BAB I
PENDAHULUAN
Darah merupakan suatu
jaringan yang kompleks dan disusun atas plasma darah atau cairan darah dan
sel-sel darah. Darah juga merupakan suatu medis transpor tubuh, volume darah
manusia sekitar 7%-10% berat badan normal dan berjumlah sekitar 5 liter.
Keadaan jumlah darah pada manusia berbeda-beda, tergantung dari usia, pekerjaan,
serta keadaan jantung dan pembuluh darah.
Karakteristik darah
diantaranya adalah berwarna merah (tergantung kadar O2 dan CO2),
memiliki pH 7,37-7,45 dan temperature 38ºC, tingkat viskositas 3-5 x viskositas
air, BJ darah 1,054 – 1,060 dan BJ plasma 1,024 – 1,028. Darah mempunyai
fungsi-fungsi sebagai berikut :
1. Transportasi
a. yang
berhubungan dengan respirasi,
b. yang
berhubungan dengan nutrisi (makanan)
c. yang
berhubungan dengan ekskresi,
d. yang
berhubungan dengan regulasi.
2. Regulasi
keseimbangan pH darah
Mengentalkan
darah karena mempunyai plasma protein (albumin, fibrinogen, globulin)
3. Regulasi
keseimbangan darah dengan jaringan
4. Mencegah
pendarahan (trombosit)
5. Pertahanan
tubuh (leukosit)
Darah memiliki dua
komponen utama, yaitu plasma darah 55% dan sel darah 45%. Masing-masing
komponen tersebut memiliki subkomponen yang mempunyai fungsi masing-masing.
A. PLASMA DARAH
Plasma darah mempunyai fungsi untuk
mengatur tekanan osmosis darah sehingga dengan sendirinya akan diatur jumlahnya
dalam darah, membawa sari-sari makanan, sisa metabolisme, hasil ekskresi dan
beberapa gas.
B. SEL DARAH MERAH (ERITROSIT)
Eritrosit merupakan cairan bikonkaf
dengan diameter 7 mikron. Bikonkavitas eritorsit akan memungkinkan oksigen
bergerak kelur dan masuk sel secara cepat dengan jarak yang pendek antara
membran dan inti sel. Warnanya kuning kemerah-merahan karena mengandung
hemoglobin.
Eritrosit tidak memiliki inti sel,
mitokondria, dan ribosom serta tidak dapat bergerak. Sel ini tidak dapat
melakukan mitosis, fosforilasi oksidatif sel, atau pembentukan protein.
1. Hemoglobin
(Hb)
Hemoglobin
merupakan pigmen darah yang terdiri dari heme dan oksigen sehingga membentuk
rantai globin merah. Heme tersusun atas zat besi yang berfungsi mengikat O2
secara longgar dan reversible membentuk oksihemoglobin. Hb pada manusia ± 14,6
g/dL (pria 15,4 g/dL dan wanita 13,8 g/dL)
2. Produksi
Sel Darah Merah
Produksi
sel darah dari lahir sampai tua dilakukan oleh sumsum tulang (1,5 – 3,5 kg) dan dibantu oleh hepar dan limpa. Pada usia
kurang dari 21 tahun, akan diproduksi oleh sumsung tulang dari tulang besar dan
pada usia 21 tahun ke atas akan diproduksi oleh sumsum tulang dari tulang
kecil. Sumsum tulang terdiri atas sumsum tulang merah dan kuning, dimana sumsum
tulang merah memproduksi sel darah sedangkan sumsum tulang kuning, memproduksi
lemak dan pembuluh darah.
3. Hematokrit
(Ht)
Hematokrit
adalah persentase sel darah merah dari
seluruh jumlah seldarah (sel darah putih dan keping darah diabaikan
karena jumlah sangat sedikit). Pada pria persentase hematokrit berkisar antara
40 – 54 % sedangkan pada wanita berkisar antara 37 – 47 %.
C. SEL DARAH PUTIH (LEUKOSIT)
Pada umumnya, manusia memiliki leukosit
5000 – 10.000 sel/dL. Pada dasarnya
leukosit dibedakan menjadi dua yaitu granulosit dan agranulosit.
1. Granulosit
Leukosit
jenis ini berukuran 10-12 mikron dan
bergranul. Granula tersebut merupakan
lisosom yang berisi enzim-enzim pencernaan untuk merusak
partikel-partikel yang ditelan secara fagositosis. Granulosit ini memiliki masa
hidup sekitar 12 jam.
a. neutrofil
à
memiliki inti lebih dari 2 (biasanya 3,
4, atau 5), granul kecil, halus, dan berwarna ungu pucat, serta jumlahnya 62%.
b. eusinofil
à
memiliki inti 2, granul besar, kasar,
dan berwarna merah terang untuk menyerap eosin,
serta jumlahnya 8%.
c. basofil
à
jumlah inti yang dimiliki tidak jelas apakah 2 atau lebih dari 2 dengan jumlah
0,5 – 1 %, tetapi granulnya dapat dibuktikan yaitu kombinasi antara granul kecil dan halus serta besar dan kasar serta
berwarna biru untuk menyerap metilen blue,
serta memiliki zat antibeku yang disebut heparin
untuk mencegah terjadinya pembekuan dalam pembuluh darah.
2. Agranulosit
Leukosit
jenis ini tidak mempunyai granul dan
besarnya berkisar antara 12-15 mikron.
a. limfosit
à
memiliki satu inti yang besarnya hampir sama dengan selnya sendiri dengan
jumlah 18% dan bertahan selama 100-300 hari. Dibedakan menjadi Limfosit T (untuk menghancurkan sel-sel yang
terkena virus) dan Limfosit B (untuk
pembentukan antibody).
b. Monosit
à
memiliki dua macam inti yang berbentuk seperti kacang merah dan tapal kuda dengan jumlah 13% serta bersifat aktif
yang dapat bergerak berputar dalam aliran darah pada kecepatan tinggi. Masa
hidup monosit sulit dinilai karena selalu
mengembara, tetapi diduga selama beberapa minggu atau bulan. Selain itu, monosit
mempunyai ukuran paling besar dibanding sel-sel leukosit lainnya.
D. TROMBOSIT
Trombosit adalah bagian dari sel-sel
dalam sumsum tulang yang berbentuk cakram bulat, oval, bikonveks, tidak
berinti, dan hidup sekitar 10 hari. Jumlah trombosit antara 150 dan 400 x 109 /
liter (150.000 – 400.000 ml), sekitar 30-40% terkonsentrasi di dalam limpa dan
sisanya bersirkulasi. Trombosit berperan penting dalam pembekuan darah.
Gambar
1. Skema Proses Pembekuan darah
BAB II
PATOLOGI DARAH
A. HIV
/AIDS
AIDS (Acqiured Immuno Deficiency
Syndrome) adalah suatu kumpulan gejala yang diakibatkan oleh kerusakan sistem
kekebalan tubuh manusia karena virus HIV. Virus HIV ini biasanya tertular
melalui kontak langsung aliran darah
seperti transfuse darah, air mani, cairan vagina, dan ASI.
1.
Etiologi
AIDS terjadi karena infeksi HIV yang
menyerang organ kekebalan tubuh. Virus HIV ini akan menyerang dan merusak Sel T
yang dibutuhkan tubuh untuk sistem kekebalan. Bila HIV telah membunuh sel T
maka jumlah sel T dalam darah akan
menyusut drastis dan tingkat kekebalan tubuh pun akan hilang.
2.
Gejala
Satu atau dua bulan setelah HIV
memasuki tubuh, penderita HIV akan mengalami gejala-gejala yang dikenal sebagai
sindrom retroviral akut. Tetapi, gejala HIV terkadang tidak muncul selama
beberapa tahun atau bahkan satu dekade setelah terinfeksi. Berikut adalah gejala
HIV yang kemungkinan terjadi :
a. Demam
ringan (sekitar 39 derajat Celcius)
b. Kelelahan
c. Nyeri pada
persendian, otot, dan kelenjar getah bening
d. Sakit
tenggorokan dan kepala
e. Ruam kulit
f. Mual,
muntah, diare
g. Penurunan
berat badan
h. Batuk
kering
i. Berkeringat
di malam hari
j. Perubahan
kuku
3.
Pemeriksaan / Diagnosa
Untuk menegakkan diagnosa penyakit
HIV/AIDS biasanya dilakukan dengan melihat gejalanya dan juga tes darah.
4.
Terapi dan Pengobatan
Pada penderita HIV biasanya
diberikan terapi antiviral dan terapi cairan. Dalam pengobatannya, pasien
HIV/AIDS akan ditempatkan pada ruangan terpisah dengan pasien lainnya. Hal ini
untuk mencegah adanya efek sosial dan juga efek biomedis pada pasien dan lingkungannya.
B. ANEMIA
Anemia adalah suatu kondisi di mana
tubuh kekurangan darah akibat kurangnya kandungan hemoglobin dalam darah. Oleh
karena itu, tubuh akan kekurangan oksigen dan terasa lemas karena hemoglobin
bertugas mengikat oksigen untuk disebarkan ke seluruh badan.
1.
Etiologi
Penyebab umum dari anemia adalah
sebagai berikut :
a. perdarahan
hebat
b. berkurangnya
pembentukan sel darah merah
Hal
ini dapat dikarenakan kekurangan zat besi, kekurangan vitamin B12, kekurangan
asam folat, kekurangan vitamin C, dan adanya penyakit kronik
c. Meningkatnya
penghancuran sel darah merah
Faktor
tersebut dapat terjadi jika ada pembesaran limpa, kerusakan mekanik pada sel
darah merah, reaksi autoimun terhadap sel darah merah, hemoglobinuria nokturnal
paroksismal, sferositosis herediter, elliptositosis herediter, kekurangan G6PD,
penyakit sel sabit, penyakit hemoglobin, penyakit hemoglobin S-C, penyakit
hemoglobin E, dan thalasemia
2.
Gejala
Gejala-gejala
yang disebabkan oleh pasokan oksigen yang tidak mencukupi kebutuhan ini,
bervariasi. Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga dan
kepala terasa melayang. Jika anemia bertambah berat, bisa menyebabkan stroke
atau serangan jantung.
3.
Pemeriksaan
/ Diagnosa
Hematologi
rutin bisa menentukan adanya anemia. Persentase hematokrit dan jumlah
hemoglobin dalam suatu contoh darah bisa ditentukan. Pemeriksaan tersebut
merupakan bagian dari hitung jenis darah komplit (CBC).
4.
Terapi
dan Pengobatan
Pengobatan
anemia tergantung pada jenis anemia yang dimiliki. Biasanya dengan pemberian suplemen zat besi pada penderita
anemia kekurangan zat besi dan pemberian suntikan vitamin B12 pada penderita
anemia kekurangan vit B12.
Pada
penderita anemia sel sabit memerlukan diet sehat, suplemen asam folat, vitamin
D dan Zn. Tidak ada obat untuk anemia jenis ini tetapi frekuensi dan
kualitasnya krisis dan komplikasi mereka dapat dikurangi. Mereka perlu
menyelesaikan vaksinasi melawan flu, pneumococcus meningitis, Hepatitis B dan
penyakit lainnya untuk mencegah infeksi.
C. HEMOFILIA
Hemofilia
adalah suatu kelainan pada sistem pembekuan darah. Normalnya, jika kulit
terluka, darah akan membeku untuk mencegah pendarahan. Namun, pada pengidap
hemofilia, darah tidak bisa membeku dengan cepat. Akibatnya, penderitanya akan
berdarah lebih lama dan kehilangan darah lebih banyak. Penyakit ini tidak bisa
disembuhkan. Tapi, dengan penanganan yang tepat, pengidapnya bisa beraktivitas
dengan normal.
1.
Gejala
Gejala
umum hemofilia yaitu:
a.
lutut, sikut, pinggul, bahu, otot lengan
dan kaki tiba-tiba terasa nyeri, bengkak, atau terasa hangat.
b.
Pendarahan yang berlangsung lama setelah
mengalami luka.
c.
Sakit kepala parah dan lama.
d.
Muntah-muntah.
e.
Terasa sangat lelah.
f.
Nyeri leher.
g.
Penglihatan bermasalah, biasanya rabun.
Penderita
hemofilia yang cukup parah akan mengalami gejala yang lebih berbahaya, misalnya
berdarah tiba-tiba. Gejala lainnya dapat berupa:
a.
Memar-memar yang tidak jelas
penyebabnya, ukurannya besar dan cukup dalam.
b.
Sendi terasa nyeri dan bengkak, disebabkan
oleh pendarahan internal.
c.
Bercak darah pada urine.
d.
Berdarah cukup banyak dan lama setelah
terluka atau operasi.
e.
Mimisan tanpa penyebab jelas.
f.
Sendi terasa kaku.
Gejala
hemofilia dapat terlihat sejak seseorang berumur dua tahun. Gejala awalnya
adalah mudah memar.
2.
Etiologi
Penyebab
hemofilia berbeda-beda, bergantung pada tipe yang diderita, yaitu sebagai
berikut :
a.
Hemofilia Tipe A
Ini
adalah tipe yang cukup umum. Disebabkan oleh kurangnya faktor VIII dalam darah,
salah satu komponen pembekuan darah.
b.
Hemofilia Tipe B
Tipe
ini disebabkan oleh kurangnya faktor IX dalam darah, yang juga berperan dalam
pembekuan darah.
c.
Hemofilia Tipe C
Tipe
ini disebabkan kurangnya faktor XI dalam darah, yang berperan dalam pembekuan
darah. Biasanya pengidap hemofilia tipe ini mengalami gejala yang ringan.
Hemofilia
juga dapat diturunkan dari orang tua pada anaknya. Anak perempuan memiliki
kromosom X dan X, sementara anak lelaki X dan Y. Hemofilia tipe A dan B
terdapat dalam kromosom X. Karena itu, biasanya diturunkan oleh ibu ke anak
lelakinya. Sementara, tipe C dapat diturunkan oleh kedua orang tua pada anak
lelaki.
3.
Pemeriksaan
/ Diagnosa
Seseorang
biasanya baru diketahui mengidap hemofilia setelah mengalami pendarahan
berlebihan saat operasi. Tapi, jika ada riwayat hemofilia di keluarga, bayi
dalam kandungan pun dapat diperiksa apakah mengidap hemofilia atau tidak.
4.
Terapi
dan Pengobatan
Pengobatan
hemofilia berbeda-beda, bergantung pada tipe yang diidap. Untuk hemofilia tipe
A yang ringan dan sedang, diberikan injeksi hormon. Hormon ini dapat merangsang
aktifnya komponen pembekuan darah.
Untuk
tipe A dan B yang termasuk parah, dilakukan transfusi cairan yang mengandung
komponen pembekuan darah. Sementara, untuk tipe C, penanganannya berupa
pemberian cairan plasma darah melalui infus.
Infus
yang dilakukan secara berkala tiap dua atau tiga kali seminggu dapat mencegah
pendarahan. Dokter bisa mengajarkan cara melakukan infus di rumah.
Jika
sendi mulai terpengaruh oleh pendarahan dalam, pasien bisa melakukan terapi
fisik. Terapi ini bertujuan melatih sendi agar tidak kaku dan rusak.
Sedangkan,
untuk mengatasi luka kecil di kulit, cukup gunakan plester. Pendarahan dalam
yang tidak terlalu besar juga bisa ditangani dengan menempelkan es yang dililit
handuk.
D. TROMBOSIS
Trombosis adalah pembentukan bekuan darah (trombus) di
dalam pembuluh darah, menghambat aliran darah melalui sistem peredaran darah.
Ketika pembuluh darah terluka, tubuh menggunakan platelet dan fibrin untuk
membentuk bekuan darah, karena langkah pertama dalam memperbaiki itu
(hemostasis) adalah untuk mencegah hilangnya darah. Jika mekanisme yang
menyebabkan terlalu banyak pembekuan, dan bekuan istirahat bebas, embolus
terbentuk.
Tromboemboli adalah baik trombosis dan komplikasi utama,
yang embolisasi. Ketika trombus menempati lebih dari 75% dari luas permukaan
lumen arteri, aliran darah ke jaringan berkurang disediakan cukup untuk
menimbulkan gejala karena penurunan oksigen (hipoksia) dan akumulasi produk
metabolisme seperti asam laktat. Lebih dari 90% obstruksi dapat mengakibatkan
anoksia, perampasan lengkap oksigen, dan infark, modus kematian sel.
1. Etiologi
Menurut virchow bahwa trombus terbentuk karena tiga
faktor yaitu:
a.
perubahan pada permukaan endotel
pembuluh darah
Kerusakan endotel menyebabkan
adanya perubahan potensial listrik sehingga trombosit mudah melekat pada
endotel. Thrombosis ini dapat terjadi pada keadaan :
1)
Atherosclerosis
2)
Radang pembuluh darah spt polyarteritis nodusa,
thromboangitis obliterans, throbolplebitis
3)
Trombosis pada endocard yang melapisi lapisan
jantung yg mengalami infark myocard dan pada endocarditis
4)
Ruda paksa (trauma)
b.perubahan aliran darah
Trombosit mengalir pada zone perifer dan dibatasi
dari dinding pembuluh oleh zone plasma. Bila aliran darah melambat maka
trombosit masuk kedalam zone plasma shg kontak dengan endotel bertambah. Bila
aliran darah melambat maka trombosit
akan menepi sehingga mudah
melekat pada dinding pembuluh darah.
Perubahan aliran darah lebih sering pada vena daripada arteri.
Trombus juga sering terjadi pada keadaan varises. Varises sering ditemukan
pada tempat-tempat seperti vena-vena tungkai bawah yang superficial, pleksus
pampiniformis, pleksus hemorrhoidalis, dan ujung distal esophagus.
c. perubahan pada konstitusi darah
Trombosit dalam jumlah yang lebih banyak lebih memudahkan
terbentuknya trombus karena bersifat lebih mudah terjadi perlekatan
(adhesif) keadaan ini dapat dijumpai pada:
1)
Masa nifas (2-3 kali lebih dari normal)
2)
Infark paru-paru
3)
Tumor ganas
4)
Thromboplebitis
5)
Thromboangitis obliterans
Trombosis dapat juga ditemukan pada penyakit darah seperti polycytemia,
pada penyakit yang disertai ‘sludged blood’, sel-sel darah
bergumpal-gumpal menyebabkan aliran darah melambat.
E. LEUKIMIA
Leukimia adalah penyakit yang
mengakibatkan produksi sel darah putih tidak terkontrol pada sistem
transportasi. Kanker Darah (Leukemia) adalah jenis penyakit kanker yang
menyerang sel-sel darah putih yang diproduksi oleh sumsum tulang (bone marrow).
Sumsum tulang atau bone marrow ini dalam tubuh manusia memproduksi tiga type
sel darah diantaranya sel darah putih (berfungsi sebagai daya tahan tubuh
melawan infeksi), sel darah merah (berfungsi membawa oxygen kedalam tubuh) dan trombosit
(bagian kecil sel darah yang membantu proses pembekuan darah).
Kanker Darah (Leukemia) umumnya muncul pada diri seseorang
sejak dimasa kecilnya. Sumsum tulang tanpa diketahui dengan jelas penyebabnya
telah memproduksi sel darah putih yang berkembang tidak normal atau abnormal.
Normalnya, sel darah putih me-reproduksi ulang bila tubuh memerlukannya atau
ada tempat bagi sel darah itu sendiri. Tubuh manusia akan memberikan
tanda/signal secara teratur kapankah sel darah diharapkan be-reproduksi
kembali.
KLASIFIKASI LEUKIMIA
Ketika pada pemeriksaan diketahui
bahwa leukemia mempengaruhi limfosit atau sel limfoid, maka disebut leukemia
limfositik. Sedangkan leukemia yang mempengaruhi sel mieloid seperti neutrofil,
basofil, dan eosinofil, disebut leukemia mielositik. Dari klasifikasi ini, maka
Leukemia dibagi menjadi empat type sebutan;
- Leukemia limfositik akut (LLA).
Merupakan tipe leukemia paling sering terjadi pada anak-anak. Penyakit ini
juga terdapat pada dewasa yang terutama telah berumur 65 tahun atau
lebih.
- Leukemia mielositik akut (LMA).
Ini lebih sering terjadi pada dewasa daripada anak-anak. Tipe ini
dahulunya disebut leukemia nonlimfositik akut.
- Leukemia limfositik kronis
(LLK). Hal ini sering diderita oleh orang dewasa yang berumur lebih dari
55 tahun. Kadang-kadang juga diderita oleh dewasa muda, dan hampir tidak
ada pada anak-anak.
- Leukemia mielositik kronis
(LMK) sering terjadi pada orang dewasa. Dapat juga terjadi pada anak-anak,
namun sangat sedikit.
1.
Etiologi
Sampai
saat ini penyebab penyakit leukemia belum diketahui secara pasti, akan tetapi ada beberapa faktor
yang diduga mempengaruhi frekuensi terjadinya leukemia.
a. Radiasi. Hal ini ditunjang dengan beberapa
laporan dari beberapa riset yang menangani kasus Leukemia bahwa Para pegawai
radiologi lebih sering menderita leukemia, Penerita dengan radioterapi lebih
sering menderita leukemia, Leukemia ditemukan pada korban hidup kejadian bom
atom Hiroshima dan Nagasaki, Jepang.
b.
Leukemogenik. Beberapa zat kimia dilaporkan
telah diidentifikasi dapat mempengaruhi frekuensi leukemia, misalnya racun
lingkungan seperti benzena, bahan kimia inustri seperti insektisida,
obat-obatan yang digunakan untuk kemoterapi.
c.
Herediter. Penderita Down Syndrom memiliki
insidensi leukemia akut 20 kali lebih besar dari orang normal.
d.
Virus. Beberapa jenis virus dapat
menyebabkan leukemia, seperti retrovirus, virus leukemia feline, HTLV-1 pada
dewasa.
2.
Gejala
Gejala
Leukemia yang ditimbulkan umumnya berbeda diantara penderita, namun demikian
secara umum dapat digambarkan sebagai berikut:
a. Anemia. Penderita akan menampakkan cepat
lelah, pucat dan bernafas cepat (sel darah merah dibawah normal menyebabkan
oxygen dalam tubuh kurang, akibatnya penderita bernafas cepat sebagai
kompensasi pemenuhan kekurangan oxygen dalam tubuh).
b.
Perdarahan. Ketika Trombosit (sel pembeku
darah) tidak terproduksi dengan wajar karena didominasi oleh sel darah putih,
maka penderita akan mengalami perdarahan dijaringan kulit (banyaknya jentik
merah lebar/kecil dijaringan kulit).
c.
Terserang Infeksi. Sel darah putih berperan sebagai
pelindung daya tahan tubuh, terutama melawan penyakit infeksi. Pada Penderita
Leukemia, sel darah putih yang diterbentuk adalah tidak normal (abnormal)
sehingga tidak berfungsi semestinya. Akibatnya tubuh si penderita rentan
terkena infeksi virus/bakteri, bahkan dengan sendirinya akan menampakkan
keluhan adanya demam, keluar cairan putih dari hidung (meler) dan batuk.
d.
Nyeri Tulang dan Persendian. Hal ini disebabkan sebagai akibat
dari sumsum tulang (bone marrow) mendesak padat oleh sel darah putih.
e.
Nyeri Perut. Nyeri perut juga merupakan salah
satu indikasi gejala leukemia, dimana sel leukemia dapat terkumpul pada organ
ginjal, hati dan empedu yang menyebabkan pembesaran pada organ-organ tubuh ini
dan timbulah nyeri. Nyeri perut ini dapat berdampak hilangnya nafsu makan
penderita leukemia.
f.
Pembengkakan Kelenjar Lympa. Penderita kemungkinan besar
mengalami pembengkakan pada kelenjar lympa, baik itu yang dibawah lengan,
leher, dada dan lainnya. Kelenjar lympa bertugas menyaring darah, sel leukemia
dapat terkumpul disini dan menyebabkan pembengkakan.
g.
Kesulitan Bernafas (Dyspnea). Penderita mungkin menampakkan
gejala kesulitan bernafas dan nyeri dada, apabila terjadi hal ini maka harus
segera mendapatkan pertolongan medis.
3.
Pemeriksaan
/ Diagnosa
Penyakit
Leukemia dapat dipastikan dengan beberapa pemeriksaan, diantaranya adalah Biopsy, Pemeriksaan darah {complete blood
count (CBC)}, CT or CAT scan, magnetic resonance imaging (MRI), X-ray,
Ultrasound, Spinal tap atau lumbar puncture.
4.
Terapi dan Pengobatan
a.
transplantasi tulang
sumsum
Transplantasi tulang sumsum dengan
kemoterapi dosis tinggi dapat meningkatkan kekebalan tubuh serta membersihkan
sel-sel tumor dan sel sel abnormal dari pasien leukemia. Lalu dari sel sel
hematopoietic dari tubuh sendiri maupun tubuh orang lain ditransplantasi kepada
pasien leukemia, pasien leukemia kembali memiliki system hematopoietik yang
normal dan pemulihan fungsi kekebalan tubuh, sehingga tercapai tujuan
terapeutiknya. Transplantasi sumsum tulang leukemia adalah pengobatan yang
paling efektif, sekitar 50 persen dari pasien leukemia yang telah menjalani
transplantasi sumsum tulang, kelangsungan hidupnya dapat berlangsung jangka
panjang.
b.
kemoterapi
Kemoterapi adalah pengobatan yang cocok
bagi pasien leukemia stadium lanjut / akhir, sangat bermanfaat untuk menghapus
sel kanker dalam darah dan membangun kembali sumsum tulang untuk mengembalikan
fungsi system hematopoietik normal. Jenis pengobatan ilmu kimia dibagi menjadi
: kemoterapi awal, kemoterapi lanjutan dan kemoterapi konsolidasi sebagai
pengobatan intensif dalam 4 fase. kemoterapi leukemia dapat secara efektif
mengurangi gejala dan memperpanjang kelangsungan hidup, kemoterapi juga
merupakan langkah yang diperlukan sebelum transplantasi sumsum tulang.
c.
metode pengobatan gabungan timur dan
barat
Mengingat efek
samping dari kemoterapi, yang mengandung racun dan berdampak buruk bagi tubuh
pasiennya, maka pada leukemia stadium lanjut, metode gabungan timur dan barat
dapat sangat membantu kondisi tubuh yang lemah yang menjadikan tubuh pasien
mudah mentolerir efek kemoterapi. pengobatan Cina sangatlah bermanfaat untuk
pengobatan konservatif, secara langsung memiliki peranan yang baik dalam
meningkatkan kualitas hidup dan memperpanjang kelangsungan hidup pasien
leukemia
d.
immunoterapi
Penelitian
serta perkembangan dari immunoterapi pada tahun tahun terakhir mengalami banyak
kemajuan, proses immunisasi yang merupakan DC-CIK dapat mengimunisasikan diri
pasien dengan sel sel nya sendiri, meningkatkan daya tahan tubuh, memberantas
sel sel kanker dalam darah, mengendalikan pertumbuhan dari sel sel kanker,
menghambat kekambuhan atau bahkan penyebaran.
F. THALASEMIA
Thalassemia
adalah sekelompok gejala atau penyakit keturunan yang diakibatkan karena
kegagalan pembentukan salah satu dari empat rantai asam amino yang membentuk
hemoglobin, sebagai bahan utama darah. Hemoglobin terdiri dari 4 rantai asam
amino (2 rantai amino alpha dan 2 rantai amino beta) yang bekerja bersama-sama
untuk mengikat dan mengangkut oksigen ke seluruh tubuh. Rantai asam amino
inilah yang gagal dibentuk sehingga menyebabkan timbulnya thalassemia. Berdasarkan
rantai asam amino yang gagal terbentuk, thalassemia dibagi menjadi thalassemia
alpha (hilang rantai alpha) dan thalassemia beta (hilang rantai beta)..
Thalassemia
alpha dibagi menjadi : • Silent Carrier State (gangguan pada
1 rantai globin alpha). Pada keadaan ini mungkin tidak timbul gejala sama
sekali pada penderita, atau hanya terjadi sedikit kelainan berupa sel darah
merah yang tampak lebih pucat (hipokrom). • Alpha Thalassemia Trait
(gangguan pada 2 rantai globin alpha). Penderita mungkin hanya mengalami anemia
kronis yang ringan dengan sel darah merah yang tampak pucat (hipokrom) dan lebih
kecil dari normal (mikrositer). • Hb H Disease (gangguan pada 3 rantai
globin alpha). Gambaran klinis penderita dapat bervariasi dari tidak ada gejala
sama sekali, hingga anemia yang berat yang disertai dengan perbesaran limpa
(splenomegali). • Alpha Thalassemia Major (gangguan pada 4 rantai globin alpha).
Thalassemia tipe ini merupakan kondisi yang paling berbahaya pada thalassemia
tipe alpha. Pada kondisi ini tidak ada rantai globin yang dibentuk sehingga
tidak ada HbA atau HbF yang diproduksi. Biasanya fetus yang menderita alpha
thalassemia mayor mengalami anemia pada awal kehamilan, membengkak karena
kelebihan cairan (hydrops fetalis), perbesaran hati dan limpa. Fetus yang
menderita kelainan ini biasanya mengalami keguguran atau meninggal tidak lama setelah
dilahirkan. Thalassemia beta terjadi jika terdapat mutasi pada satu atau dua
rantai globin yang ada.
Thalassemia
beta dibagi menjadi : • Beta Thalassemia Trait. Pada jenis
ini penderita memiliki satu gen normal dan satu gen yang bermutasi. Penderita
mungkin mengalami anemia ringan yang ditandai dengan sel darah merah yang
mengecil (mikrositer). • Thalassemia Intermedia. Pada kondisi
ini kedua gen mengalami mutasi tetapi masih bisa memproduksi sedikit rantai
beta globin. Penderita biasanya mengalami anemia yang derajatnya tergantung
dari derajat mutasi gen yang terjadi. • Thalassemia Major (Cooley’s Anemia).
Pada kondisi ini kedua gen mengalami mutasi sehingga tidak dapat memproduksi
rantai beta globin. Biasanya gejala muncul pada bayi ketika berumur 3 bulan
berupa anemia yang berat. Berbeda dengan thalassemia minor (thalassemia
trait/bawaan), penderita thalassemia mayor tidak dapat membentuk haemoglobin
yang cukup di dalam darah mereka, sehingga hampir tidak ada oksigen yang dapat
disalurkan ke seluruh tubuh, yang lama-lama akan menyebabkan asfiksia jaringan
(kekurangan O2), edema, gagal jantung kongestif, maupun kematian. Oleh karena
itu, penderita thalassemia mayor memerlukan transfusi darah yang sering dan
perawatan medis demi kelangsungan hidupnya.
G. PURPURA
Pupura
adalah suatu keadaan perdarahan berupa petechiae atau ekimosis di kulit atau
selaput lendir dan berbagai jaringan dengan penurunn jumlah trombosit karena
sebab yang tidak diketahui. Purpura sering terjadi pada anak umur 2-8 tahun dan
lebih sering terjadi pada wanita.
1.
Etiologi
a. Penyebab
pasti belum diketahui (idiopatik)
b. Tetapi
kemungkinan akibat dari hipersplenisme, infeksi virus, intoksikasi makanan atau
obat, bahan kimia, pengaruh radiasi, malnutrisi, dan autoimun.
2.
Gejala
a. Masa
prodormal, keletihan, demam, dan nyeri abdomen
b. Secara
spontan timbul petechiae dan ekimosis pada kulit
c. Epistaksis
d. Perdarahan
mukosa mulut
e. Menorrhagia
f. Memar
g. Anemia terjadi jika banyak darah yang hilang karena
perdarahan
h. Hematuria
i. Melena
(keluarnya feses gelap dan pekat diwarnai oleh pigmen darah atau darah yang
berubah)
3.
Pemeriksaan
/ Diagnosa
Penegakan
diagnosa purpura biasanya dilakukan dengan melihat pada gejala-gejalanya. Untuk
melihat adanya peradangan biasanya dilakukan kultur swab tenggorokan,
pemeriksaan air kemih, dan pemeriksaan darah. Pemeriksaan khusus dilakukan
dengan pewarnaan (immunofluoressence direk) pada spesimen biopsi untuk
memeriksa adanya antibodi IgA pada pembuluh darah yang terkena.
4.
Terapi
dan Pengobatan
a.
Purpura
akut
Merupakan
purpura ringan tanpa pengobatan pun akan sembuh dengan spontan. Bila setelah 2 minggu tanpa pengobatan jumlah trombosit belum naik, maka
berikan kortikosteroid. Bila tidak berespon terhadap kortikosteroid maka
berikan immunoglobulin per intravena dan bila keadaan gawat berikan transfuse
suspense trombosit.
b.
Purpura
kronis
Kortikosteroid
diberikan selama 5 bulan. Bila tidak berespon terhadap kortikosteroid,
berikan immunoglobulin (intravena).
Dapat juga dilakukan tindakan
splenektomi.
H. TROMBOSITOSIS
Trombositosis
merupakan kondisi medis yang ditandai dengan jumlah trombosit yang lebih dari
normal di dalam darah dan sumsum tulang akibat produksi berlebihan oleh sumsum
tulang. Pada orang dewasa sehat, kadar normal sel keping darah berkisar antara
150000 sampai 450000 sel keping darah/uL darah. Pada trombositosis esensial,
jumlah trombosit lebih dari kisaran normal sehingga menyebabkan trombosit
berfungsi secara abnormal, menyebabkan penyumbatan berlebihan atau bahkan
perdarahan (ketika jumlah sel keping darah sangat tinggi, melebihi 1 juta trombosit/uL
darah).
1.
Etiologi
Trombositosis
dapat disebabkan karena hal-hal berikut :
a. Pendarahan
akut dan kehilangan banyak darah
b. Reaksi
alergi
c. Kanker
d. Gagal
ginjal kronis atau gangguan ginjal lainnya
e. Olahraga
f. Serangan
jantung
g. Infeksi
h. Anemia
i. Pengangkatan
limpa
j. Anemia
hemolitik, salah satu jenis anemia dimana tubuh menghancurkan sel-sel darah
merah lebih cepat daripada saat menghasilkannya, biasanya karena gangguan darah
tertentu atau penyakit autoimun
k. Peradangan
seperti akibat dari rheumatoid arthritis, penyakit celiac, gangguan jaringan
ikat atau penyakit inflamasi usus
l. Operasi
besar
m. Pankreatitis
atau radang pada kelenjar pankreas
n. Trauma
o. Penggunaan
obat-obatan tertentu seperti epinephrine (Adrenalin Chloride, EpiPen), tretinoin
(Vesanoid) dan vincristine
2.
Gejala
Tanda
dan gejala Trombositosis Esensial yang mungkin timbul:
a. Darah
di dalam tinja
b. Gusi
berdarah
c. Kelelahan
d. Kelemahan
otot
e. Kemerahan
dan nyeri terbakar pada tangan dan kaki
f. Merasakan
ketidaknyamanan atau kegelisahan (malaise atau rasa tidak enak badan)
g. Mudah
memar
h. Nyeri
tekan pada pinggul
i. Pembesaran
ujung jari kaki dengan kelengkungan kuku yang tidak normal (jari kaki tabuh)
j. Pendarahan
yang berkepanjangan dari luka cedera
k. Perubahan
penglihatan yang sementara
l. Pingsan
m. Pusing
3.
Terapi
dan Pengobatan
Trombositosis
yang disebabkan operasi, cedera, infeksi, peradangan tak memerlukan pengobatan
khusus karena setelah kondisi tubuh memulih maka jumlah trombositnya akan
kembali normal. Sedangkan trombositosis yang disebabkan pengangkatan limpa bisa
jadi menyebabkan trombositosis seumur hidup. Dokter akan meresepkan aspirin
dosis rendah untuk mencegah pendarahan atau pembekuan darah.
I.
TROMBOSITOPENIA
Trombositopenia
adalah istilah medis untuk trombosit rendah. Jika trombosit darah turun di
bawah normal, kondisi ini disebut trombositopenia. Hal ini sering terjadi
sebagai akibat dari gangguan yang terpisah, seperti leukemia atau kerusakan
sistem kekebalan, atau sebagai efek samping pengobatan. Komplikasi dapat
berkisar dari tidak ada pendarahan hingga pendarahan parah. Trombositopenia
biasanya membaik dengan memperlakukan penyebab. Kadang-kadang, obat-obatan atau
operasi dapat membantu mengobati trombositopenia kronis. Jika pendarahan parah,
kemungkinan memerlukan darah atau bahkan transfusi trombosit.
1.
Etiologi
Pada
dasarnya, trombositopenia disebabkan oleh 2 hal, yaitu penurunan produksi
trombosit dan penghancuran trombosit. Penurunan
produksi bisa disebabkan oleh infeksi virus (co: demam berdarah dengue),
leukemia, kekurangan vitamin B12 dan asam folat, gagal hati, sepsis, dan
beberapa kelainan bawaan seperti anemia Fanconi dan sindroma Alport. Sedangkan
peningkatan penghancuran trombosit bisa terjadi pada ITP (Immune
Thrombocytopenia), SLE (Lupus eritematosus sistemik), HUS (Hemolytic
Uremic Syndrome), TTP (Thrombotic Thrombocytopenic Purpura),
infeksi virus, perdarahan masif, obat-obatan, dan kelainan herediter yang lain.
2.
Gejala
Tanda
dan gejala dari platelet darah rendah meliputi:
a. Mudah
atau memar yang berlebihan
b. Pendarahan
dangkal di kulit yang tampak seperti ruam berwarna kemerahan-ungu (petechiae),
biasanya pada tungkai bawah
c. Pendarahan
dari luka yang berkepanjangan
d. Pendarahan
spontan dari gusi atau hidung
e. Ada
darah dalam air seni atau kotoran
f. Menstruasi
berat
3.
Pemeriksaan
/ Diagnosa
Penegakan
diagnosa pada trombositopenia cukup dilakukan dengan pemeriksaan kadar
trombosit pada hematologi rutin.
4.
Terapi
dan Pengobatan
Kadang-kadang,
pengobatan untuk trombositopenia tidak diperlukan, terutama pada anak-anak.
Dalam kasus ini, sumsum tulang dapat menebus kekurangan trombosit dengan
memproduksi sejumlah besar trombosit baru. Trombosit baru tersebut aktif dalam
pembekuan, jadi meskipun jumlah total trombosit rendah, anak tidak mengalami
masalah pendarahan dan tidak membutuhkan perawatan khusus.
J.
LIMFOSITOPENIA
Limfositopenia
adalah suatu keadaan dimana jumlah limfosit di dalam darah rendah (di bawah
1.500 sel/mikroL darah pada dewasa dan di bawah 3.000 sel/mikroL darah pad anak-anak).
Kebanyakan penderita limfositopenia memiliki jumlah Limfosit T yang rendah.
Namun, pada beberapa penderita ditemukan jumlah limfosit lainnya juga rendah.
1.
Etiologi
Limfositopenia
dapat disebabkan oleh berbagai macam penyakit dan keadaan. Namun, penyebab
limfositopenia yang paling sering adalah AIDS dan malnutrisi. Limfositopenia
dapat terjadi karena tubuh tidak dapat memproduksi limfosit dalam jumlah
normal atau tubuh memproduksi limfositdalam jumlah banyak namun dihancurkan.
Penyebab
limfositopenia dapat bersifat diturunkan (herediter) atau didapat (acquired).
Beberapa penyakit yang didapat sebagai penyebab limfositopenia adalah :
a. Penyakit infeksi, seperti AIDS,
hepatitis, TBC, atau thypoid
b. Penyakit autoimun seperti Lupus
c. Terapi steroid
d. Kanker darah dan penyakit darah
lainnya, seperti anemia
e. Terapi radiasi dan kemoterapi
2.
Gejala
Penderita
limfositopenia bisa saja tidak memiliki gejala atau hanya mengalami demam dan
tanda-tanda infeksi lainnya. Limfositopenia ringan biasanya tidak menunjukan
gejala dan akan ditemukan saat pemeriksaan hitung darah lengkap. Penurunan
jumlah limfosit yang hebat bisa menyebabkan
timbulnya infeksi virus, jamur atau parasit.
3.
Pemeriksaan
/ Diagnosa
a. Pemeriksaan fisik akan dilihat
tanda-tanda infeksi seperti demam atau
pembesaran kelenjar getah bening.
b. Pemeriksaan hitung lengkap darah,
jika jumlah limfosit sangat rendah akan
dilakukan pemeriksaan sumsum tulang.
4.
Terapi
dan Pengobatan
Pengobatan limfositopenia tergantung
pada jenis penyebabnya. Jika disebabkan karena pemakaian obat tertentu maka
harus dihentikan pemakaian obat tersebut. Jika penyebabnya karena penyakit
tertentu maka harus diberikan obat untuk penyakit penyebabnya tersebut. Jika
terjadi kekurangan Limfosit B, maka konsentrasi antibody dalam darah akan turun
sehingga perlu diberikan gammaglobulin untuk mencegah infeksi dan dapat
dilakukan transplantasi sel induk untuk membentuk limfosit. Jika sudah terjadi
infeksimaka perlu diberikan antibiotik, antifungi, atau antivirus untukmelawan
organism penyebabnya.
K. SARKOIDOSIS
Sarkoidosis merupakan suatu penyakit
peradangan yang ditandai dengan terbentuknya
granuloma pada kelenjar getah
bening, paru-paru, hati, mata, kulit,
dan jaringan lainnya. Granuloma merupakan sekumpulan makrofag, limfosit,
dan sel-sel raksasa berinti banyak.
Granuloma ini pada akhirnya akan menghilang total atau berkembang menjadi
jaringan parut.
1.
Etiologi
Penyebabnya
belum diketahui, kemungkingan besar penyebabnya adalah suatu respon
hipersensitivitas, keturunan, infeksi, maupun bahan kimia. Biasanya muncul pada
usia 30-50 tahun dan sangat jarang ditemukan
pada anak-anak.
2.
Gejala
Biasanya
penderita sarkoidosis tidak menunjukan gejala yang serius dan penyakitnya baru
akan ditemukan setelah menjalani
pemeriksaan dada. Gejala-gejala yang biasanya muncul adalah :
a. merasa
tidak enak badan, demam, sesak napas
b. batuk, sakit kepala, gangguan
penglihatan
c. perubahan neurologis, pembesaran
kelenjar getah bening
d. pembesaran hati dan pembesaran limpa
e. penurunan berat badan, kejang,
perdarahan pada hidung
3.
Pemeriksaan
/ Diagnosa
Pemeriksaan
penunjang yang biasanya dilakukan untuk
menegakkan diagnosa sarkoidosis adalah sebagai berikut :
a. Hitung
jenis darah
b. Rontgen
dada
c. Biopsy
(paru, hati, dan ginjal)
d. Kadar
enzim angiotensin
4.
Terapi
dan Pengobatan
Gejala
sarkoidosis seringkali secara perlahan dan akan menghilang dengan sendirinya,
sehingga tidak perlu dilakukan pengobatan. Namun untuk menekan gejala berat,
perlu diberikan kortikosteroid dan jika
menimbulkan kegagalan organ yang tidak dapat diperbaiki, perlu dilakukan
pencangkokan organ.
BAB III
KESIMPULAN
Darah adalah organ khusus yang berbeda dengan organ lain
karena berbentuk cairan. Darah terdiri atas 2 komponen utama, yaitu sebagai
berikut.
1. Plasma Darah 55%
a. Air
91%
b. Substansi lain 8% terdiri dari :
1) Protein plasma darah 70% : albumin,
fibrinogen, dan globulin
2) Enzim
3) 0,9% terdiri dari asam amino, lemak,
glukosa, urea, garam, Na. bikarbonat
4) 0,1% hormon, antibody, dan gas
2. Sel-sel darah 45% terdiri dari
a. Sel darah merah (eritrosit)
b. Sel darah puti (leukosit)
c. Keping-keping darah (trombosit)
Namun, darah tidak selalu dalam keadaan fisiologis.
Terkadang ada darah yang komponennya tidak lengkap atau lengkap komponennya
namun tidak berfungsi dengan baik. Berikut adalah beberapa penyakit yang bisa
menyerang darah dan komponen-komponennya, yaitu
:
1. HIV / AIDS (Human Immunodeficiency
Virus / Acquired Immuno Deficiency Syndrome)
2. Anemia (keadaan kekurangan Hb dalam
darah)
3. Hemofilia (penyakit dimana darah
sukar membeku)
4. Trombosis (keadaan dimana darah
menggumpal dalam pembuluh darah dan menyumbat aliran darah)
5. Leukimia (proliferasi sel leukosit
yang abnormal, ganas, disertai dengan bentuk leukosit yang tidak normal,
leukositosis, anemia, trombositopenia dan diakhiri dengan kematian)
6. Thalasemia (penyakit darah karena
adanya gangguan dalam kemampuan memproduksi Hb dan eritrosit)
7. Purpura (suatu
keadaan perdarahan berupa petechiae atau ekimosis di kulit atau selaput lendir
dan berbagai jaringan dengan penurunn jumlah trombosit karena sebab yang tidak
diketahui)
8. Trombositosis (suatu keadaan
kelebihan trombosit dalam darah)
9. Trombositopenia (suatu keadaan
kekurangan trombosit dalam darah)
10. Limfositosis (suatu keadaan dimana
limfosit dalam darah berkurang)
11. Sarkoidosis (suatu keadaan
peradangan karena adanya granuloma)
DAFTAR
PUSTAKA
http://health.detik.com/readpenyakit/983/trombositosis
diakses pada tanggal 12 Mei 2013 jam 19.45
http://infokesehatan101.blogspot.com/2012/06/pengertian-hiv-aids.html
diakses tanggal 11 Mei 2013 jam 14.25
http://www.merdeka.com/sehat/10-gejala-hiv-yang-harus-diwaspadai.html
diakses tanggal 11 Mei 2013 jam 14.50
Irianto,
Kus. 2007. Struktur dan Fungsi Tubuh
Manusia untuk Paramedis. Bandung : Yrama Widya.
Suciati,
S.Si, Apt. 2010. Modul Kefarmasian
Popoler. Semarang : SMK Yayasan Pharmasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar