidak muncul selama beberapa tahun atau bahkan satu dekade setelah terinfeksi. Berikut adalah gejala HIV yang kemungkinan terjadi :
a.    Demam ringan (sekitar 39 derajat Celcius)
b.   Kelelahan
c.    Nyeri pada persendian, otot, dan kelenjar getah bening
d.   Sakit tenggorokan dan kepala
e.    Ruam kulit
f.    Mual, muntah, diare
g.   Penurunan berat badan
h.   Batuk kering
i.     Berkeringat di malam hari
j.     Perubahan kuku
3.   Pemeriksaan / Diagnosa
Untuk menegakkan diagnosa penyakit HIV/AIDS biasanya dilakukan dengan melihat gejalanya dan juga tes darah.
4.   Terapi dan Pengobatan
Pada penderita HIV biasanya diberikan terapi antiviral dan terapi cairan. Dalam pengobatannya, pasien HIV/AIDS akan ditempatkan pada ruangan terpisah dengan pasien lainnya. Hal ini untuk mencegah adanya efek sosial dan juga efek biomedis pada pasien dan lingkungannya.

B.  ANEMIA
Anemia adalah suatu kondisi di mana tubuh kekurangan darah akibat kurangnya kandungan hemoglobin dalam darah. Oleh karena itu, tubuh akan kekurangan oksigen dan terasa lemas karena hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk disebarkan ke seluruh badan.
1.   Etiologi
Penyebab umum dari anemia adalah sebagai berikut :
a.    perdarahan hebat
b.   berkurangnya pembentukan sel darah merah
Hal ini dapat dikarenakan kekurangan zat besi, kekurangan vitamin B12, kekurangan asam folat, kekurangan vitamin C, dan adanya penyakit kronik
c.    Meningkatnya penghancuran sel darah merah
Faktor tersebut dapat terjadi jika ada pembesaran limpa, kerusakan mekanik pada sel darah merah, reaksi autoimun terhadap sel darah merah, hemoglobinuria nokturnal paroksismal, sferositosis herediter, elliptositosis herediter, kekurangan G6PD, penyakit sel sabit, penyakit hemoglobin, penyakit hemoglobin S-C, penyakit hemoglobin E, dan thalasemia
2.   Gejala
Gejala-gejala yang disebabkan oleh pasokan oksigen yang tidak mencukupi kebutuhan ini, bervariasi. Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga dan kepala terasa melayang. Jika anemia bertambah berat, bisa menyebabkan stroke atau serangan jantung.
3.   Pemeriksaan / Diagnosa
Hematologi rutin bisa menentukan adanya anemia. Persentase hematokrit dan jumlah hemoglobin dalam suatu contoh darah bisa ditentukan. Pemeriksaan tersebut merupakan bagian dari hitung jenis darah komplit (CBC).
4.   Terapi dan Pengobatan
Pengobatan anemia tergantung pada jenis anemia yang dimiliki. Biasanya dengan  pemberian suplemen zat besi pada penderita anemia kekurangan zat besi dan pemberian suntikan vitamin B12 pada penderita anemia kekurangan vit B12.
Pada penderita anemia sel sabit memerlukan diet sehat, suplemen asam folat, vitamin D dan Zn. Tidak ada obat untuk anemia jenis ini tetapi frekuensi dan kualitasnya krisis dan komplikasi mereka dapat dikurangi. Mereka perlu menyelesaikan vaksinasi melawan flu, pneumococcus meningitis, Hepatitis B dan penyakit lainnya untuk mencegah infeksi.

C. HEMOFILIA
Hemofilia adalah suatu kelainan pada sistem pembekuan darah. Normalnya, jika kulit terluka, darah akan membeku untuk mencegah pendarahan. Namun, pada pengidap hemofilia, darah tidak bisa membeku dengan cepat. Akibatnya, penderitanya akan berdarah lebih lama dan kehilangan darah lebih banyak. Penyakit ini tidak bisa disembuhkan. Tapi, dengan penanganan yang tepat, pengidapnya bisa beraktivitas dengan normal.
1.   Gejala
Gejala umum hemofilia yaitu:
a.    lutut, sikut, pinggul, bahu, otot lengan dan kaki tiba-tiba terasa nyeri, bengkak, atau terasa hangat.
b.    Pendarahan yang berlangsung lama setelah mengalami luka.
c.     Sakit kepala parah dan lama.
d.    Muntah-muntah.
e.     Terasa sangat lelah.
f.     Nyeri leher.
g.     Penglihatan bermasalah, biasanya rabun.
Penderita hemofilia yang cukup parah akan mengalami gejala yang lebih berbahaya, misalnya berdarah tiba-tiba. Gejala lainnya dapat berupa:
a.    Memar-memar yang tidak jelas penyebabnya, ukurannya besar dan cukup dalam.
b.    Sendi terasa nyeri dan bengkak, disebabkan oleh pendarahan internal.
c.     Bercak darah pada urine.
d.    Berdarah cukup banyak dan lama setelah terluka atau operasi.
e.     Mimisan tanpa penyebab jelas.
f.     Sendi terasa kaku.
Gejala hemofilia dapat terlihat sejak seseorang berumur dua tahun. Gejala awalnya adalah mudah memar. 
2.   Etiologi
Penyebab hemofilia berbeda-beda, bergantung pada tipe yang diderita, yaitu sebagai berikut :
a.    Hemofilia Tipe A
Ini adalah tipe yang cukup umum. Disebabkan oleh kurangnya faktor VIII dalam darah, salah satu komponen pembekuan darah. 
b.    Hemofilia Tipe B
Tipe ini disebabkan oleh kurangnya faktor IX dalam darah, yang juga berperan dalam pembekuan darah.
c.     Hemofilia Tipe C
Tipe ini disebabkan kurangnya faktor XI dalam darah, yang berperan dalam pembekuan darah. Biasanya pengidap hemofilia tipe ini mengalami gejala yang ringan.
Hemofilia juga dapat diturunkan dari orang tua pada anaknya. Anak perempuan memiliki kromosom X dan X, sementara anak lelaki X dan Y. Hemofilia tipe A dan B terdapat dalam kromosom X. Karena itu, biasanya diturunkan oleh ibu ke anak lelakinya. Sementara, tipe C dapat diturunkan oleh kedua orang tua pada anak lelaki.
3.   Pemeriksaan / Diagnosa
Seseorang biasanya baru diketahui mengidap hemofilia setelah mengalami pendarahan berlebihan saat operasi. Tapi, jika ada riwayat hemofilia di keluarga, bayi dalam kandungan pun dapat diperiksa apakah mengidap hemofilia atau tidak. 
4.   Terapi dan Pengobatan
Pengobatan hemofilia berbeda-beda, bergantung pada tipe yang diidap. Untuk hemofilia tipe A yang ringan dan sedang, diberikan injeksi hormon. Hormon ini dapat merangsang aktifnya komponen pembekuan darah.
Untuk tipe A dan B yang termasuk parah, dilakukan transfusi cairan yang mengandung komponen pembekuan darah. Sementara, untuk tipe C, penanganannya berupa pemberian cairan plasma darah melalui infus.
Infus yang dilakukan secara berkala tiap dua atau tiga kali seminggu dapat mencegah pendarahan. Dokter bisa mengajarkan cara melakukan infus di rumah.
Jika sendi mulai terpengaruh oleh pendarahan dalam, pasien bisa melakukan terapi fisik. Terapi ini bertujuan melatih sendi agar tidak kaku dan rusak.
Sedangkan, untuk mengatasi luka kecil di kulit, cukup gunakan plester. Pendarahan dalam yang tidak terlalu besar juga bisa ditangani dengan menempelkan es yang dililit handuk.

D. TROMBOSIS
Trombosis adalah pembentukan bekuan darah (trombus) di dalam pembuluh darah, menghambat aliran darah melalui sistem peredaran darah. Ketika pembuluh darah terluka, tubuh menggunakan platelet dan fibrin untuk membentuk bekuan darah, karena langkah pertama dalam memperbaiki itu (hemostasis) adalah untuk mencegah hilangnya darah. Jika mekanisme yang menyebabkan terlalu banyak pembekuan, dan bekuan istirahat bebas, embolus terbentuk.
Tromboemboli adalah baik trombosis dan komplikasi utama, yang embolisasi. Ketika trombus menempati lebih dari 75% dari luas permukaan lumen arteri, aliran darah ke jaringan berkurang disediakan cukup untuk menimbulkan gejala karena penurunan oksigen (hipoksia) dan akumulasi produk metabolisme seperti asam laktat. Lebih dari 90% obstruksi dapat mengakibatkan anoksia, perampasan lengkap oksigen, dan infark, modus kematian sel.
1.   Etiologi
Menurut virchow bahwa trombus terbentuk karena tiga faktor yaitu:
a. perubahan pada permukaan endotel pembuluh darah
Kerusakan endotel menyebabkan adanya perubahan potensial listrik sehingga trombosit mudah melekat pada endotel. Thrombosis ini dapat terjadi pada keadaan :
1)    Atherosclerosis
2)    Radang pembuluh darah spt polyarteritis nodusa, thromboangitis obliterans, throbolplebitis
3)    Trombosis pada endocard yang melapisi lapisan jantung yg mengalami infark myocard dan pada endocarditis
4)    Ruda paksa (trauma)
b.perubahan aliran darah
Trombosit mengalir pada zone perifer dan dibatasi dari dinding pembuluh oleh zone plasma. Bila aliran darah melambat maka trombosit masuk kedalam zone plasma shg kontak dengan endotel bertambah. Bila aliran darah melambat maka trombosit akan menepi sehingga mudah melekat  pada dinding pembuluh darah.
Perubahan aliran darah lebih sering pada vena daripada arteri. Trombus juga sering terjadi pada keadaan varises. Varises sering ditemukan pada tempat-tempat seperti vena-vena tungkai bawah yang superficial, pleksus pampiniformis, pleksus hemorrhoidalis, dan ujung distal esophagus.
c. perubahan pada konstitusi darah
Trombosit dalam jumlah yang lebih banyak lebih memudahkan   terbentuknya trombus karena bersifat lebih mudah terjadi perlekatan  (adhesif) keadaan ini dapat dijumpai pada:
1)    Masa nifas (2-3 kali lebih dari normal)
2)    Infark paru-paru
3)    Tumor ganas
4)    Thromboplebitis
5)    Thromboangitis obliterans
Trombosis dapat juga ditemukan pada penyakit darah seperti polycytemia, pada penyakit yang disertai ‘sludged blood’, sel-sel darah bergumpal-gumpal menyebabkan aliran darah melambat. 

E.  LEUKIMIA
Leukimia adalah penyakit yang mengakibatkan produksi sel darah putih tidak terkontrol pada sistem transportasi. Kanker Darah (Leukemia) adalah jenis penyakit kanker yang menyerang sel-sel darah putih yang diproduksi oleh sumsum tulang (bone marrow). Sumsum tulang atau bone marrow ini dalam tubuh manusia memproduksi tiga type sel darah diantaranya sel darah putih (berfungsi sebagai daya tahan tubuh melawan infeksi), sel darah merah (berfungsi membawa oxygen kedalam tubuh) dan trombosit (bagian kecil sel darah yang membantu proses pembekuan darah).
Kanker Darah (Leukemia) umumnya muncul pada diri seseorang sejak dimasa kecilnya. Sumsum tulang tanpa diketahui dengan jelas penyebabnya telah memproduksi sel darah putih yang berkembang tidak normal atau abnormal. Normalnya, sel darah putih me-reproduksi ulang bila tubuh memerlukannya atau ada tempat bagi sel darah itu sendiri. Tubuh manusia akan memberikan tanda/signal secara teratur kapankah sel darah diharapkan be-reproduksi kembali.
KLASIFIKASI LEUKIMIA
Ketika pada pemeriksaan diketahui bahwa leukemia mempengaruhi limfosit atau sel limfoid, maka disebut leukemia limfositik. Sedangkan leukemia yang mempengaruhi sel mieloid seperti neutrofil, basofil, dan eosinofil, disebut leukemia mielositik. Dari klasifikasi ini, maka Leukemia dibagi menjadi empat type sebutan;
  • Leukemia limfositik akut (LLA). Merupakan tipe leukemia paling sering terjadi pada anak-anak. Penyakit ini juga terdapat pada dewasa yang terutama telah berumur 65 tahun atau lebih. 
  • Leukemia mielositik akut (LMA). Ini lebih sering terjadi pada dewasa daripada anak-anak. Tipe ini dahulunya disebut leukemia nonlimfositik akut. 
  • Leukemia limfositik kronis (LLK). Hal ini sering diderita oleh orang dewasa yang berumur lebih dari 55 tahun. Kadang-kadang juga diderita oleh dewasa muda, dan hampir tidak ada pada anak-anak.
  • Leukemia mielositik kronis (LMK) sering terjadi pada orang dewasa. Dapat juga terjadi pada anak-anak, namun sangat sedikit.
1.   Etiologi
Sampai saat ini penyebab penyakit leukemia belum diketahui secara pasti, akan tetapi ada beberapa faktor yang diduga mempengaruhi frekuensi terjadinya leukemia.
a.   Radiasi. Hal ini ditunjang dengan beberapa laporan dari beberapa riset yang menangani kasus Leukemia bahwa Para pegawai radiologi lebih sering menderita leukemia, Penerita dengan radioterapi lebih sering menderita leukemia, Leukemia ditemukan pada korban hidup kejadian bom atom Hiroshima dan Nagasaki, Jepang. 
b.   Leukemogenik. Beberapa zat kimia dilaporkan telah diidentifikasi dapat mempengaruhi frekuensi leukemia, misalnya racun lingkungan seperti benzena, bahan kimia inustri seperti insektisida, obat-obatan yang digunakan untuk kemoterapi. 
c.    Herediter. Penderita Down Syndrom memiliki insidensi leukemia akut 20 kali lebih besar dari orang normal. 
d.   Virus. Beberapa jenis virus dapat menyebabkan leukemia, seperti retrovirus, virus leukemia feline, HTLV-1 pada dewasa.
2.   Gejala 
Gejala Leukemia yang ditimbulkan umumnya berbeda diantara penderita, namun demikian secara umum dapat digambarkan sebagai berikut:
a.   Anemia. Penderita akan menampakkan cepat lelah, pucat dan bernafas cepat (sel darah merah dibawah normal menyebabkan oxygen dalam tubuh kurang, akibatnya penderita bernafas cepat sebagai kompensasi pemenuhan kekurangan oxygen dalam tubuh). 
b.   Perdarahan. Ketika Trombosit (sel pembeku darah) tidak terproduksi dengan wajar karena didominasi oleh sel darah putih, maka penderita akan mengalami perdarahan dijaringan kulit (banyaknya jentik merah lebar/kecil dijaringan kulit). 
c.    Terserang Infeksi. Sel darah putih berperan sebagai pelindung daya tahan tubuh, terutama melawan penyakit infeksi. Pada Penderita Leukemia, sel darah putih yang diterbentuk adalah tidak normal (abnormal) sehingga tidak berfungsi semestinya. Akibatnya tubuh si penderita rentan terkena infeksi virus/bakteri, bahkan dengan sendirinya akan menampakkan keluhan adanya demam, keluar cairan putih dari hidung (meler) dan batuk. 
d.   Nyeri Tulang dan Persendian. Hal ini disebabkan sebagai akibat dari sumsum tulang (bone marrow) mendesak padat oleh sel darah putih. 
e.    Nyeri Perut. Nyeri perut juga merupakan salah satu indikasi gejala leukemia, dimana sel leukemia dapat terkumpul pada organ ginjal, hati dan empedu yang menyebabkan pembesaran pada organ-organ tubuh ini dan timbulah nyeri. Nyeri perut ini dapat berdampak hilangnya nafsu makan penderita leukemia. 
f.     Pembengkakan Kelenjar Lympa. Penderita kemungkinan besar mengalami pembengkakan pada kelenjar lympa, baik itu yang dibawah lengan, leher, dada dan lainnya. Kelenjar lympa bertugas menyaring darah, sel leukemia dapat terkumpul disini dan menyebabkan pembengkakan. 
g.   Kesulitan Bernafas (Dyspnea). Penderita mungkin menampakkan gejala kesulitan bernafas dan nyeri dada, apabila terjadi hal ini maka harus segera mendapatkan pertolongan medis.
3.   Pemeriksaan / Diagnosa 
Penyakit Leukemia dapat dipastikan dengan beberapa pemeriksaan, diantaranya adalah  Biopsy, Pemeriksaan darah {complete blood count (CBC)}, CT or CAT scan, magnetic resonance imaging (MRI), X-ray, Ultrasound, Spinal tap atau lumbar puncture.
4.   Terapi dan Pengobatan
a.   transplantasi tulang sumsum
Transplantasi tulang sumsum dengan kemoterapi dosis tinggi dapat meningkatkan kekebalan tubuh serta membersihkan sel-sel tumor dan sel sel abnormal dari pasien leukemia. Lalu dari sel sel hematopoietic dari tubuh sendiri maupun tubuh orang lain ditransplantasi kepada pasien leukemia, pasien leukemia kembali memiliki system hematopoietik yang normal dan pemulihan fungsi kekebalan tubuh, sehingga tercapai tujuan terapeutiknya. Transplantasi sumsum tulang leukemia adalah pengobatan yang paling efektif, sekitar 50 persen dari pasien leukemia yang telah menjalani transplantasi sumsum tulang, kelangsungan hidupnya dapat berlangsung jangka panjang.
b.   kemoterapi
Kemoterapi adalah pengobatan yang cocok bagi pasien leukemia stadium lanjut / akhir, sangat bermanfaat untuk menghapus sel kanker dalam darah dan membangun kembali sumsum tulang untuk mengembalikan fungsi system hematopoietik normal. Jenis pengobatan ilmu kimia dibagi menjadi : kemoterapi awal, kemoterapi lanjutan dan kemoterapi konsolidasi sebagai pengobatan intensif dalam 4 fase. kemoterapi leukemia dapat secara efektif mengurangi gejala dan memperpanjang kelangsungan hidup, kemoterapi juga merupakan langkah yang diperlukan sebelum transplantasi sumsum tulang.
c.    metode pengobatan gabungan timur dan barat

Mengingat efek samping dari kemoterapi, yang mengandung racun dan berdampak buruk bagi tubuh pasiennya, maka pada leukemia stadium lanjut, metode gabungan timur dan barat dapat sangat membantu kondisi tubuh yang lemah yang menjadikan tubuh pasien mudah mentolerir efek kemoterapi. pengobatan Cina sangatlah bermanfaat untuk pengobatan konservatif, secara langsung memiliki peranan yang baik dalam meningkatkan kualitas hidup dan memperpanjang kelangsungan hidup pasien leukemia

d.   immunoterapi
Penelitian serta perkembangan dari immunoterapi pada tahun tahun terakhir mengalami banyak kemajuan, proses immunisasi yang merupakan DC-CIK dapat mengimunisasikan diri pasien dengan sel sel nya sendiri, meningkatkan daya tahan tubuh, memberantas sel sel kanker dalam darah, mengendalikan pertumbuhan dari sel sel kanker, menghambat kekambuhan atau bahkan penyebaran.

F.  THALASEMIA
Thalassemia adalah sekelompok gejala atau penyakit keturunan yang diakibatkan karena kegagalan pembentukan salah satu dari empat rantai asam amino yang membentuk hemoglobin, sebagai bahan utama darah. Hemoglobin terdiri dari 4 rantai asam amino (2 rantai amino alpha dan 2 rantai amino beta) yang bekerja bersama-sama untuk mengikat dan mengangkut oksigen ke seluruh tubuh. Rantai asam amino inilah yang gagal dibentuk sehingga menyebabkan timbulnya thalassemia. Berdasarkan rantai asam amino yang gagal terbentuk, thalassemia dibagi menjadi thalassemia alpha (hilang rantai alpha) dan thalassemia beta (hilang rantai beta)..
Thalassemia alpha dibagi menjadi : • Silent Carrier State (gangguan pada 1 rantai globin alpha). Pada keadaan ini mungkin tidak timbul gejala sama sekali pada penderita, atau hanya terjadi sedikit kelainan berupa sel darah merah yang tampak lebih pucat (hipokrom). • Alpha Thalassemia Trait (gangguan pada 2 rantai globin alpha). Penderita mungkin hanya mengalami anemia kronis yang ringan dengan sel darah merah yang tampak pucat (hipokrom) dan lebih kecil dari normal (mikrositer). • Hb H Disease (gangguan pada 3 rantai globin alpha). Gambaran klinis penderita dapat bervariasi dari tidak ada gejala sama sekali, hingga anemia yang berat yang disertai dengan perbesaran limpa (splenomegali). • Alpha Thalassemia Major (gangguan pada 4 rantai globin alpha). Thalassemia tipe ini merupakan kondisi yang paling berbahaya pada thalassemia tipe alpha. Pada kondisi ini tidak ada rantai globin yang dibentuk sehingga tidak ada HbA atau HbF yang diproduksi. Biasanya fetus yang menderita alpha thalassemia mayor mengalami anemia pada awal kehamilan, membengkak karena kelebihan cairan (hydrops fetalis), perbesaran hati dan limpa. Fetus yang menderita kelainan ini biasanya mengalami keguguran atau meninggal tidak lama setelah dilahirkan. Thalassemia beta terjadi jika terdapat mutasi pada satu atau dua rantai globin yang ada.
Thalassemia beta dibagi menjadi : • Beta Thalassemia Trait. Pada jenis ini penderita memiliki satu gen normal dan satu gen yang bermutasi. Penderita mungkin mengalami anemia ringan yang ditandai dengan sel darah merah yang mengecil (mikrositer). • Thalassemia Intermedia. Pada kondisi ini kedua gen mengalami mutasi tetapi masih bisa memproduksi sedikit rantai beta globin. Penderita biasanya mengalami anemia yang derajatnya tergantung dari derajat mutasi gen yang terjadi. • Thalassemia Major (Cooley’s Anemia). Pada kondisi ini kedua gen mengalami mutasi sehingga tidak dapat memproduksi rantai beta globin. Biasanya gejala muncul pada bayi ketika berumur 3 bulan berupa anemia yang berat. Berbeda dengan thalassemia minor (thalassemia trait/bawaan), penderita thalassemia mayor tidak dapat membentuk haemoglobin yang cukup di dalam darah mereka, sehingga hampir tidak ada oksigen yang dapat disalurkan ke seluruh tubuh, yang lama-lama akan menyebabkan asfiksia jaringan (kekurangan O2), edema, gagal jantung kongestif, maupun kematian. Oleh karena itu, penderita thalassemia mayor memerlukan transfusi darah yang sering dan perawatan medis demi kelangsungan hidupnya.

G. PURPURA
Pupura adalah suatu keadaan perdarahan berupa petechiae atau ekimosis di kulit atau selaput lendir dan berbagai jaringan dengan penurunn jumlah trombosit karena sebab yang tidak diketahui. Purpura sering terjadi pada anak umur 2-8 tahun dan lebih sering terjadi pada wanita.
1.   Etiologi
a.    Penyebab pasti belum diketahui (idiopatik)
b.   Tetapi kemungkinan akibat dari hipersplenisme, infeksi virus, intoksikasi makanan atau obat, bahan kimia, pengaruh radiasi, malnutrisi, dan autoimun.
2.   Gejala
a.    Masa prodormal, keletihan, demam, dan nyeri abdomen
b.   Secara spontan timbul petechiae dan ekimosis pada kulit
c.    Epistaksis
d.   Perdarahan mukosa mulut
e.    Menorrhagia
f.    Memar
g.   Anemia  terjadi jika banyak darah yang hilang karena perdarahan
h.   Hematuria
i.     Melena (keluarnya feses gelap dan pekat diwarnai oleh pigmen darah atau darah yang berubah)
3.   Pemeriksaan / Diagnosa
Penegakan diagnosa purpura biasanya dilakukan dengan melihat pada gejala-gejalanya. Untuk melihat adanya peradangan biasanya dilakukan kultur swab tenggorokan, pemeriksaan air kemih, dan pemeriksaan darah. Pemeriksaan khusus dilakukan dengan pewarnaan (immunofluoressence direk) pada spesimen biopsi untuk memeriksa adanya antibodi IgA pada pembuluh darah yang terkena.
4.   Terapi dan  Pengobatan
a.   Purpura akut
Merupakan purpura ringan tanpa pengobatan pun akan sembuh dengan spontan. Bila  setelah 2 minggu tanpa  pengobatan jumlah trombosit belum naik, maka berikan kortikosteroid. Bila tidak berespon terhadap kortikosteroid maka berikan immunoglobulin per intravena dan bila keadaan gawat berikan transfuse suspense trombosit.
b.   Purpura kronis
Kortikosteroid diberikan selama 5 bulan. Bila tidak berespon terhadap kortikosteroid, berikan  immunoglobulin (intravena). Dapat juga dilakukan  tindakan splenektomi.

H. TROMBOSITOSIS
Trombositosis merupakan kondisi medis yang ditandai dengan jumlah trombosit yang lebih dari normal di dalam darah dan sumsum tulang akibat produksi berlebihan oleh sumsum tulang. Pada orang dewasa sehat, kadar normal sel keping darah berkisar antara 150000 sampai 450000 sel keping darah/uL darah. Pada trombositosis esensial, jumlah trombosit lebih dari kisaran normal sehingga menyebabkan trombosit berfungsi secara abnormal, menyebabkan penyumbatan berlebihan atau bahkan perdarahan (ketika jumlah sel keping darah sangat tinggi, melebihi 1 juta trombosit/uL darah).
1.   Etiologi
Trombositosis dapat disebabkan karena hal-hal berikut :
a.    Pendarahan akut dan kehilangan banyak darah
b.   Reaksi alergi
c.     Kanker
d.   Gagal ginjal kronis atau gangguan ginjal lainnya
e.    Olahraga
f.    Serangan jantung
g.   Infeksi
h.   Anemia
i.     Pengangkatan limpa
j.     Anemia hemolitik, salah satu jenis anemia dimana tubuh menghancurkan sel-sel darah merah lebih cepat daripada saat menghasilkannya, biasanya karena gangguan darah tertentu atau penyakit autoimun
k.   Peradangan seperti akibat dari rheumatoid arthritis, penyakit celiac, gangguan jaringan ikat atau penyakit inflamasi usus
l.     Operasi besar
m. Pankreatitis atau radang pada kelenjar pankreas
n.   Trauma
o.   Penggunaan obat-obatan tertentu seperti epinephrine (Adrenalin Chloride, EpiPen), tretinoin (Vesanoid) dan vincristine
2.   Gejala
Tanda dan gejala Trombositosis Esensial yang mungkin timbul:
a.    Darah di dalam tinja
b.    Gusi berdarah
c.     Kelelahan
d.    Kelemahan otot
e.     Kemerahan dan nyeri terbakar pada tangan dan kaki
f.     Merasakan ketidaknyamanan atau kegelisahan (malaise atau rasa tidak enak badan)
g.     Mudah memar
h.    Nyeri tekan pada pinggul
i.      Pembesaran ujung jari kaki dengan kelengkungan kuku yang tidak normal (jari kaki tabuh)
j.      Pendarahan yang berkepanjangan dari luka cedera
k.    Perubahan penglihatan yang sementara
l.      Pingsan
m.  Pusing
3.   Terapi dan Pengobatan
Trombositosis yang disebabkan operasi, cedera, infeksi, peradangan tak memerlukan pengobatan khusus karena setelah kondisi tubuh memulih maka jumlah trombositnya akan kembali normal. Sedangkan trombositosis yang disebabkan pengangkatan limpa bisa jadi menyebabkan trombositosis seumur hidup. Dokter akan meresepkan aspirin dosis rendah untuk mencegah pendarahan atau pembekuan darah.

I.    TROMBOSITOPENIA
Trombositopenia adalah istilah medis untuk trombosit rendah. Jika trombosit darah turun di bawah normal, kondisi ini disebut trombositopenia. Hal ini sering terjadi sebagai akibat dari gangguan yang terpisah, seperti leukemia atau kerusakan sistem kekebalan, atau sebagai efek samping pengobatan. Komplikasi dapat berkisar dari tidak ada pendarahan hingga pendarahan parah. Trombositopenia biasanya membaik dengan memperlakukan penyebab. Kadang-kadang, obat-obatan atau operasi dapat membantu mengobati trombositopenia kronis. Jika pendarahan parah, kemungkinan memerlukan darah atau bahkan transfusi trombosit.
1.   Etiologi
Pada dasarnya, trombositopenia disebabkan oleh 2 hal, yaitu penurunan produksi trombosit  dan penghancuran trombosit. Penurunan produksi bisa disebabkan oleh infeksi virus (co: demam berdarah dengue), leukemia, kekurangan vitamin B12 dan asam folat, gagal hati, sepsis, dan beberapa kelainan bawaan seperti anemia Fanconi dan sindroma Alport. Sedangkan peningkatan penghancuran trombosit bisa terjadi pada ITP (Immune Thrombocytopenia), SLE (Lupus eritematosus sistemik), HUS (Hemolytic Uremic Syndrome), TTP (Thrombotic Thrombocytopenic Purpura), infeksi virus, perdarahan masif, obat-obatan, dan kelainan herediter yang lain.
2.   Gejala
Tanda dan gejala dari platelet darah rendah meliputi:
a.    Mudah atau memar yang berlebihan
b.   Pendarahan dangkal di kulit yang tampak seperti ruam berwarna kemerahan-ungu (petechiae), biasanya pada tungkai bawah
c.    Pendarahan dari luka yang berkepanjangan
d.   Pendarahan spontan dari gusi atau hidung
e.    Ada darah dalam air seni atau kotoran
f.    Menstruasi berat
3.   Pemeriksaan / Diagnosa
Penegakan diagnosa pada trombositopenia cukup dilakukan dengan pemeriksaan kadar trombosit pada hematologi rutin.
4.   Terapi dan Pengobatan
Kadang-kadang, pengobatan untuk trombositopenia tidak diperlukan, terutama pada anak-anak. Dalam kasus ini, sumsum tulang dapat menebus kekurangan trombosit dengan memproduksi sejumlah besar trombosit baru. Trombosit baru tersebut aktif dalam pembekuan, jadi meskipun jumlah total trombosit rendah, anak tidak mengalami masalah pendarahan dan tidak membutuhkan perawatan khusus.

J.   LIMFOSITOPENIA
Limfositopenia adalah suatu keadaan dimana jumlah limfosit di dalam darah rendah (di bawah 1.500 sel/mikroL darah pada dewasa dan di bawah 3.000 sel/mikroL darah pad anak-anak). Kebanyakan penderita limfositopenia memiliki jumlah Limfosit T yang rendah. Namun, pada beberapa penderita ditemukan jumlah limfosit lainnya juga rendah.
1.   Etiologi
Limfositopenia dapat disebabkan oleh berbagai macam penyakit dan keadaan. Namun, penyebab limfositopenia yang paling sering adalah AIDS dan malnutrisi. Limfositopenia dapat terjadi  karena tubuh tidak  dapat memproduksi limfosit dalam jumlah normal atau tubuh memproduksi limfositdalam jumlah banyak namun dihancurkan.
Penyebab limfositopenia dapat bersifat diturunkan (herediter) atau didapat (acquired). Beberapa penyakit yang didapat sebagai penyebab limfositopenia adalah :
a.    Penyakit infeksi, seperti AIDS, hepatitis, TBC,  atau thypoid
b.   Penyakit autoimun seperti Lupus
c.    Terapi steroid
d.   Kanker darah dan penyakit darah lainnya, seperti anemia
e.    Terapi radiasi dan kemoterapi
2.   Gejala
Penderita limfositopenia bisa saja tidak memiliki gejala atau hanya mengalami demam dan tanda-tanda infeksi lainnya. Limfositopenia ringan biasanya tidak menunjukan gejala dan akan ditemukan saat pemeriksaan hitung darah lengkap. Penurunan jumlah limfosit yang hebat bisa menyebabkan  timbulnya infeksi virus, jamur atau parasit.
3.   Pemeriksaan / Diagnosa
a.    Pemeriksaan fisik akan dilihat tanda-tanda infeksi seperti demam  atau pembesaran kelenjar getah bening.
b.   Pemeriksaan hitung lengkap darah, jika  jumlah limfosit sangat rendah akan dilakukan  pemeriksaan sumsum tulang.
4.   Terapi dan Pengobatan
Pengobatan limfositopenia tergantung pada jenis penyebabnya. Jika disebabkan karena pemakaian obat tertentu maka harus dihentikan pemakaian obat tersebut. Jika penyebabnya karena penyakit tertentu maka harus diberikan obat untuk penyakit penyebabnya tersebut. Jika terjadi kekurangan Limfosit B, maka konsentrasi antibody dalam darah akan turun sehingga perlu diberikan gammaglobulin untuk mencegah infeksi dan dapat dilakukan transplantasi sel induk untuk membentuk limfosit. Jika sudah terjadi infeksimaka perlu diberikan antibiotik, antifungi, atau antivirus untukmelawan organism penyebabnya.

K. SARKOIDOSIS
Sarkoidosis merupakan suatu penyakit peradangan yang ditandai dengan terbentuknya granuloma  pada kelenjar getah bening, paru-paru, hati, mata, kulit,  dan jaringan lainnya. Granuloma merupakan sekumpulan makrofag, limfosit, dan sel-sel raksasa berinti  banyak. Granuloma ini pada akhirnya akan menghilang total atau berkembang menjadi jaringan parut.
1.   Etiologi
Penyebabnya belum diketahui, kemungkingan besar penyebabnya adalah suatu respon hipersensitivitas, keturunan, infeksi, maupun bahan kimia. Biasanya muncul pada usia 30-50 tahun dan sangat jarang ditemukan  pada anak-anak.
2.   Gejala
Biasanya penderita sarkoidosis tidak menunjukan gejala yang serius dan penyakitnya baru akan ditemukan  setelah menjalani pemeriksaan dada. Gejala-gejala yang biasanya muncul adalah :
a.    merasa tidak enak badan, demam, sesak napas
b.   batuk, sakit kepala, gangguan penglihatan
c.    perubahan neurologis, pembesaran kelenjar getah bening
d.   pembesaran hati dan pembesaran limpa
e.    penurunan berat badan, kejang, perdarahan pada hidung
3.   Pemeriksaan / Diagnosa
Pemeriksaan penunjang yang biasanya dilakukan untuk  menegakkan diagnosa sarkoidosis adalah sebagai berikut :
a.    Hitung jenis darah
b.   Rontgen dada
c.    Biopsy (paru, hati, dan ginjal)
d.   Kadar enzim angiotensin
4.   Terapi dan Pengobatan
Gejala sarkoidosis seringkali secara perlahan dan akan menghilang dengan sendirinya, sehingga tidak perlu dilakukan pengobatan. Namun untuk menekan gejala berat, perlu diberikan  kortikosteroid dan jika menimbulkan kegagalan organ yang tidak dapat diperbaiki, perlu dilakukan pencangkokan organ.




BAB III
KESIMPULAN

Darah adalah organ khusus yang berbeda dengan organ lain karena berbentuk cairan. Darah terdiri atas 2 komponen utama, yaitu sebagai berikut.
1.   Plasma Darah 55%
a.    Air  91%
b.   Substansi lain 8% terdiri dari :
1)   Protein plasma darah 70% : albumin, fibrinogen, dan globulin
2)   Enzim
3)   0,9% terdiri dari asam amino, lemak, glukosa, urea, garam, Na.  bikarbonat
4)   0,1% hormon, antibody, dan gas
2.   Sel-sel darah  45% terdiri dari
a.    Sel darah merah (eritrosit)
b.   Sel darah puti (leukosit)
c.    Keping-keping darah (trombosit)
Namun, darah tidak selalu dalam keadaan fisiologis. Terkadang ada darah yang komponennya tidak lengkap atau lengkap komponennya namun tidak berfungsi dengan baik. Berikut adalah beberapa penyakit yang bisa menyerang darah dan komponen-komponennya, yaitu  :
1.      HIV / AIDS (Human Immunodeficiency Virus / Acquired Immuno Deficiency Syndrome)
2.      Anemia (keadaan kekurangan Hb dalam darah)
3.      Hemofilia (penyakit dimana darah sukar membeku)
4.      Trombosis (keadaan dimana darah menggumpal dalam pembuluh darah dan menyumbat aliran darah)
5.      Leukimia (proliferasi sel leukosit yang abnormal, ganas, disertai dengan bentuk leukosit yang tidak normal, leukositosis, anemia, trombositopenia dan diakhiri dengan kematian)
6.      Thalasemia (penyakit darah karena adanya gangguan dalam kemampuan memproduksi Hb dan eritrosit)
7.      Purpura (suatu keadaan perdarahan berupa petechiae atau ekimosis di kulit atau selaput lendir dan berbagai jaringan dengan penurunn jumlah trombosit karena sebab yang tidak diketahui)
8.      Trombositosis (suatu keadaan kelebihan trombosit dalam darah)
9.      Trombositopenia (suatu keadaan kekurangan trombosit dalam darah)
10.  Limfositosis (suatu keadaan dimana limfosit dalam darah berkurang)
11.  Sarkoidosis (suatu keadaan peradangan karena adanya granuloma)




DAFTAR PUSTAKA

http://health.detik.com/readpenyakit/983/trombositosis diakses pada tanggal 12 Mei 2013 jam 19.45
http://www.medicalstore.com/penyakitdarah diakses tanggal 12 Mei 2013 jam 19.20
Irianto, Kus. 2007. Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia untuk Paramedis. Bandung : Yrama Widya.
Suciati, S.Si, Apt. 2010. Modul Kefarmasian Popoler. Semarang : SMK Yayasan Pharmasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar